7 "Lania jangan sedih ya"

603 18 1
                                    

“Rania, berikan ini pada tante Intan ya” perintah ibunda Rania pada putri kesayangannya seraya memberikan sebuah rantang.
     
“Ini apa mah?” tanya Rania heran memandangi rantang bermotif bunga anggrek itu sembari meraih dari tangan ibunya.
     
“Ini opor, mamah sengaja masak banyak biar bisa ngasih tante Intan, lagian banyak-banyak buat apa? Papah kamu kan gak di rumah”. Ayah Rania merupakan orang paling sibuk di keluarganya, kesibukannya atas kerjanya dan bolak-balik keluar kota membuat ayah Rania jarang sekali berada dirumah.
     
“Baik mah, aku pergi ya” Rania bergegas pergi meninggalkan mamanya menuju rumah tante Intan yang hanya berjarak beberapa meter saja dari rumahnya.
      
Sesampainya di rumah tante Intan yang jauh lebih sederhana ketimbang rumah miliknya yang besar mewah bergaya Eropa, meski begitu rumah ini tetap terlihat menarik karena halamannya yang lumayan luas ditumbuhi beberapa jenis bunga yang cantik dan tertata dengan rapi membuat rumah sederhana itu tetap terlihat menarik. Rania segera mengetuk pintu kayu rumah tante Intan. “Assalamu'alaikum.......” sapanya.
      
Tak berselang lama seorang wanita menjawab salam Rania. “Wa'alaikum salam” ucapnya seraya membukakan pintu. “Eh Rania, ada apa?” tanya sosok wanita paruh baya dihadapan Rania. Wajah wanita paruh baya itu terlihat sangat kusut mungkin karena kelelahan tapi tetap terlihat cantik diusianya yang hampir kepala 4.
     
“Ini tante, mamah masak opor banyak” Rania menyodorkan rantang berisi opor pada wanita yang ia sebut dengan tante Intan.
     
“Oh, sampaikan terimakasih tante buat mamah kamu ya, jadi ngerepotin” tante intan segera meraih rantang itu dari tangan Rania. “Masuk yuk” pintanya. Selain karena tante intan dan mamanya bertetangga mereka juga bersahabat jadi gak heran jika  memberi makanan menjadi kebiasaan antara dua keluarga Rania apalagi keluarga Rania terbilang mampu.
     
“Ia, tante” Rania ikut masuk kedalam rumah mengikuti tante Intan. “Andien mana tante?” tanya Rania menyadari ia tak menjumpai sosok sahabatnya berada didalam rumah.
     
“Tadi tante suruh dia ke minimarket sebelah beli gula”.
     
“Oh, tante mau masak kue lagi ya?” ujar Rania saat melihat dapur rumah tante intan telah banyak sekali bahan-bahan untuk membuat kue.
     
“Ia, mumpung ada waktu”. Tante Intan memang sangat suka membuat kue memang bukan hanya sekedar untuk dirinya dan putri semata wayangnya Andien tetapi juga untuk diberikan kepada tetangganya secara percuma-cuma hanya sekedar mengisi waktu luangnya saat pulang kerja karena kebetulan tante intan hanya bekerja paruh waktu di restoran milik keluarga Rania.
     
“Aku bantuan ya tante” ucap Rania suka rela.
     
“Boleh, yuk” ajak tante intan menuju dapur rumahnya.
     
Dapurnya sedikit sempit dan tidak begitu banyak perabotan didalamnya, lain dengan dapur milik keluarga Rania yang luas dan berisi banyak sekali perabotan dapur dari berbagai merek terkenal.
     
Tante Intan mulai membuat adonan kue dengan mencampur berbagai bahan kedalam sebuah mangkuk besar, sedang Rania membantu memotong beberapa buah-buahan yang akan menjadi bahan tambahan kue. Kegiatan seperti ini sering Rania lakukan bersama tante Intan dan Andien, kebersamaan yang terjalin sejak kecil membuat kedua keluarga itu sangat dekat, Rania tak sungkan membantu berbagai pekerjaan yang dilakukan oleh tante Intan begitupun Andien tak sungkan membantu menyelesaikan pekerjaan ibunya Rania, mereka tak punya hubungan darah tetapi hubungan persahabatan yang kuat antar kedua keluarga terjalin sejak dulu membuat hubungan mereka seperti lebih dari keluarga.
     
“Oh..... Ada tamu toh” suara seorang remaja menghampiri. “Kok belum pulang sih mah?” lanjutnya melirik Rania pura-pura tidak suka.
     
“Oh......ngusir ceritanya, gitu ya”. Rania melemparkan kulit mangga pada Andien dengan gemas. Segera Andien mencoba menghindar dari lemparan kulit mangga itu.
     
“Mah, kalau tamu terus lama-lama disini nanti rumah kita bakal kaya gudang lagi......” ledeknya lagi dengan senyum geli seraya berlari menjauhi Rania, dengan cepat Rania mengejar sosok gadis yang telah belasan tahun menjadi tetangganya dengan penuh keceriaan. Tawa bahagia terpancar dari bibir keduanya.

Stay Friends [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang