“Ran, kemarin lo ngapain aja bareng ka Dafa?” teriak Kiki ketika Rania dan Andien baru saja sampai di ambang pintu kelas 10 IPA 3, Rania menatap Kiki dengan heran, kemudian tatapan Rania tertuju pada Virna yang tengah tersenyum. Rupanya Virna telah membuat kehebohan di kelas 10 IPA 3 pagi-pagi hari, ya Rania paham Virna pasti telah cerita semua pada anak-anak di kelas tentang pertemuannya kemarin dengan Dafa.
Virna tersadar melihat ekspresi sangar Rania. “Sorry Ran, lidah gue gatel banget nih pengen cerita ke anak-anak” ucap Virna seperti tak berdosa. Bukan Virna namanya kalau enggak cerita hal-hal heboh di kelas.
“Tau ah” Rania cuek pada beberapa temannya yang menghampirinya dan melangkah menuju tempat duduknya.
Virna yang masih penasaran mengenai kisah Rania dan Dafa kemarin segera melangkah mengikuti Rania. “Lo diajak makan? Atau diajak nonton? Please........cerita dong Ran, gue kan penasaran” bujuk Virna manja berharap Rania mau membuka suara mengenai perjalanannya kemarin dengan Dafa.
“Rania gak diajak makan, ataupun nonton kok” jawab Andien yang mulai risih dengan teman-temannya yang paling hobby ngegosip.
Virna memandang Rania heran “terus diajak kemana?”
“Gak usah kepo” cuek Rania. Bukan apa, tapi Rania benar-benar malas cerita pada temannya yang super nyebelin dan bigos alias biang gosip.
“Ih, sama Andien cerita, kok ke gue enggak” kesal Virna.
Semalam Rania cerita semua mengenai pertemuannya dengan Dafa, termasuk tempat yang membuat Rania harus meneteskan air matanya. Sebenarnya Rania ingin juga cerita pada Virna. Namun, rupanya Virna buat mood Rania jelek hari ini dan membuat Rania akhirnya mengurungkan niatnya untuk menceritakan kejadian kemarin.
“Andien itu gak ember”
Virna tersenyum getir merasa tersinggung pada Rania, namun tetap saja Virna gak akan marah, karna marah bukanlah sifat Virna.
“Kalau gitu, lo sama kak Dafa aja biar kak Revien buat gue” cetus Kiki girang.
Beberapa siswa-siswi meneriaki Kiki. “Huuhh..... Mimpi”
Kiki menunjukan ekspresi kesal dengan memanyunkan bibirnya pada teman-temannya.
“Permisi, maaf ketua kelas sama wakilnya dipanggil Bu Tuti di ruang guru” ucap seorang siswa di depan pintu kelas 10 IPA 3, siswa itu bukan anak kelas 10 IPA 3 karena ia tidak mengetahui nama ketua kelas ataupun wakil ketua kelas itu.
“Ari, dipanggil tuh” ucap Rania cuek. Bukan Rania tidak mendengarkan jika yang dipanggil adalah ketua kelas dan wakil tapi memang mood Rania hari ini sangat jelek dan Rania malas untuk melakukan apa-apa termasuk menemui gurunya yang memanggilnya
“Lo juga Ran” teriak Ari tidak suka melihat Rania yang sepertinya malas-malasan.
“Kan, Kamu ketua kelas” elak Rania berharap Ari mau mengerti dirinya. Tapi Ari bukan seperti itu orangnya, tentu ia tidak akan suka jika melihat Rania malas-malasan.
“Dan kamu wakilnya, kan yang dipanggil kita berdua, Rania” Ari yang tak sabar segera melangkah menuju tempat Rania duduk, sesaat lengan Rania diraih oleh ari dan ditarik menuju luar kelas. Rania yang tak sempat memberontak hanya pasrah.
“Ciiee..........” sorak teman teman kelasnya menyaksikan Ari dan Rania bergandengan tangan. Kini Rania dibuat malu oleh perlakuan ari kepadanya.
“Lepasin ah” bentak Rania selatan berada diambang pintu kelasnya.
“Sorry” ucap Ari sembari melepaskan cengkramannya dari tangan Rania.
Setelah beberapa minggu rania dan Ari bersekolah, mereka memang kerap kali bertengkar. Meskipun keduanya adalah ketua kelas dan wakil ketua kelas tetapi mereka memiliki banyak perbedaan pendapat dalam hal apapun. Baik Rania maupun Ari mereka adalah sosok yang teguh pendirian hingga tak heran jika keduanya sampai harus bertengkar untuk mempertahankan argumennya masing-masing.
Ari dan Rania menyusuri koridor melewati beberapa kelas menuju ruang guru yang posisinya lumayan jauh dari kelas mereka. Dalam perjalanan singkat tak ada suara yang keluar dari bibir mereka masing-masing, Rania masih kesal dengan sikap Ari barusan.
Rania terus berjalan dengan cuek tak sedikitpun memandang laki-laki yang tengah berjalan bersamanya. Namun seketika bibir Rania menggembang menggoreskan sebuah senyuman indah saat melihat Revien dengan gagah berjalan melewati dirinya, tak disangka Revien membalas senyuman Rania dengan ramah, sesaat detak jantung Rania berhenti bekerja, dipandangnya Revien yang mulai menjauh dari pandangan.
“Gak usah sok akrab sama Revien deh” ucap ketus Ari merusak mood Rania.
“KAK REVIEN, Revien, Revien....” omel Rania tidak suka teman disampingnya bicara tidak sopan mengenai cowok yang disukainya yang tak lain adalah kakak kelas mereka yang seharusnya dihormati.
“Ya terserah gue dong” ujar Ari cuek.
“Sama, terserah aku dong, mau akrab sama siapapun bukan urusan you” bela Rania pada dirinya sendiri menunjukan telunjuknya pada wajah tampan Ari.
Tak terasa Rania dan Ari telah sampai didepan pintu ruang guru, Ari berjalan mendahului Rania memasuki ruangan. Dengan cepat Ari melangkah menuju meja Bu Tuti guru sejarahnya yang tengah duduk manis saraya tangannya terus mencoret-coret buku siswa yang sedang ia koreksi.
“Permisi bu, ibu memanggil kami” ucap Ari seraya mencium punggung tangan Bu Tuti dan diikuti Rania bergantian mencium tangan guru sejarahnya.
“Iya, nanti jam pelajaran ibu, Ibu gak bisa masuk ada rapat mendadak tolong nanti kamu kasih tugas ini pada teman-teman kelas ya” Ujar Bu Tuti sembari menyerahkan sebuah buku tulis berisi soal yang harus dikerjakan oleh siswa-siswanya. “Dan kamu Rania, tolong kamu catat siswa-siswa yang bolos dan tidak mengerjakan tugas dari ibu” pintanya lagi pada Rania.
“Baik bu” ucap Ari dan Rania bersamaan. “Ya udah bu, kami permisi” ujar Rania mengakhiri seraya kembali mencium tangan Gurunya begitupun Ari.
Rania dan ari mulai melangkah meninggalkan ruangan guru.
“Eh de, tunggu sebentar” ucap seorang guru lainnya menghentikan langkah Ari dan Rania.
“Iya, pak” ucap Ari menghampiri guru berkumis tebal itu, Ari tidak mengenali guru itu, ya karena memang guru itu tidak mengajar dikelasnya.
“Bapak minta tolong, boleh?” tanyanya meminta pertolongan.
“Boleh pak” ucap Ari Ramah. Sebenarnya Ari malas membantu guru berkumis itu, tapi apa daya ia kan hanya seorang siswa dan sebagai siswa ya harus nurut sama guru dan Ari tidak mungkin menolak permintaannya.
“Tolong, berikan ini pada ketua kelas sebelas IPA 1 ya” ujar guru itu menjelaskan seraya menunjukan selebaran kertas HVS bertuliskan tugas untuk siswa kelas 11 IPA 1.
“Apa?” Rania kaget mendengar kelas 11 IPA 1 dilontarkan guru itu, bukan karena kelasnya tapi seseorang yang tinggal di kelas itu, tentu siapa lagi kalau bukan Revien si cowok keren di sekolah.
“Pa, biar saya saja yang sampaikan” ujar Rania dengan semangat dibalas lirikan tidak suka dari Ari yang memandangnya ketus, tapi Rania tidak bergeming ia mengabaikan lirikan Ari yang terlihat sangar itu. Bagi Rania lirikan Ari sama sekali tidak penting untuknya.
“Baik kalau gitu, tolong sampaikan ya” guru itu memberikan lembaran itu pada Rania.
“Saya permisi dulu ya, pa” ujar Rania mengakhiri seraya melangkah meninggalkan guru itu dan di ikuti Ari yang masih terlihat kesal.
“Kamu, duluan ke kelas ya, aku ada misi penting” ujar Rania dengan senyum bahagia setelah ia dan Ari sampai di ambang pintu ruang guru.
Rania tidak memperdulikan ekspresi Ari yang tidak mengenakan dan terus melangkah meninggalkan Ari yang masih mematung di ambang pintu memandang kepergian Rania. Entah apa yang membuat Ari terlihat sangat kesal, tapi yang pasti Ari tidak suka dicuekin oleh Rania yang tak lain adalah teman satu kelasnya.
Sesampainya didepan kelas 11 IPA 1 Rania tak sanggup menahan senyumnya menyaksikan Revien yang tengah asik memetik senar gitar dan beberapa temannya bernyanyi mengiringi musik yang dimainkan Revien di kursi panjang depan kelas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Friends [Selesai]
Ficção Adolescente#1 - berharap (3 Januari 2021) *Judul awal "Berharap" tidak ada perubahan dalam cerita maupun tokoh* Rania dan Andien adalah kedua sahabat yang selalu bersama sejak kecil, keduanya juga selalu berada di kelas yang sama, seperti takdir keduanya seola...