40

4.3K 122 8
                                    


Budayakan vote sebelum membaca.

Happy Reading


Sepulangnya ke rumah Arnessa langsung mengurung dirinya di kamar. Monika bingung dengan perubahan yang terjadi pada Arnessa. Akhirnya Monika memutuskan untuk bertanya pada Askar.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Kar?" tanya Monika yang terlihat bingung.

"Arnessa sudah tau semuanya, Ma. Dia tau kalau dia adalah putri dokter Alan dan adiknya Giraldi." ungkap Askar seadanya. Mata Monika membulat sempurna.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Monika lagi.

"Biarkan dokter Alan yang bicara sama Arnessa." jawab Askar.

"Askar." panggil Arjuna yang tiba-tiba menghampirinya.

"Iya, pa?" sahut Askar.

"CEO Ferdo group meninggal saat di Paris?" tanya Arjuna memastikan.

"Askar gak tau pastinya, pa. Sepertinya iya. Kemarin juga Al sama Arnessa sempat pergi ke Milan dadakan." jelas Askar. "Mungkin itu juga yang menyebabkan Arnessa tau siapa dirinya."

"Baiklah. Biarkan Arnessa sendiri dulu." kata Arjuna.

Arnessa menangis di dalam kamarnya sambil memeluk lututnya sendiri. Bibirnya terus saja mengucapkan kata maaf berulang kali.

"Maaf, Al." kata Arnessa dalam tangisnya.

"Sekarang aku mengerti bahwa bukan hanya ditinggalkan saja yang merasa sakit, tetapi yang meninggalkan juga." Arnessa bicara pada dirinya sendiri. "Kini aku mengerti bagaimana perasaanmu saat meninggalkanku 2 tahun yang lalu. Kini aku tau bagaimana rasanya menutup mata dan telingaku untuk orang yang kusayangi. Menjadi tidak peduli itu tidak mudah, Al."

Al dan Arnessa merasakan hal yang sama seperti dua tahun yang lalu. Hanya saja sekarang posisi mereka berbeda. Kini mereka saling mengerti bagaimana rasanya berada di posisi ditinggalkan dan meninggalkan. Tuhan benar-benar adil dalam membagi rasa kepada mereka berdua.

Sesuai permintaan Arjuna dan Monika, Alan datang ke rumah mereka untuk bertemu dengan Arnessa. Alan menghampiri Arnessa yang masih mengurung diri di kamar.

"Arnessa." panggil Alan pelan. Arnessa yang duduk di kasurnya akhirnya menoleh.

"Pa.. pa?" lirih Arnessa sangat pelan. Alan tersenyum kemudian berjalan mendekati Arnessa.

Alan duduk di samping Arnessa sambil mengelus lembut putrinya.
"Maafin papa." kata Alan menyesal.

Arnessa lamgsung memeluk Alan sambil menangis. Alan membalas pelukan putrinya.

"Apa salahku, pa? Kenapa papa gak ngakuin aku?" tanya Arnessa dengan sedih.

"Papa gak punya niat sedikitpun buat melakukannya. Papa hanya menunggu waktu yang tepat, Nes. Papa juga terlambat menyadarinya." jelas Alan.

"Kenapa juga Al harus menjadi kakakku?" lirih Arnessa.

"Kami mengadopsinya waktu dia masih bayi. Orang tuanya, Joseph dan Jessica, mengalami krisis finansial." terang Alan sambil terus mengelus lembut rambut putrinya. Arnessa tersentak mendengarnya. Ia langsung melepas pelukan Alan dan menatapnya dengan tatapan minta penjelasan.

"Kemarin kamu ke Paris, kan? Apa daddy mu tidak menceritakannya?" tanya Alan. Arnessa menggeleng cepat.

"Aku tidak banyak berinteraksi dengan mereka, pa. Aku kemarin pergi ke Milan untuk pemakaman grandpa." jawab Arnessa.

"Iya, papa gak bisa datang karena ada operasi." kata Alan menyesal.

"Jadi Al bukan kakak kandungku?" tanya Arnessa penasaran. Alan mengangguk pelan.

"Al... gak tau akan hal ini?" tanya Arnessa lagi.

"Mungkin belum. Cepat atau lambat dia pasti tau. Joseph gak mungkin menyembunyikan hal itu terus-terusan." jawab Alan.

Arnessa menatap langit-langit kamarnya. Ada perasaan lega dihatinya. Tetapi sekarang kenyataan itu tak ada gunanya lagi karena dirinya dan Al sudah saling melepaskan.

"Kamu mencintai Al?" tanya Alan tiba-tiba. Arnessa tersentak.

Arnessa menghela nafas terlebih dahulu kemudian menjawab.
"Perasaanku.. aku tidak tau."

"Apa yang terjadi dengan kalian saat di Paris?" selidik Alan.

"Tidak ada, pa. " jawab Arnessa berbohong. Alan hanya tersenyum mendengar jawaban dari putrinya.

Askar sedang berkumpul bersama teman-temannya, Evan, Fino dan Rico. Sekarang Askar dan Rico sudah berdamai sejak 2 tahun yang lalu. Tidak ada lagi amarah dalam diri Askar terhadap Rico.

"So, lu yakin bakal nikahin Arnessa?" tanya Rico pada Askar.

Askar hanya mengedikkan bahunya.
Evan pun menimpali.
"Pernikahan.. Jangan main-main sama ikatan itu, Kar. Lu tau dengan jelas kan Arnessa itu cintanya sama siapa?"

"Sangat tau." jawab Askar seadanya.

"Let's see? Terus kenapa lu masih mau menikahi dia?" tanya Rico lagi.

"Dalam hal ini, bukan cuma lu yang menderita tapi Arnessa juga." lanjut Evan.

"Woy woy udah. Kasian Askar. Biarin dia memilih jalan hidupnya sendiri." Fino berusaha menengahi.

"Kita cuma mau ngasih pendapat, Fin." sahut Evan.

"Biarin aja. Kita serahin semuanya ke Arnessa. Kalau Arnessa nya juga mau, ya apa boleh buat." kata Fino.

"Dengerin gue, Kar. Mending lu mundur sekarang." pinta Rico.

"Iya, Kar. Sakit banget mencintai tapi tak dicintai." tambah Evan.

"Ini hidup lu. Yang ngejalanin lu. Lu berhak milih, Kar. Jangan terpaku sama keputusan orang tua lu terus dong. Lu harus tegas, terutama tentang hati." sambung Rico lagi.

Askar diam mendengarkan teman-temannya. Ia bimbang sekarang. Orang tuanya memintanya untuk menikah dengan Arnessa. Ia juga mencintai Arnessa. Tetapi satu hal yang takkan pernah bisa dirubah, Arnessa selalu mencintai Al.

Arnessa dan Askar memang sudah bertunangan sejak 2 tahun lalu. Tetapi Arnessa tidak pernah menganggap Askar lebih dari seorang kakak. Hatinya Arnessa masih saja terpaku pada Al yang sudah jelas menyuruhnya pergi. Jadi siapa yang bodoh disini? Al yang menyia-nyiakan seorang cewek yang begitu mencintainya? Atau Arnessa yang terus saja mencintai cowok yang sudah menyuruhnya pergi atau Askar yang tetap mencintai cewek yang sudah jelas hatinya mencintai cowok lain?

BERSAMBUNG


Yuk baca ceritaku yang baruuuuu

Yuk baca ceritaku yang baruuuuu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DOULEUR [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang