Rania berjalan melintasi koridor menuju gudang belakang sekolah. Sebelumnya Dana memberi tahu jika Revien belum pulang sekolah, Revien tengah berada di gudang belakang sekolah tempat dimana Revien menghabiskan waktunya setiap kali ingin sendiri.
Rania menghentikan langkahnya setelah sampai di depan gudang belakang sekolah. Disana Rania melihat Revien tengah terduduk sembali memeluk kedua lututnya. Sendu, hening, surau hanya itu suasana yang bisa digambarkan saat melihat Revien saat ini. Pesona tampannya seakan hilang, Revien terlihat sangat berantakan tidak seperti biasanya.
"Kak Revien!" Seru Rania perlahan mengagetkan Revien.
Revien yang mulai menyadari kedatangan Rania langsung merubah posisi duduknya dan menatap Rania dengan tatapan heran.
Rania langsung berjalan menghampiri Revien lalu duduk disebalahnya.
"Ngapain kamu disini?" Tanya Revien tanpa ekspresi.
Rania menghela nafas panjang sebelum mengeluarkan suaranya. "Hidup itu kadang sulit untuk dimengerti, apa yang kita harapkan kadang tak bisa kita dapatkan, tapi kita bisa apa? Takdir itu rumit" tutur Rania perlahan.
Revien masih belum memahami ucapan Rania namun terus mencoba menerka setiap perkataan yang Rania ucapkan.
"Aku kesini mau minta maaf sama kak Revien, harusnya aku gak bersikap kayak gitu dikafe" ucap Rania merasa bersalah.
"Kamu gak usah bilang maaf, aku yang salah, kamu berhak marah dan berhak maki aku sepuas kamu, aku pantes dapetin itu" ujar Revien menyalahkan dirinya sendiri.
"Kenapa kak Revien lakukan itu, kenapa sakit hati kakak harus kakak balas pada orang lain? Andien gak pantes disakiti" ucap Rania menghakimi.
"Aku tau aku salah Ran, tapi aku bingung apa yang harus aku lakukan, Monica telah menghancurkan hatiku, dan kamu?" Revien menghentikan ucapannya seketika lalu menatap langit-langit gudang yang sudah dipenuhi jaring laba-laba. "Aku gak bisa dapetin kamu" sambung Revien lirih.
"Jika saja Dafa tidak mencintai kamu saat itu, aku gak akan nembak Andien Ran, aku sudah frustasi dan gak tau harus kayak gimana hingga aku harus melakukan tindakan bodoh kayak gini, kamu pikir aku bahagia? Aku seneng? Sakit Ran, hati aku sangat sakit" tutur Revien dengan nada tinggi tak bisa lagi menahan emosinya.
Mengingat semua kejadian menyakitkan dalam hidupnya membuat Revien tak bisa menahan air matanya untuk tidak jatuh dipipinya.
"Jika aku bisa egois, maka lebih baik aku kehilangan sahabat aku Ran, tapi tidak! Dafa adalah orang yang baik, mana bisa aku sakitin perasaan sahabat aku sendiri Ran" tutur Revien menggebu-gebu.
Rania hanya bisa terdiam mendengarkan segala ucapan Revien, Rania bingung dan tidak tahu harus berkata apa.
"A..ku ngerti...".
"Gak Ran, kamu gak ngerti, sekarang kamu malah tolak cinta Dafa, kenapa?" Tanya Revien menuntut penjelasan.
"Aku berpikir jika Dafa orang pantas buat kamu, hanya dia yang bisa buat kamu bahagia, tapi aku gak ngerti kenapa kamu nolak cinta dia, setelah apa yang telah dia perjuangakan selama ini demi kamu" ujar Revien seakan menyalahkan Rania karena Rania tidak membalas cinta Dafa.
"Karena aku bukan kak Revien, aku gak bisa memberi harapan untuk orang yang gak aku cintai, aku gak bisa berbohong untuk menyatakan kalau aku menyukainya juga, karena itu hanya akan melukai perasaannya saat dia tahu segalanya. Mungkin bagi kak Revien mudah saja menjalin hubungan dengan siapa pun, tapi aku enggak. Dengan menerima kak Dafa mungkin aku telah membuatnya bahagia, tapi bagaimana dengan hatiku? Apa aku akan bahagia?" Rania memejamkan matanya sejenak untuk membiarkan air matanya jatuh dari sudut bola matanya. "Jika saja tuhan memberi aku pilihan aku ingin sekali mencintai kak Dafa, tapi aku gak bisa, bagaimana pun aku mencoba memaksakan hatiku untuk mencintai dia, tetap saja tidak bisa" sambung Rania lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Friends [Selesai]
Teen Fiction#1 - berharap (3 Januari 2021) *Judul awal "Berharap" tidak ada perubahan dalam cerita maupun tokoh* Rania dan Andien adalah kedua sahabat yang selalu bersama sejak kecil, keduanya juga selalu berada di kelas yang sama, seperti takdir keduanya seola...