Rania merebahkan tubuhnya di atas kasur, seragam sekolahnya masih melekat ditubuhnya, ia menghela nafas panjang setelah berjam-jam duduk manis di bangku sekolah, semua mata pelajaran hari ini sangat menguras tenaga dan pikiran Rania.
Rania lega setidaknya sekarang ia telah berada di rumahnya untuk menjernihkan kembali pikirannya.
"Aku harap besok adalah hari baik, hari ini benar-benar melelahkan" desis Rania berharap.Rania melamun sejenak mengingat-ingat hari apa esok. "Besok? Besokkan hari minggu, uwalah... Tuhan memang baik hati" ujar Rania lagi senang teringat jika esok adalah hari minggu, hari dimana ia bisa dengan leluasa menghembuskan nafasnya dan menghirup udara segar, hari dimana ia terbebas dari menulis, membaca ataupun mendengarkan ocehan guru-gurunya yang selalu membuatnya pusing.
Rania perlahan memejamkan matanya, tubuhnya sudah sangat lelah hingga tak butuh lama Rania terlelap dari tidurnya dengan seragam masih melekat ditubuhnya.
Drezzz....drezzz....
Sebuah pesan WhatsApp masuk ke ponselnya, namun rupanya getaran serta nada dering handphone nya tidak mampu membuat Rania tersadar dari tidurnya, Rania tidur dengan sangat pulas bersama mimpi indahnya yang membawanya melayang di udara.
Beberapa Jam kemudian ponsel Rania kembali berdering, kali ini suara itu mampu membuat Rania terbangun dari tidurnya, dengan malas dan nyawanya yang belum terkumpul seutuhnya Rania mencari-cari ponselnya. Rania mengangkat telponnya lalu menempelkan di telinganya dengan mata yang masih terpejam tanpa mencari tahu siapa yang menelponnya dan membangunkan tidurnya.
"Halo" sapa Rania malas. Sebenarnya Rania tidak ingin mengangkat telpon itu dan melanjutkan tidurnya, tapi Rania berfikir mungkin saja itu telpon penting.
"Ko chatt gue gak dibaca" suara laki-laki dari seberang sana to the points mengagetkan Rania, Rania terperanjat dan kantuknya pun mulai hilang seketika. Suara itu tidak asing di telinga Rania sepertinya Rania mengenali suara itu. Rania segera terbangun dari posisi tidurnya dan merubahnya ke posisi duduk dengan melipat kakinya membentuk silang.
Rania memeriksa handphone nya mencari tahu siapa orang yang telah menelponnya. "Ari" ujar Rania kaget setelah melihat nama Ari terpangpang jelas di layar handphone nya."Iya gue, lo tidur ya?" ujar Ari menebak.
"Iya, baru aja aku bangun denger suara handphone, kamu ganggu aku tidur aja" ujar Rania sebal. "Emang kamu ngirim pesan apa, penting?" sambung Rania penasaran tanpa curiga apa yang mau Ari sampai kan sampai ia harus menelponnya segala saat pesannya tidak Rania baca.
"Baca aja" ujar Ari dengan nada memerintah.
"Tinggal ngomong aja apa susah nya sih?" timbal Rania sedikit kesal. Padahal Ari tengah menghubunginya lalu untuk apa lagi Ari meminta Rania membaca pesannya.
"Pokoknya baca aja, gue tutup ya telponnya" Ujar Ari mengakhiri.
"Eh Ari...."
Tut..tut....
Dari seberang sana Ari mematikan ponselnya, Rania menghembus nafas kesal karena Ari membuatnya penasaran.
Tanpa berpikir panjang Rania segera melirik ponselnya dan melihat pesan yang Ari kirim untuknya. Rania terperanjat melihat 55 pesan belum ia baca dan semua pesan itu dari Ari. Rania semakin kaget melihat pesan itu berbunyi serupa.
"Nanti malam gue ke rumah lo, gue mau ngajak lo jalan" Bunyi pesan itu membuat Rania mengangkat kedua alisnya.
"Tumben Ari ngajak aku jalan, mau ngapain dia?" pikir Rania heran, namun seketika Rania menggoreskan senyum dibibirnya mengingat kembali saat Ari menelponnya tadi, untuk hal sepele mengajak Rania jalan, mengapa Ari tidak mau bilang langsung ditelpon malah menyuruh Rania membaca pesannya. "Dasar cowok aneh" ujar Rania menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Friends [Selesai]
Ficção Adolescente#1 - berharap (3 Januari 2021) *Judul awal "Berharap" tidak ada perubahan dalam cerita maupun tokoh* Rania dan Andien adalah kedua sahabat yang selalu bersama sejak kecil, keduanya juga selalu berada di kelas yang sama, seperti takdir keduanya seola...