"Rania, cepetan turun, Andien udah nunggu kamu." teriak Hana memanggil putrinya.
"Ia mah, bentar lagi." Jawab Rania seraya merapihkan seragamnya. Ini adalah hari pertama Rania mulai belajar di SMA setelah 4 hari melewati masa pengenalan sekolah, seragamnya kini tak lagi berwarna putih biru tapi sudah putih abu-abu, warna yang dianggap keren dalam kehidupan para remaja, warna yang membuat mereka merasa lebih dewasa dan tentunya warna yang memberi mereka sejuta kisah menarik dalam persahabatan ataupun percintaan.
Setelah selesai Rania segera keluar dari kamarnya dan turun ke lantai satu menemui ibunya di ruang makan. "Good morning, mah." sapa Rania seraya mencium pipi kanan ibunya.
"Duh dari tadi Andien nunggu kamu, lama banget sih." omel Hana pada putri semata wayangnya yang telah dandan rapi dengan rambut hitam panjang yang ia biarkan terurai ke punggungnya ditambah sebuah jepit butterfly yang terselip di rambutnya membuat Rania terlihat manis dan terlihat lebih semangat menyambut hari barunya.
"Ini udah buru-buru kok. ya udah, Rania berangkat dulu ya mah, I love you." Rania segera berlari meninggalkan ibundanya ke luar rumah menemui sahabatnya Andien yang telah menunggunya lama diteras depan rumah yang megah bergaya Eropa itu.
"Andien." sapanya setelah sampai menemui gadis sebayanya yang terlihat sangat cantik dengan rambut bergelombang yang tertata rapi di atas kepalanya. "Sorry, lama." Rania merasa tidak enak hati melihat gadis dihadapannya harus menunggunya lama.
"Ok! Gak masalah, udah yoh ah berangkat.""Ia, yuk masuk." ajak Rania pada Andien untuk memasuki mobil keluarga Rania yang di bawa oleh supir pribadi ibunya. Rania mulai membuka pintu belakang mobil dan segera masuk ke dalam mobil di ikuti oleh Andien.
Andien merupakan tetangga Rania sekaligus sahabat Rania sejak mereka masih kecil, tinggal bertetangga sejak kecil tentu membuat keduanya selalu bersama setiap hari bahkan mereka bersekolah di sekolah yang sama dari mereka sekolah di Taman Kanak-kanak, tentu hal tersebut membuat keduanya bagaikan sepatu yang tidak bisa terpisahkan, Kedua orang tua merekapun bersahabat, hingga tak jarang mereka akan berangkat ke sekolah bersama.
Rania memang gadis yang terlahir kaya raya dan hidup dengan di penuhi kemewahan, lain halnya dengan Andien, ia terlahir dari keluarga yang sederhana dan ayahnya telah meninggal dunia saat Andien duduk di bangku kelas 8 SMP. Sejak itulah ibunda Andien mulai bekerja di perusahaan milik keluarga Rania, dan Andien lebih sering main bersama Rania karena ibundanya sibuk bekerja.
"Semoga kita satu kelas ya." Rania berharap dapat satu kelas dengan sahabatnya tersayangnya. Bersama setiap saat tidak membuat Rania bosan bersama Andien, tak aneh jika Rania berharap bisa kembali satu kelas dengan sobat tercintanya.
"Semoga saja."*****
"Yes, kita satu kelas." teriak Rania seraya meloncat-loncat kegirangan mengetahui namanya dan Andien mendapatkan kelas yang sama. Meskipun Rania masih baru di sekolah ini namun Rania tak malu berjingkrak-jingkrak di hadapan siswa-siswi lainnya yang sama sekali masih belum dikenali Rania, beberapa pasang mata menunjukan ketidak sukaan akan sikap Rania yang bisa dibilang alay bin lebay, tapi bukan Rania namanya kalau dia peduli anggapan orang lain, baginya kebahagiaan bisa satu kelas dengan Andien lebih besar ketimbang anggapan Risih siswa-siswi di sekitarnya.
"Oh ya?." Andien segera membaca setiap lembaran nama yang terpajang di mading sekolah yang menunjukan dirinya masuk ke kelas 10 IPA 3 bersama Rania. "wah, bagus." Andien turut bahagia bisa satu kelas bersama sahabat sejatinya Rania. Ya lagi, mereka dipersatukan dalam kelas yang sama entah memang kebetulan atau memang disengaja yang jelas Rania dan Andien sangat bahagia dengan ini.
"Udah yuk, kita ke kelas." ajak Rania dengan semangat seraya menarik tangan Andien dengan sedikit kencang.
"Ok!."Tarikan Rania memaksa Andien untuk mempercepat langkahnya.
Rania dan Andien segera berlari menyusuri koridor menuju kelas 10 IPA 3, kelas dimana mereka akan mulai belajar di sekolah baru mereka. Langkah demi langkah kaki mereka ayunkan dengan penuh rasa gembira menyambut hari pertama mereka belajar di SMA. Setiap langkah, Rania tak sanggup menahan bibirnya agar tidak tersenyum, namun tetap saja rasa bahagianya tak bisa menghentikan senyumnya.
"Sepuluh IPA tiga." ucap Rania setelah menemukan papan bertuliskan X IPA 3 di atas pintu sebuah kelas., tanpa menunggu lama Rania dan Andien segera masuk ke kelas mereka.
Kelas yang baru, suasana yang baru, dan tentunya teman-teman baru yang akan menemani mereka untuk 3 tahun kedepan. Beberapa siswa siswi melemparkan senyum ramah pada Rania dan Andien dan tentu dibalas pula oleh keduanya.
Andien dan Rania mulai mencari meja yang kosong, mata mereka mengarah ke kanan kiri memastikan masih ada meja yang kosong untuk mereka berdua duduk. "Ku rasa kita duduk di sana aja." ajak Rania menunjuk pada meja jajaran ke dua dekat jendela.
"Boleh juga, ayok." Rania dan Andien segera menuju ke tempat duduk yang Rania tunjukan tadi. Mereka langsung meletakan tasnya di atas kursi mereka masing-masing lalu duduk dengan nyaman.
"Hai." sapa seorang gadis cantik berambut pirang yang duduk di depan bangku Rania dan Andien dengan senyum manis. "Namaku Virna Havinda, panggil aja aku Virna." ucapnya memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangan kanannya ke arah Rania dan Andien. Sepertinya gadis ini termasuk sosok yang aktif hingga tak aneh jika ia akan mengajak berkenalan dengan setiap siswa yang ia jumpai.
"Hai, namaku Rania." Rania menyambut uluran tangan Virna dengan ramah.
"Aku Andien." Andien ikut bergantian menyambut uluran tangan Virna, seorang gadis cantik yang memiliki postur tubuh ideal. Gadis itu sangatlah menawan selain memiliki paras yang cantik dan senyum yang manis, gadis yang mengaku bernama Virna itu memiliki postur tubuh bak model majalah, tingginya sekitar 172-an dan memiliki badan yang ramping.
"Senang bisa berkenalan dengan kalian, meski hari pertama boleh dong kita jadi teman?." Virna mengajak Rania dan Andien untuk berteman, hal itu tentu di sambut baik oleh keduanya. Ya meskipun mereka baru kenal tapi Virna sepertinya gadis yang baik dan menyenangkan hingga tak ada alasan bagi Rania dan Andien untuk menolak ajakannya apalagi mereka satu kelas.
"Tentu saja, aku suka berteman dengan mu." sambut Andien dengan gembira berikut dengan Rania yang tersenyum senang.
"Ah, terima kasih." Virna bertepuk tangan senang berhasil mendapatkan teman baru. rupanya, sosok yang tak bisa diam dan selalu ceria ini memang sangat aktif dan menyenangkan, pasti setiap orang akan senang berteman dengannya. Meski Virna sama-sama siswa baru, namun Virna telah banyak berkenalan dengan teman-teman barunya di kelas, hampir semua siswa yang baru datang Virna ajak berkenalan hingga Virna jadi orang pertama yang telah mengenal hampir semua siswa di kelas 10 IPA 3.
"Oh ya ngomong-ngomong kalian ini udah berteman lama ya, atau sebelumnya satu SMP?." tanya Virna yang mulai kepo. Wajar pertanyaan itu terlontar dari mulut Virna, secara Rania dan Andien sudah sangat dekat meski mereka sama-sama sebagai siswi baru.
"Kita tetanggaan, jadi udah deket sejak kita sama-sama masih kecil, bahkan kita selalu satu sekolah sampai sekarang, bonusnya kita satu kelas lagi." tutur Rania tidak ragu menceritakan persahabantannya dengan Andien.
"Wah keren, emang gak bosen terus bersama-sama?." Virna tersenyum nakal pada kedua teman baru dihadapannya. Ternyata Virna memiliki gaya humor yang cukup baik untuk kesan pertama menjadi teman Rania dan Andien.
"Enggak lah, kita ini udah seperti sepatu, gak bisa terpisahkan." Andien mulai membanggakan persahabatan dirinya dengan Rania. Ucapan ini memang sering kali diucapkan oleh Andien maupun Rania pada orang yang memiliki pertanyaan yang serupa dengan pertanyaan Virna, dan mereka senang untuk mengucapkan kata itu.
"Ok! Baiklah, kalian ini memang sahabat sejati, aku suka, semoga forever ya."
"Thank you."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Friends [Selesai]
Teen Fiction#1 - berharap (3 Januari 2021) *Judul awal "Berharap" tidak ada perubahan dalam cerita maupun tokoh* Rania dan Andien adalah kedua sahabat yang selalu bersama sejak kecil, keduanya juga selalu berada di kelas yang sama, seperti takdir keduanya seola...