36 "Cinta Ari atau Cinta Dafa?"

502 21 0
                                    

Hari terus berganti, waktu terus berputar, angka di kalender terus berubah setiap hari. Tapi suasana seakan tak pernah berubah, tak ada yang baru, tak ada yang spesial, semuanya selalu sama. Rania dan Andien masih saling diam satu sama lain termasuk juga Ari.

Ari tidak lagi menemukan senyum indah Rania yang dituju padanya, Rania masih bungkam tanpa mau memandangnya sedikit pun.

Kata ketua kelas dan wakil ketua kelas seakan tak pernah ada di kelas 10 1PA 3, nama Ari dan Rania memang tercantum di papan struktur organisasi kelas, tapi keduanya sama sekali tidak bertugas. Semua teman-teman satu kelasnya sudah memahami situasi ini, Lidya dan Kiki serta yang lainnya siap menghadap guru sebagai pengganti setiap kali Rania dan Ari dipanggil.

Bell istirahat telah berbunyi 10 menit yang lalu, semua siswa-siswi kelas 10 IPA 3 telah berlalu kekantin atau perpustakaan, namun tidak bagi Ari ia memilih berdiam diri di kelas sambil mendengarkan lagu dari earphone-nya. Sesekali ia memejamkan mata mencoba menikmati setiap alunan lagu yang ia dengar, Ari berusaha mencermati makna lagu tersebut, tapi dia tidak bisa, pikirannya terus saja melayang pada gadis cantik yang selama ini selalu ia cintai.

Sebutir air mata mulai mengalir di sudut bola matanya namun dengan cepat Ari menghapusnya. Ari tidak ingin ada orang lain yang tahu jika ia sedang menangis, ia tidak ingin orang menganggap dirinya itu lemah.

Ari menghela nafas panjang, ia tak pernah selemah ini, hatinya tak pernah sekacau ini, apa yang terjadi pada dirinya?. Apakah cinta selalu membuat seorang pria lemah?.

Hari itu malam minggu, Ari bisa melihat senyum indah Rania, wajah yang selalu dipenuhi dengan kedamaian, malam itu Ari dapat menggenggam erat tangan Rania, melindunginya dari dingin air hujan.

Malam itu tak pernah bisa Ari lupakan, malam indah dimana Ari merasa sangat bahagia.

Ari masih ingat saat Rania datang kerumahnya ketika Ari sedang sakit. Ari bisa merasakan kekhawatiran dari gadis pujaannya itu.

"Jadi kamu sakit karena kehujanan? Cemen banget sih, aku juga kehujanan, tapi sehat-sehat aja".
      
"Biasanya gak sakit, kebetulan aja lagi apes".
      
"Kasihan".
      
"Kamu khawatir ya?".
      
"Siapa yang khawatir?".
      
"Kamu".
      
"Ngapain juga aku ngekhawatirin kamu, gak penting".
     
"Padahal aku berharap lho, kalau kamu khawatir sama aku".
     
"Jangan banyak mimpi".

Ari tersenyum seketika, ekspresi Rania saat itu benar-benar menggemaskan. Wajah cantik itu selalu saja mengusik pikirannya.

Pikiran Ari terus melayang. Rania sangat cantik, malam itu Rania seperti bidadari yang turun dari kayangan. Menggunakan gaun merah pilihannya, Rania bagaikan cinderella yang hendak pergi kepesta dansa.

"Aku gak bohong, kamu cantik banget malam ini".

"Kamu udah muji aku waktu mall".
     
"Di mall kan kamu gak pake make-up, sekarang cantik dengan make-up sederhana itu".
      
"Udah deh, nanti aku terbang lagi".

"Kalau kamu terbang, aku yang akan mendekapmu, supaya kamu gak jatuh".

Semua kenangan itu seakan sirna seketika, senyuman itu tak pernah Ari dapatkan lagi. Hari itu telah merubah segalanya.
     
"Aku pikir kamu adalah cowok baik yang bisa nyenengin aku dan membuat aku bahagia, tapi kamu gak bedanya dengan cowok berantakan yang gak punya etika yang bertindak sesuka hati tanpa berpikir".

"Kamu pikir kamu hebat, kamu keren, kamu tuh banci tau gak".

"Kamu itu bukan siapa-siapa aku, kamu gak berhak melarang aku deket dengan siapa pun atau melarang orang untuk deket sama aku".

Stay Friends [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang