7 (REVISI)

3.4K 250 31
                                    

Diam bukan berarti membiarkan





Happy Reading







Al tiba di apartemennya. Al melemparkan tas nya sembarang. Ia kemudian mengambil beberapa berkas yang ada di mejanya. Ia membukanya satu persatu dan membacanya. Setelah selesai,Al kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Bisa kita ketemu?" Kalimat pertama yang keluar dari mulut Al saat panggilan tersambung.

Al dan seorang pria tidak di kenal sedang berada di sebuah kafe. Mereka duduk di pojok agar tidak terlihat begitu mencolok.

"Apa yang ingin anda ketahui, Tuan muda?" tanya pria tersebut. Umurnya mungkin lebih tua dari Al. Dia adalah Edward, orang kepercayaan Al.

"Kamu kenal dengan Rico Verald?" tanya Al pada Edward.

"Kenal, dia putra bungsu tuan Aldo Verald dan nyonya Anggi Putri," jawab Edward.

"Cari tahu tentangnya dan juga bagaimana hubungannya dengan Aurella. Secepatnya!" perintah Al tegas. Edward mengangguk paham.

"Oh ya, apa daddy menanyakan tentangku padamu?" Lanjut Al. Edward tampak kaget. Al tersenyum sinis.

"Jawab sejujurnya saja. Kuyakin pasti daddy akan mengerti. Aku kemari bukan hanya untuk menjaga Arnessa," jelas Al pada Edward.

Arnessa membuka bukunya. Ia membaca halaman demi halaman. Tetapi pikirannya tidak fokus. Arnessa kembali teringat kejadian tadi siang di kampus antara Al dan Askar. Arnessa mengenal Al dan ia tahu dengan jelas bahwa Al tidak menyukai Askar, begitu pula sebaliknya.

Monika masuk kedalam kamar Arnessa dengan membawakan susu dan juga cemilan untuk Arnessa.

"Kamu rajin sekali sayang belajarnya," ucap monika senang. Arnessa tersenyum.

"Biasa aja, Ma. Aku cuma mengejar ketertinggalan aku," elak Arnessa. Monika tersenyum.

"Kamu kangen Paris, sayang?" tanya Monika tiba-tiba. Arnessa terdiam sebentar kemudian menjawab.

"Terkadang aku kangen. Tapi karena Al sudah di sini, aku tidak khawatir lagi," jawab Arnessa seadanya. Monika tersenyum sambil mengelus kepala Arnessa.

Keesokan harinya

Arnessa berangkat ke kampus dengan Askar. Setibanya di kampus, Arnessa langsung menuju kelasnya. Tetapi di depan kelas ia melihat Al.

"Al!" panggil Arnessa. Ia kemudian menghampiri Al yang tersenyum kearahnya.

"Menungguku?" tanya Arnessa antusias. Al mengangguk.

"Ayo kita bicara." Al kemudian menarik tangan Arnessa lembut.

Al membawa Arnessa ke taman belakang kampus. Mereka duduk di bangku yang kebetulan ada disana. Suasana taman cukup sepi jadi Al bisa berbicara sepuasnya dengan Arnessa.

"Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Al pada Arnessa. Arnessa tersenyum kemudian mengangguk.

"Jangan kecapean. Nanti kamu sakit," pinta Al. Arnessa kembali tersenyum kemudian mengangguk.

"Dadamu gak sakit lagi, kan?" tanya Al lagi.

"Sampai saat ini gak sakit lagi," jawab Arnessa seadanya.

DOULEUR [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang