1 [REVISI]

8.8K 527 138
                                    




Happy Reading 😘





Seorang gadis terbaring lemah dengan banyak selang di tubuhnya. Monitor disampingnya menampilkan kondisi jantungnya saat ini.

Perlahan namun pasti, mata gadis itu membuka. Gadis itu menatap sekelilingnya yang bernuansa putih. Ia merasa asing.

"Dimana aku? Apakah aku di surga?" gumamnya

Seorang dokter dan beberapa perawat menghampirinya.
"Nona Arnessa?" panggil dokter. Gadis itu menoleh saat merasa namanya di panggil.

"Bagaimana tanda vitalnya?" tanya Dokter kepada perawat yang ada disampingnya.

"Tanda vitalnya stabil, dok," jawab seorang perawat.

"Dimana keluarga saya?" Arnessa membuka suara.

"Mereka diluar,"jawab Dokter.

"Saya mau bertemu dengan Al," pinta Arnessa lemah

"Baiklah, akan saya panggilkan," jawab dokter.

Dokter kemudian keluar dan menemui keluarga Arnessa.
"Nona Arnessa telah siuman. Diantara kalian, adakah yang bernama Al?" tanya dokter kepada keluarga Arnessa.

Papa, mama dan juga seorang pria disana saling bertukar pandang.
"Saya boleh bertemu dengannya?" tanya pria tersebut. Dokter mengangguk. pria itu kemudian masuk kedalam ruangan Arnessa.

"Arnessa," panggilnya.

Arnessa memandang asing pria tersebut.
"Kamu siapa?" tanya Arnessa bingung.

"Gue Askar, abang lu," jawab pria itu. Sontak Arnessa menajamkan penglihatannya.

"Ngga! Lu bukan abang gue. Gue mau ketemu Al. Dimana Al???" pekik Arnessa yabg tiba-tiba histeris. Pria yang bernama Askar itu mendekat dan menenangkan Arnessa.

"Arnessa Julia Abraham, dengerin gue. LU ITU ADIK GUE. KEMBARANNYA AURELLA," kata Askar penuh penekanan. Arnessa terdiam.

"Ng-ngga. Gue keluarga Lordham. Gue Arnessa Julia Lordham!" bantah Arnessa yang masih bersikeras.

"Nes! Mulai sekarang dan seterusnya, Lu adalah keluarga Abraham. Sampai kapanpun lu adalah keluarga kami," tegas Askar. Arnessa terdiam.

"Kalo kalian keluarga gue, kenapa kalian baru muncul sekarang?" tanya Arnessa dengan sinis.

SKAKMAT
Askar bingung harus menjawab apa. Arnessa tersenyum sinis.
"Selamanya gue tetap keluarga Lordham," kata Arnessa menegaskan.

Askar memandang Arnessa meremehkan.
"Keluarga? Cih.. Lu yakin dianggap keluarga oleh mereka? Gue kira lu cuma dimanfaatin buat anak mereka yang sakit itu," sindir Askar. Arnessa terdiam.

"Lu di perlakukan tidak adil oleh mereka dan lu masih nganggep mereka sebagai keluarga lu? LU MASIH WARAS?" Askar sudah tidak tahan lagi.

"ITU LEBIH BAIK DARIPADA KALIAN YANG MUNCUL SETELAH GUE BAIK!" balas Arnessa tidak mau kalah.

Askar kembali terdiam. Arnesaa pun begitu. cukup lama mereka saling terdiam sampai akhirnya Arnessa membuka suara lagi.

"Dimana Aurella?" tanya Arnessa pada Askar.

"Aurella ada disini. Apa yang lu liat sekarang adalah dunianya Aurella," jawab Askar. Arnessa memandang Askar bingung.

"Maksud lu?" tanya Arnessa.

"Aurella disini. Dia selalu berada dimanapun lu berada, Nes. Mata dan jantung lu itu adalah Aurella," jelas Askar. Arnessa mengerti arah pembicaraan Askar. Ia memandang Askar.

"Jangan bilang... kalau Aurella yang telah berikan mata dan jantungnya buat gue?"

"Kemarin, saat di Paris dia nemuin lu. Dia tau lu sakit dari Al. Entah apa yang terjadi, Aurella kecelakaan disana dan dia yang udah donorin mata dan jantung buat lu. Tetapi sebagai gantinya, Aurella memohon pada keluaega Lordham buat kembaliin lu ke keluarga Abraham," jelas Askar panjang lebar. Dari ucapannya, terdengar kalau Askar sangat sedih. Arnessa diam mendengarkan.

