34 (REVISI)

1.9K 108 6
                                    


Now playing Rossa-Hati yang kau sakiti🎶


Happy Reading




Setelah kembali ke Paris, Al lebih banyak diam dan mengurung diri di kamar. Ia bahkan tidak masuk kantor selama seminggu. Al sedang berusaha membiasakan diri tanpa ada Arnessa di benaknya. Tetapi semakin kuat ia berusaha melupakan, semakin dalam pula rasa sakit yang ia rasakan.

"Al..."

Jessica menghampiri Al yang sedang berdiri dekat jendela kamarnya.

"Kamu ada masalah, ya?" tanya Jessica pelan. Al hanya diam dengan pandangan kosong ke depan.

Jessica mengelus lembut pundak putra semata wayangnya itu. Al berubah banyak.

"Apa karena berpisah dengan Arnessa?" Jessica berusaha membujuk Al untuk berbicara. Tetapi hasilnya nihil. Al tetap diam seribu bahasa.

"Kamu sayang sama Arnessa, kan? Hanya ada dua cara sayang. Pertama, kamu harus berlari menghampirinya. Perjuangkan dia. Tetapi kamu harus menanggung semua resiko yang mungkin terjadi. Atau yang kedua, melangkah mundur ke belakang secara perlahan. Tinggalkan Arnessa. Bukan hanya dia, tapi semua kenangan kalian. Tidak perlu buru-buru, karena jika kamu terlalu memaksa, kamu akan tersakiti lebih dalam lagi." Jessica berusaha memberikan nasehat kepada putranya itu.

Al masih diam. Tetapi telinganya masih setia mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut mamanya itu.

"Pilihan mana yang akan kamu ambil?" tanya Jessica. "Al, semakin lama kamu diam, bukan hanya kamu saja yang tersakiti nantinya, tetapi juga Arnessa. Kamu gak mau kan Arnessa sakit?"

Al tersentak mendengar ucapan Jessica barusan. Mamanya benar, jika memang harus tersakiti, maka cukup dia. Arnessa tidak boleh ikut merasakan sakit.

*


Al bertemu dengan Theo, kakeknya, yang kebetulan berkunjung ke Paris. Al menemui Theo di cafe hotel tempat Theo menginap.

"Cucuku?"

Theo langsung berhambur memeluk Al.

"Grandpa senang kamu baik-baik saja," Ucap Theo sambil mengelus punggung Al.

"Maaf kalau selama ini Al pura-pura tidak mengenali grandpa." kata Al menyesal. Theo melepas pelukannya.

"Tidak apa-apa. Alan sudah menceritakan semuanya. Grandpa juga gak sabar ketemu dengan adikmu." sahut Theo senang.

"Adik?" Al mengerutkan keningnya. Theo mengangguk.

"Alan bilang sama grandpa kalau Arana, mamamu, memiliki dua putri kembar. Tetapi hanya satu yang bertahan hidup." jelas Theo.

DEG!

Al seakan terkena serangan jantung sekarang. Al mulai berasumsi bahwa Arnessa dan Aurella adalah adiknya. Tetapi Al berusaha mati-matian membunuh prasangka itu.

"Namanya.. siapa ya... Aduh grandpa lupa." Theo berusaha mengingat nama cucu perempuan itu. Al meneguk ludahnya.

"Ah! Grandpa ingat. Namanya Arnessa. Ya, Arnessa Julia!" ucap Theo.

Dan saat mendengar nama itu, Al seperti tenggelam kedasar laut yang paling dalam. Bagaimana mungkin papanya menyembunyikan hal sepenting itu darinya. Lalu, banyak pertanyaan bermunculan dibenak Al.

Kenapa papa menyembunyikannya?

Apa alasan papa memintanya pergi dari Arnessa? Apa karena perjodohan Arnessa dengan Askar atau karena dia adalah kakak dari Arnessa?

Al mengepalkan tangannya. Ingin rasanya Al terjun dari atap hotel kemudian mati sekarang juga. Sudah cukup menyakitkan baginya untuk memaksa pergi meninggalkan Arnessa, lalu sekarang muncul fakta bahwa dirinya adalah kakak dari gadis yang begitu dicintainya. Apakah takdir memang sekejam itu pada mereka berdua?

"Al, kamu kenapa?" tanya Theo yang bingung karena Al hanya diam.

"Grandpa, maaf aku harus pergi. Aku ada urusan mendadak." Al membuat alasan.

"Iya. Hati-hati ya."

Al langsung pergi meninggalkan kakeknya itu. Al masuk ke mobilnya kemudian melajukannya dengan kecepatan diatas rata-rata. Kenangannya bersama Arnessa kini berputar di kepalanya. Hal itu membuat Al tidak fokus menyetir dan hampir membuatnya menabrak sebuah truk. Untung saja Al langsung tersadar dan dengan cepat membanting setirnya untuk menghindari truk tersebut. Al menginjak kuat rem saat mobilnya hampir keluar dari jalur. Mobilnya berhenti. Nafas Al tersengal-sengal.

"Sial! Sial!"

Al memukul setirnya. Kepalanya seperti akan pecah.

"KENAPA HARUS ARNESSA? ARGH!!"

Al mengamuk di dalam mobilnya. Sesekali ia menjambak rambutnya sendiri. Dalam hal ini, siapa yang salah?

Al merutuki kebodohan dirinya yang mencintai adiknya sendiri. Tetapi semua ini tidak akan pernah terjadi jika tanpa campur tangan Tuhan. Entah kenapa Tuhan begitu mempermainkan perasaan Al dan Arnessa. Tetapi dibalik semua itu, Tuhan pasti menyimpan rencana indah untuk mereka berdua, bukan?

Sebulir air mata menetes membasahi pipi Al. Untuk pertama kalinya Al menangis. Untuk pertama kalinya Al merasa begitu sakit. Untuk pertama kalinya Al merasa begitu bodoh karena telah mencintai Arnessa.

Al memijat kepalanya yang terasa begitu pusing. Masalahnya terus bermunculan tanpa ada satupun yang berhasil ia selesaikan. Bahkan pembalasan dendamnya karena pembantaian yang telah terjadi di keluarganya belum mampu ia lakukan, sekarang bermunculan masalah baru.

Rasanya sekarang Al ingin menghentikan nafasnya saja. Andai ia mampu, ingin sekali dirinya meminta jantungnya untuk berhenti berdetak. Tetapi itu bukan kuasanya.



BERSAMBUNG

DOULEUR [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang