11 (REVISI)

2.8K 196 22
                                        


Mengumbar tidak akan membuat semuanya selesai


Happy Reading


Arnessa datang ke kampus dengan tidak bersemangat. Matanya benar-benar masih mengantuk. Maklum saja tadi malam ia hanya tidur sekitar 4 jam. Setelah Al pulang dari kamarnya, ia tidak benar-benar tidur.

Baru saja Arnessa hendak masuk ke kelasnya, tetapi ia sudah di seret oleh Laura cs ke tengah lapangan. Matahari kali ini cukup terik dan menyilaukan.

"Anak angkat kok lu ga bersemangat gitu? Kecapean abis menyervice ya?" tanya Renata dengan nada melecehkan.

"Berapa ronde tadi malam?" sambung Gista.

"Udah guys, kasian dia. Pasti dia masih punya malu," lanjut Laura.

Arnessa menatap Laura tidak mengerti. Jujur saja, Arnessa sedang benar-benar malas meladeni Laura.

"Mau kalian apa lagi, sih?" tanya Arnessa dengan nada lemah. Ia benar-benar mengantuk.

"Mau kita? Lu minta maaf atas apa yang lu lakuin kemarin ke gue!" tegas Laura.

"Minta maaf? Buat apa? Gue gak ngerasa salah," sahut Arnessa enteng. Laura menatap tajam ke arah Arnessa dan

PLAKK

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Arnessa. Arnessa memegangi pipinya yang terasa panas dan menatap Laura tajam.

"Kak, mending gak usah cari masalah deh dengan saya. Saya sudah cukup sabar," kata Arnessa datar. Ia sedang berusaha menahan emosinya.

"Siapa lu berani ngancem gue?" balas Laura lantang. Ia hendak menampar Arnessa lagi, tetapi Rico tiba-tiba datang dan menahan lengan Laura.

"Lu gak capek cari masalah mulu?" tanya Rico. Laura menghempaskan tangan Rico.

"Lu gak capek belain anak angkat? Kemarin Aurella sekarang adiknya!" seru Laura tidak mau kalah.

"Lu gak malu, Ric ?" lanjut Laura lagi.

Arnessa menarik nafas pelan.
"DIAM! KALIAN SAMPAH!" cetus Arnessa tajam. Rico menatap Arnessa tidak percaya. Laura melotot.

"Lu!" Arnessa menunjuk tepat di depan wajah Laura. "Lu gak lebih dari cewek murahan yang kurang perhatian!"

"Dan lu kak!" Kini giliran Rico yang ditunjuk oleh Arnessa. "Lu bajingan bertopeng Malaikat!"

Laura benar-benar marah sekarang. Sedangkan Rico? Dirinya membeku mendengar ucapan Arnessa barusan.

Laura mendorong kuat Arnessa hingga Arnessa jatuh terduduk. Arnessa mendengus kasar kemudian bangkit dan menatap tajam ke arah Laura. Beberapa mahasiswa menatap mereka.

"Sampai kapan lu berhenti cari gara-gara sama gue?" tanya Arnessa dengan dingin.

"Apa dulu lu juga memperlakukan Aurella begini?" lanjut Arnessa tajam . Laura terdiam.

"Udahlah. Gue capek. Gue males ngeladenin manusia kayak kalian!" putus Arnessa.

Arnessa berbalik hendak pergi tetapi kepalanya pusing. Arnessa merasa sekitarnya berputar. Al berlari menghampiri Arnessa untuk menahan tubuh Arnessa yang akan ambruk. Arnessa pingsan!

Meskipun ada klinik kesehatan di kampus, Al lebih memilih untuk membawa Arnessa ke rumah sakit. Dokter Alan yang kemarin menangani Arnessa, kaget melihat kedatangan Arnessa dalam keadaan pingsan.

Dokter Alan memeriksakan kondisi Arnessa.

"Dia kelelahan. Kamu harus jaga dia, nak. Kondisinya benar-benar lemah," tutur Dokter Alan. Al mengangguk.

DOULEUR [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang