Sudah hampir 1 jam Rania berkutik dengan buku tugas matematikanya di taman belakang sekolah, Rania sengaja mengerjakan tugasnya di taman karena saat detik terakhir sebelum ia ke taman teman-temannya masih asik bergosip, jika Rania masih di kelas tentu ia tidak akan mengerjakan tugas matematika yang bu Dian berikan.
Semakin lama Rania mulai frustasi, dari 10 soal yang bu Dian berikan hanya mampu ia kerjakan 5 soal, dengan kesal Rania mengacak-acak rambutnya yang sudah tertata rapi, jepit bunga mawarnya pun mulai berubah posisi, Rania saat ini terlihat berantakan lebih tepatnya seperti orang gila.
“Tuh guru kalau sakit kenapa harus ngajak-ngajak muridnya sih, heran” decak Rania kesal sembari membanting buku tugasnya sembarangan, Rania tidak peduli meski bukunya sudah menempel di tanah. “Tau gitu aku tadi dikelas aja, seenggaknya disana ada Lidya, dasar oneng” ujar Rania lagi memaki dirinya sendiri.
Frustasi dengan segala tugasnya, Rania memilih membuka ponselnya berharap ada sesuatu yang menarik di sosial medianya agar sedikit memberi hiburan untuknya. Rania tersenyum setelah berhasil menemukan sesuatu yang ada di ponselnya. Seketika Rania pun lupa jika tugasnya belum selesai.
“Kok bukunya dibuang?” suara seorang pria yang tidak asing ditelinga menghentikan aktivitas Rania.
Rania mendongak menatap asal suara, tepat dihadapannya Dafa tengah berdiri tegak sembari menyodorkan buku tugas milik Rania yang sebelumnya Rania buang.
“Kak Dafa” ujar Rania kaget.
“Kok bukunya dibuang?” ujar Dafa lagi bertanya sembari menatap heran Rania yang terlihat berantakan.
“Ah, itu gak sengaja” ujar Rania asal, tentu saja dia bohong, Rania sengaja membuang bukunya tadi kerena sudah frustasi mengerjakan soal matematikanya.
“Soalnya susah?” tanya Dafa lagi mencoba menebak setelah membaca tulisan matematika yang tercantum disampul buku milik Rania.
Rania tidak langsung menjawab ia hanya melemparkan senyum kecut.
“Boleh aku bantu?” ucap Dafa menawarkan jasa.
Seketika ucapan Dafa membuat Rania tersenyum sumringah tentu saja tawaran Dafa sangat menguntungkan baginya, setidaknya ia tidak perlu lagi berfikir keras untuk mengerjakan tugas matematikanya. Rania menganggukan kepalanya menerima tawaran Dafa. “Boleh” singkat Rania Antusias.
Dafa langsung mendudukan pantatnya di kursi panjang bersampingan dengan Rania, sebelum melihat soal matematika milik Rania, Dafa menatap lekat Rania sembari tersenyum. “Tapi, sebelum aku mengerjakan tugasnya, rambut kamu rapihin dulu, biar gak di kira korban KDRT” ujar Dafa mencoba memberi lelucon, sebenarnya Dafa tidak terlalu terganggu melihat penampilan Rania yang acak adul, Dafa justru gemas melihat tingkah Rania yang persis anak kecil itu, tapi alangkah baiknya dan agar enak dipandang lebih baik Rania merapihkan kembali rambutnya.
Dengan sigap Rania segera merapihkan kembali rambutnya, menyisirnya menggunakan jari tangannya, lalu memasang jepit rambutnya dengan baik, memang tidak terlalu rapih tapi setidaknya lebih baik dari sebelumnya. “Sudah?” tanya Rania meminta pendapat pada Dafa.
“Sudah” singkat Dafa tersenyum sembari mengacungkan jempol kanannya, lalu mengalihkan pandangan nya dari Rania dan mulai mengerjakan soal matematika milik Rania.
Dafa terlihat begitu santai mengerjakan tugas matematika milik Rania tanpa terlihat beban sedikit pun, ia terlihat sangat konsentrasi tanpa menghiraukan sekitarnya.
Rania menatap lekat wajah Dafa yang tengah berkonsentrasi, seketika bayangan Rania melayang pada ucapan Virna yang menyatakan Dafa adalah siswa yang cerdas, rupanya Virna tidak bohong Dafa benar-benar cerdas. Rania menggoreskan senyum dibibirnya, dalam hati ia sangat kagum pada sosok pemuda tampan dihadapan nya, Rania sangat bersyukur bisa mengenali Dafa.
“Kak Dafa” ujar Rania pelan seketika.
“Iya” singkat Dafa menyahut tanpa menatap Rania, ia masih berfokus pada kerjaannya lebih tepatnya kerjaan Rania.
“Kakak ajak aku pergi dong” pinta Rania sesaat menghentikan aktivitas Dafa.
Dafa menatap Rania heran tidak mengerti maksud ucapannya yang meminta Dafa untuk mengajaknya pergi. “Maksudnya?” tanya Dafa sembari mengangkat kedua alisnya.
“Hari ini aku mumet banget pengen hiburan, kakak ajak aku jalan dong, kemana ke” ujar Rania memohon. Entah keberanian datang dari mana Rania bisa berkata ini pada Dafa, tapi kedekatan keduanya yang sering terjalin membuat rania tidak ragu lagi meminta apapun pada Dafa termasuk meminta Dafa untuk mengajaknya pergi.
Dafa tersenyum lebar, tentu saja Dafa sangat senang mendengar penuturan Rania, setidaknya sekarang bukan Dafa yang meminta tapi Rania sendiri.
“kamu maunya kemana?” tanya Dafa antusias disambut senyuman senang Rania yang mendapat persetujuan darinya.
“Kemana aja deh, terserah kakak” jawab Rania happy, Rania sendiri tidak tahu tempat apa yang cocok untuk menghibur dirinya, yang terpenting baginya saat ini adalah ia bisa jalan dan melupakan segala kepeningan tentang pelajaran sekolah.
“Kapan?” tanya Dafa lagi memastikan.
“Malam ini” singkat Rania.
“Baiklah, nanti malam aku jemput kamu kerumah” ujar Dafa menyetujui kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada tugas matematika Rania yang belum selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Friends [Selesai]
Ficção Adolescente#1 - berharap (3 Januari 2021) *Judul awal "Berharap" tidak ada perubahan dalam cerita maupun tokoh* Rania dan Andien adalah kedua sahabat yang selalu bersama sejak kecil, keduanya juga selalu berada di kelas yang sama, seperti takdir keduanya seola...