"Aurella mengalami kecelakaan mobil setelah beberapa hari menemui lu di rumah sakit. Gue gak tau kejadian ini gimana, tapi yang jelas gue ngerasa kalo kecelakaan ini memang disengaja sama Aurella," lanjut Askar.

"Antarkan gue ke makam Aurella," pinta Arnessa lemah.

"Iya, nanti kalo lu udah bisa pulang," jawab Askar lembut.

Sepulang dari rumah sakit, Arnessa langsung diantar oleh Papa, Mama, dan juga Askar ke makam Aurella. Arnessa masih duduk di kursi roda karena memang kondisinya masih lemah.

"Hai.. apa kabar? Gue Arnessa Julia Lordham, em, maksud gue Arnessa Julia Abraham. Sekarang gue jadi bagian keluarga Abraham. Gue kembali ke Indonesia. Gue baru tahu kalo gue punya kembaran. Tetapi kenapa lu dengan jahatnya ninggalin gue? Gue belum pernah liat lu, kita belum sempat bercanda, rebutan baju, curhat-curhatan. Kok lu tega sih ninggalin gue? Lu malu ya punya kembaran lemah kayak gue, Rel? " Arnessa berkata panjang lebar pada makam Aurella. Tatapan dingin yang Arnessa berikan. Mama sudah menangis dari tadi mendengarkan.

"Rel, gue sedih kehilangan adik bawel kayak lu. Gaada lagi yang rusuhin kamar gue karena berantem sama Rico. Gaada lagi yang habisin kacang di kamar gue. Gaada lagi yang minjam cd game gue dan ga pernah dibalikin. Tapi satu sisi gue juga seneng karena adik gue yang satunya udah kembali. " Askar mencurahkan seluruh perasaannya di makam Aurella.

"Rel, tenang disana ya. Kami sayang kamu," lanjut Askar.

Setelah itu mereka pulang ke kediaman Abraham.

*

Arnessa menatap nanar kamarnya yang dulunya menjadi kamar Aurella.
"Nes, lu yakin mau disini? Kamar lain masih banyak," tanya Askar khawatir.

"Gapapa. Gue mau disini aja," jawab Arnessa seadanya.

Askar memperhatikan penampilan adiknya yang satu ini. Ia benar-benar mirip dengan Aurella. Mata, hidung, bibir mereka mirip. Hanya saja rambut Mereka berbeda. Rambut Aurella berwarna coklat terang sedangkan rambut Arnesaa berwarna ombre black-pink.

"Sekarang lu istirahat. Kalo lu butuh sesuatu, panggil gue aja. kamar gue ada disebelah," kata Askar mengingatkan. Arnessa hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan.

~

Al sedang duduk di balkon kamarnya. Ia memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. Ia merasa sepi. Ia merasa separoh dirinya hilang.

"Al." Sebuah suara memanggilnya. Al hanya diam tidak menyahut.

"Al," panggilnya lagi.

Al merasa jengah akhirnya menyahut.
"What's wrong, Mom?"

"Kamu masih mikirin Arnessa?" tanyaa Mamanya, Jessica.

"What do you think, mom?" sahut Al sinis.

"Jaga bicaramu, Al," tegur Jessica.

"Mom bicara seperti itu seolah-olah mom itu orang baik," sindir Al.

"Kamu ini kenapa sebenarnya, Al?" tanya Jessica yang mulai kesal.

"Aku? Tentu saja aku membenci Mom. Ah, aku juga membenci Dad. Tolong sampaikan itu," jawab Al dengan santainya.

Nafas Jessica tercekat. Bagaimana mungkin putra tunggalnya membencinya.

"Selama ini aku berpikir kenapa ada orang tua berhati monster seperti kalian. Jika kalian monster,apakah kelak aku juga akan menjadi monster dan menyakiti Arnessa juga sama seperti yang kalian lakukan?" Al buka suara lagi.

Jessica hanya diam mendengarkan.Ia tau dengan jelas bahwa Al begitiu sedih karena berpisah dengan Arnessa.  Ia juga memaklumi Al yang membencinya karena Al memiliki alasan yang kuat untuk membencinya.




Bersambung...



Btw gimana nih part 1 ? jangan lupa comment ya

DOULEUR [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang