9 [REVISI]

3.1K 214 15
                                    

Selama kamu di sisiku, aku akan baik- baik saja. Itu bullshit!


Happy Reading


Arnessa telah boleh pulang oleh dokter. Awalnya Al ingin membawa Arnessa ke apartemennya, tetapi Arnessa bersikeras untuk pulang. Lalu kemarin apakah Al menghubungi keluarga Arnessa? Tentu saja, Al menghubungi mereka tepat di depan Arnessa. Lalu apakah mereka datang? Jawabannya tidak. Kenapa? Karena Al tidak mengizinkannya, hahaha.

Askar menatap geram kehadiran Al bersama Arnessa. Monika menyambut mereka dengan senyuman hangat.

"Udah puas memonopoli Arnessa?" tanya Askar tajam pada Al.

"Belum," jawab Al enteng. Arnessa mendelik.

"Halo, Tante. Saya Giraldi." Al memperkenalkan diri pada Monika.

"Kamu saudara Arnessa, kan?" tanya Monika.

"Em...iya," jawab Al ragu. Arnessa hanya tersenyum kecut.

"Terima kasih sudah mau menjaga Arnessa, Nak." kata Monika. Al hanya membalasnya dengan senyuman.

*

Seorang gadis dengan rambut di cepol membuka pintu apartemen. Ia melangkah masuk dengan wajah ceria. Namun matanya menangkap sepasang sepatu wanita di depan pintu. Jantungnya berdebar cepat melihat benda tersebut. Dengan ragu, ia masuk ke dalam kamar. Dan hal yang di lihatnya adalah Tunangannya sedang tidur dengan wanita lain. TANPA BUSANA.

Dengan cepat gadis itu menghapus airmatanya kemudian berlari keluar apartemen tanpa mengucapkan apapun. Hatinya terlalu sakit.

Rico, Evan, dan Fino kumpul ke rumah Askar. Seperti biasa lah yang mereka lakukan hanyalah sekedar mengobrol ataupun bermain game.  Mereka kumpul di kamar Askar yang tepat bersebelahan dengan Kamar Arnessa.

"Adik lu mana, bro?" tanya Evan pada Askar.

"Dia di kamarnya," jawab Askar.

"Lu gapapa, Ric?" tanya Fino tiba-tiba. Rico yang ditanya menatap heran kearah Fino.

"Ini kan rumah mantan tunangan lu. Siapa tau lu Flashback," jawab Fino dengan wajah tak berdosa.

BUKK
Evan langsung melempar muka Fino dengan bantal.

"Gila tuh mulut!" seru Evan.

"Lebih gila orangnya," sahut Rico enteng.

"Yeee gue kan nanya." Fino melakukan pembelaan. Sedangkan Askar? Dia hanya diam.

"Kar, lu diem mulu daritadi," kata Evan.

"Dari dulu juga dia lebih banyak diem, oon," sahut Fino.

"Ada perang dingin diantara kita," lanjut Fino. Evan mendelik. Rico berdehem.

"Tuh mulut lemes banget, ya?" protes Evan. Sedangkan Fino hanya mengedikkan bahunya tak peduli.

Rico tiba-tiba berdiri. Askar langsung menghentikannya.

"Mau kemana lu?" tanya Askar pada Rico.

"Ke dapur, bentar." jawab Rico.

"Ngapain?" tanya Askar lagi.

DOULEUR [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang