32 (REVISI)

1.8K 117 1
                                    


Happy reading

Setelah kepergian Al, Keluarga Abraham berkumpul di ruang tengah mereka. Mata Arnessa memerah karena menahan tangisnya. Kakinya melangkah mendekat kearah Askar yang berdiri tak jauh darinya.

PLAK

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Askar dan itu diberikan oleh Arnessa dengan wajah yang sudah dipenuhi airmata.

"Lu, gak berhak ngomong kayak gitu kepada Al!" Arnessa memperingatkan keras.

Askar hanya tersenyum sambil memegangi pipinya yang terasa panas bekas tamparan Arnessa.

"Arnessa, papa gak pernah ngajarin kamu bersikap lancang." tegur Arjuna.

"Iya, papa memang gak pernah ngajarin Arnessa. Tapi tidak dengan Askar!" sahut Arnessa tajam.

Askar kemudian menyahut. "Apa hebatnya seorang Giraldi hingga bikin kamu hampir gila hanya karena akan berpisah dengannya?"

PLAK

Arnessa melayangkan tamparannya lagi ke pipi sebelahnya Askar. Jelas sekali ada kebencian dimata Arnessa. Arjuna dan Monika membulatkan mata menyaksikan apa yang baru saja dilakukan Arnessa pada Askar.

"Arnessa, cukup!" teriak Monika tak tahan.

"Kenapa, Ma? Apa mama mau menyuruh Arnessa untuk menjauhi Al lagi?" tantang Arnessa.

"Masuk ke kamar sekarang atau papa akan membuatmu benar-benar bertunangan dengan Askar." Arjuna mengancam Arnessa. Tetapi Arnessa hanya tersenyum sinis.

"Lakukan! Maka kalian akan kehilangan putra kalian." balas Arnessa kemudian melangkahkan kakinya masuk ke kamarnya.

Monika menghampiri Askar dan memegang pipi Askar bekas tamparan dari Arnessa. Monika menangis.

"Maafin mama." Monika terisak.

"Buat apa mama minta maaf?" tanya Askar.

"Haruskah kita jujur saja pada Arnessa?" tanya Arjuna yang terdengar frustasi.

"Lalu apakah semuanya akan selesai jika papa jujur? Atau justru bakal memperkeruh suasana?" sahut Askar.

Al kembali ke apartemennya. Setibanya di kamar, Al langsung membanting semua barang-barangnya yang menimbulkan suara yang cukup ribut.

"ARGH! ASKAR, AKU AKAN MENGHANCURKANMU." teriak Al geram.

Vira memarkirkan mobilnya tak jauh dari rumah Arnessa. Ia kemudian menghubungi Arnessa dengan mengatakan bahwa dirinya sudah berada di dekat rumahnya. Tak berselang lama Arnessa muncul dengan mengendap-endap. Arnessa bahkan memanjat pagar rumahnya yang lumayan tinggi. Vira hanya melongo menyaksikannya.

"Lu gila!" Vira mengumpat.

"Sstt! Jangan banyak bacot, cepat anterin gue." Arnessa langsung masuk kedalam mobil Vira.

Vira melajukan mobilnya menuju tempat tujuan Arnessa. Setibanya disana, Vira hanya menunggu Arnessa di parkir dan membiarkan Arnessa masuk sendiri kedalam apartemen.

"Al..." Arnessa memencet bel beberapa kali.

Tak lama kemudian muncullah Al dengan pakaian santainya dan rambut cukup berantakan. Al melotot melihat kehadiran Arnessa yang tepat berada didepannya.

"Nes, are you really?" tanya Al tidak percaya.

Pletak

Arnessa langsung menjitak kepala Al. Al meringis dan kembali menatap Arnessa.

"Udah percaya?" tanya Arnessa. Al mengangguk.

"Ayo masuk." ajak Al. Arnessa menurut.

"Kamu ngapain kesini?" tanya Al sambil menyodorkan segelas air putih pada Arnessa.

"Aku cuma mau ngejelasin kalau aku sama Askar gak bertunangan. Itu cuma akal-akalan Askar aja." terang Arnessa. Al mengerutkan keningnya sambil memandang Arnessa.

"Kamu menjelaskannya agar aku tidak cemburu atau untuk melindungi Askar?" tanya Al.

"Maksud kamu?" tanya Arnessa balik.

"Kali aja kamu kesini menjelaskan hal itu agar aku tidak melakukan hal nekad pada Askar." jawab Al.

"Apaan sih, Al! Mulai deh kekanak-kanakkannya." sungut Arnessa.

"Kan aku nanya." sahut Al melakukan pembelaan.

"Iya." jawab Arnessa jutek.

"Kamu kesini sama siapa tadi?" tanya Al mengalihkan pembicaraan.

"Vira. Dia lagi nunggu diluar." jawab Arnessa.

"Kamu gak mau nginep disini?" tawar Al.

"Gak. aku gak mau buat masalah makin rumit." jawab Arnessa. "Yaudah, aku pulang ya. Kasian Vira nungguin kelamaan."

Arnessa bangkit dari duduknya. Saat ia hendak melangkah pergi, Al menahan tangannya.

"Kenapa?" tanya Arnessa bingung.

Al kemudian menarik Arnessa kedalam pelukannya sambil mengecup puncak kepala Arnessa.

"Hati-hati dijalan. Jangan manjat lagi. Jaga kesehatan." Al mengingatkan.

"Loh? Kok kamu tau aku manjat?" tanya Arnessa kaget.

"Iyalah. Kan kamu datang kesini secara sembunyi-sembunyi, jadi mana mungkin kamu pakai jalan yang benar." jawab Al santai. Arnessa terkekeh.

"Yasudah, aku antar sampai ke parkir."

Al kemudian mengantarkan Arnessa sampai ke parkir tepat dimana mobil Vira berada. Melihat kedatangan Al dan Arnessa, Vira langsung keluar dari mobilnya.

"Anterin Arnessa dengan selamat ya." kata Al pada Vira.

"Siap, boss!" seru Vira.

"Aku pulang dulu, ya." pamit Arnessa pada Al.

"Iya." jawab Al.

Arnessa kemudian masuk kedalam mobil Vira yang kemudian disusul oleh Vira masuk. Sebelum mobil melaju, Arnessa menyempatkan untuk melambai yang dibalas dengan seulas senyuman dari Al.

Vira mengantarkan Arnessa sampai ke rumahnya dengan selamat.
"Thanks banget ya. Sorry ngerepotin lu." kata Arnessa.

"Iya. Kan lu temen gue. Jadi pasti gue bantuin sebisa gue, Nes." jawab Vira. Arnessa tersenyum kemudian keluar dari mobil Vira.

Arnessa memanjat pagar lagi untuk masuk. Arnessa masuk dengan mengendap-endap tetapi tiba-tiba saja lampu di rumahnya menyala. Arnessa kaget bukan main.

"Kaget?" tanya Askar datar. Arnessa menatap Askar sinis.

"B aja." sahur Arnessa tak mau kalah.

"Dari mana saja? Abis nemuin Giraldi? Gak punya harga diri banget apa nemuin cowok jam segini?" sindir Askar tajam.

"Setidaknya gue punya tujuan dan tau siapa yang harus gue perjuangin, gak kayak lu yang bisanya cuma nurut aja kayak orang gak punya masa depan yang jelas." balas Arnessa dingin. Askar melotot.

"Udahlah, gue capek. Jangan ganggu gue." Arnessa kemudian melangkah masuk kedalam kamarnya begitu saja meninggalkan Askar.

BERSAMBUNG


Maaf pendek soalnya lagi gak ada ide cerita😅

DOULEUR [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang