-Berbohong mengatakan semuanya baik-baik saja, sama seperti menaruh garam di atas lukamu sendiri-
Happy Reading
Arnessa menatap pantulan dirinya di cermin. Ia tersenyum sinis menatap dirinya.
"Arnessa, kenapa kamu terlihat sedih? Bukankah harusnya dirimu senang karena telah berpisah dengan keluarga Lordham? Kenapa? Apa karena kamu merindukan Al?" Arnessa memarahi dirinya sendiri.
Arnessa duduk di depan meja riasnya. Tangannya mengepal kuat. Ia menggigit bibirnya kuat-kuat menahan tangisan.
Arnessa memegangi dadanya yang terasa begiti menyesakkan.
"Aku rindu Al. Aku ingin Al disini. Al, aku kangen. sangat." Tangisan Arnessa akhirnya pecah. Ia menutup mulutnya rapat-rapat agar tidak seorangpun mendengar tangisannya.Arnessa bersikap biasa saja karena ia menghargai keluarga barunya. Tetapi jauh dilubuk hatinya,dirinya merasa kehilangan karena berpisah dengan Al. Arnessa terbiasa ada Al yang berada disisinya. Arnessa terbiasa dengan pelukan Al ketika dirinya sedang merasa sedih. Arnessa terbiasa dengan kehadiran Al yang menenangkannya. Dan Arnessa mencintainya.
Arnessa bohong jika ia menerima keluarga barunya. Butuh waktu lama untuk menyesuaikan. Hanya saja Arnessa menghargai pengorbanan Aurella yang begitu besar untuk dirinya.
Sekarang dirinya benar-benar sendiri. Arnessa harus menyimpan sedihnya sendirian. Untuk pertama kalinya Arnessa menangis sendirian. Benar-benar sendiri. Dulu, ketika dirinya masih menjadi bagian dari Lordham,Al selalu datang disaat Arnessa benar-benar membutuhkannya. Selalu ada Al yang menghapus airmatanya.
Bulan telah menampakkan cahayanya. Bintang-bintang hadir dilangit untuk menghiasi indahnya malam. Arnessa memegang buku Alfabet dan mengetuk kamar Askar.
"Siapa?" tanya Askar dari dalam.
"Arnessa," jawab Arnessa.
"Masuk."
Arnessa membuka pintu kamar Askar. Ia melihat Askar sedang berbaring di kasurnya.
"Askar, lu sibuk?" tanya Arnessa hati-hati.
Askar bangun kemudian menggeleng. Arnessa kemudian duduk disamping Askar. Arnessa menyodorkan buku alfabetnya pada Askar. Askar menatap Arnessa dnegan tatapan yang sulit diartikan.
"Ajarin gue membaca, mengenal angka dan semuanya," ungkap Arnessa dan sukses membuat Askar membulatkan mata.
"LU BUTA HURUF?" sentak Askar yang kaget bukan main. Arnessa mengangguk.
"Loh?! kok bisa?!" kaget Askar lagi.
"Gue... buta," lirih Arnessa.
"Hah? Maksudnya?" Askar benar-benar bingung. Ia memijit kepalanya.
"Gue memang buta sejak kecil, sebelum masuk keluarga Lordham. Gue bahkan bersekolah ditempat orang yang berkebutuhan khusus. Gue pikir gue tidak akan pernah melihat lagi, hanya saja Aurella datang dan memberikan semuanya," jelas Arnessa lembut.
"Setau gue... lu katanya waktu kecil tidak buta, Nes. Lu sama seperti Aurella," kata Askar tidak percaya.
"Ceritanya panjang... Kalo udah waktunya nanti gue ceritain semuanya," jawab Arnessa. Askar menatap sedih adiknya. ia benar-benar tidak tahu penderitaan yang dialami oleh adiknya.
"Oke. gue bakal ngajarin lu sampe bisa. Setelah itu lu bisa kuliah. Gue bakal ngatur semuanya buat lu, Nes." Askar memegang kedua bahu Arnessa.
Arnessa tersenyum mendengar ucapan Askar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOULEUR [COMPLETE]
Romance"Aku, kamu, penuh luka." Arnessa,si gadis cantik dengan rambut ombre sejak lahir. Rambutnya itulah yang membuatnya terlihat istimewa. Arnessa itu ramah,ceria,mudah bergaul. Setidaknya itu menurut orang di sekitarnya. Tetapi siapa yang tau bagaimana...