30 (REVISI)

1.9K 122 2
                                    


Tulus itu bukan tentang bagaimana kamu menerima kekurangannya tetapi kamu tetap sabar membimbing untuk memperbaikinya. 



Happy Reading




Askar sedang bersama kedua orang tuanya. Arjuna memberikan  memberikan buket bunga kepada putranya. Arjuna bangga kepada Askar karena telah berhasil Cumlaude. Mata Askar tertuju pada Al dan Arnessa yang sedang berfoto bersama. Askar tersenyum melihat senyuman cerah yang terukir di wajah cantik Arnessa.

Tak lama kemudian Arnessa menyeret Al untuk menghampiri Askar.

"Congrats, Kar." Arnessa mengulurkan tangannya kearah Askar.

"Thanks, Nes." sahut Askar menerima uluran tangan Arnessa untuk berjabat tangan.

"Yuk kita foto bertiga." Ajak Arnessa dengan wajah polosnya seolah tidak tahu kalau dua pria yang kini bersamanya sedang perang dingin.

"HAH?" kaget Al dan Askar bersama.

"Ciee kompak..." goda Arnessa.

Monika hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Arnessa.

"Ayoo, please..." Arnessa memohon pada Al. Al langsung memalingkan wajahnya.

"Al..." bujuk Arnessa dengan wajah memelasnya. Al mendengus kemudian mengangguk.

Akhirnya mereka bertiga bisa berfoto bersama dengan posisi Arnessa berada di tengah keduanya sambil mengamit lengan Al dan Askar.

Dari semua mahasiswa yang telah di wisuda, hanya Rico yang memasang tampang datarnya. Yudhis dan Kania datang tetapi tetap saja Rico tampak tak bahagia. Sepasang mata sedang mengamati keluarga itu.

Seusai acara, Arnessa pergi bersama dengan Al. Al membawa Arnessa kesebuah restoran. Al menggandeng tangan Arnessa begitu mereka turun dari mobil sampai mereka masuk ke restoran. 

"Al," panggil Arnessa lembut.

"Hm?" 

"Setelah ini kamu akan kembali ke Paris?" tanya Arnessa pelan. Al diam sambil memandangi Arnessa.

"Aku nanya. Tolong di jawab." sambungnya.

"Aku belum tau, Nes. Aku masih ingin di sini bersamamu," jawab Al. 

"Perusahaanmu bagaimana kalau kamu tetap disini, Al?" tanya Arnessa lirih. Al tersenyum kecut. 

"Aku ingin tetap disini, Nes..." sahut Al pelan.

Tak lama kemudian sosok pria paruh baya memasuki restoran yang sama dengan Al dan Arnessa. Dia adalah Dokter Alan. 

"Dokter Alan?" tegur Arnessa saat melihat Alan duduk tak jauh dari mereka. Al mengikuti arah pandangan Arnessa.

"Hai, kalian disini juga?" sapa Alan ramah. Al tersenyum.

"Gabung aja, dok." Ajak Arnessa.

"Terima kasih, Arnessa. Tapi saya tidak mau mengganggu privasi kalian," tolak Alan secara halus.

Ponsel Al bergetar tanda ada yang menelponnya.

"Halo, dad. Ada apa?" tanya Al.

"...."

"Lagi sama Arnessa." 

"...."

"Iya, dad. Kesini aja." 

"...."

Al memutuskan sambungan. Arnessa menatapnya dengan tatapan penuh tanya.

"Kenapa?" tanya Arnessa.

DOULEUR [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang