15 (REVISI)

2.4K 162 6
                                    

Bercanda boleh, tapi gak usah pakai dusta. Gak lucu!


Happy Reading



Askar mendorong kursi roda Arnessa menuju kamarnya. Setibanya di kamar, Askar juga menggendong Arnessa kemudian meletakkannya di kasur.

"Makasih ya, Kar." kata Arnessa lembut. Askar tersenyum.

"Gue keluar dulu ya. Kalau lu perlu sesuatu, chat gue aja." kata Askar. Arnessa mengangguk sambil tersenyum.

Al mengetukkan pen yang di pegangnya di meja kerjanya. Di hadapannya ada beberapa berkas yang siap untuk ia tandatangani, tetapi pikirannya terbang jauh dari dirinya.

"Pak Giraldi?" tegur Jevan, sekretarisnya. Al tersadar.

"You talk about?" Al bertanya balik.

"Tadi saya menjelaskan tentang kerjasama kita dengan perusahaan Minyak dari Turki," kata Jevan. Al mengangguk paham.

"Bapak lagi ada masalah?" Tanya Jevan hati-hati.

"Kebanyakan masalah ini. Lagipula saya lagi mikirin gimana kuliah saya yang saya tinggal ini," jawab Al.

"Pasti melelahkan sekali ya Pak kalau harus kuliah dan kerja beda negara seperti ini," sahut Jevan.

"Maybe," jawab Al dengan tersenyum kecut. "Tolong atur jadwal saya ya soalnya harus kembali ke Indonesia secepatnya."

"Baiklah, pak." jawab Jevan.

*

Lioni dan Vira datang ke rumah Arnessa dengan tujuan untuk menjenguk Arnessa. Mereka berpapasan dengan Askar.

"Kak Askar, kamar Arnessa dimana?" Tanya Lioni dengan sopan pada Askar. Askar kemudian menunjukkan kamar Arnessa tanpa berbicara.

"Makasih, Kak." ucap Lioni. Askar hanya mengangguk singkat.

Gila! Pake baju santai aja kak Askar tetap ganteng. Lioni membatin.

"Heh? Lu kenapa?" Vira menegur Lioni yang memandangi punggung Askar.

"Kak Askar makan apa sih?" Mata Lioni tidak berpaling sedikitpun."Kok bisa ganteng gitu?"

Vira hanya geleng-geleng kepala.
"Lebih ganteng kak Giraldi. Tapi sayang punyanya Arnessa, hahahaha," sahut Vira.

"Masih ada kak Askar," sahut Lioni. "Siapa tau masih jomblo."

"Ngarep lu!" seru Vira.

Mereka berdua kemudian melangkah masuk ke kamar Arnessa. Arnessa kebetulan sedang berada di kamarnya untuk membaca buku.

"Arnessa!" panggil Lioni dan Vira.

"Oh? Hai!" balas Arnessa kemudian mrnutup bukunya.

"Sini! Sekalian tutupin pintunya ya." Arnessa mengajak Lioni dan Vira mendekat.

"Gimana kondisi lu?" tanya Vira.

"Ya gini, bentar lagi pasti sembuh kok," jawab Arnessa. "Oh ya, kalian mau minum apa?"

"Gak usah lah, Nes." tolak Lioni.

Arnessa kemudian mengetikkan sesuatu di ponselnya kemudian mengirimnya ke Askar. Tak lama kemudian seorang pembantu datang membawakan minuman dan beberapa cemilan.

"Loh? Perasaan tadi lu gak ada nyuruh pembantu deh?" kaget Lioni.

"Iya, tapi gue minta bantuan Askar. Mungkin dia yang bilangin ke bibi." jawab Arnessa.

"Duh kakak idaman banget. Jadi pengen jadiin pacar (?)" sahut Lioni. Arnessa dan Vira saling pandang.

"Lu masih sehat, Ni?" tanya Arnessa. Lioni mengangguk.

"Lu yakin suka sama abang gue?" tanya Arnessa lagi.

"Iya, adik iparku yang tersayang." jawab Lioni.

"Najis!" seru Arnessa. Lioni mengerucutkan bibirnya sedangkan Vira tertawa terbahak-bahak.

"Bagi id line bang askar dong." Rayu Lioni pada Arnessa.

"Lu yakin gak sakit?" Tanya Arnessa. Lioni mengangguk.

"Yaudah gue kasih." pasrah Arnessa. "Tapi ya lu tanggung resiko sendiri soalnya setau gue Askar itu gak pernah keliatan lirik cewek sekalipun."

"DIA HOMO?" Pekik Lioni dan Vira.

"Najis! Askar normal... mungkin? Hahahah." balas Arnessa.

"Tabahkan hatimu, nak." Vira mengelus-elus kepala Lioni.

Tiba-tiba ponsel Arnessa bergetar menandakan ada chat yang masuk.

Askar Raditya : Gue tau lu ngomongin gue

Arnessa membulatkan matanya membaca chat dari Askar.

Arnessa Julia : bodo

Askar Raditya : Gila singkat banget

Arnessa Julia : Protes aja lu

Askar Raditya : Y

Arnessa mengeleng-gelengkan kepalanya membaca chat super singkat ala Askar.

Tak lama kemudian ponsel Arnessa bergetar lagi tanda ada panggilan masuk. Senyum merekah di wajah Arnessa.

"Halo." Sahut Arnessa.

"How are you, baby? Are you miss me, hm?"

"Miss you so much, Al!" Seru Arnessa. Lioni dan Vira saling pandang.

"Tolong hormati kami yang jomblo!" Protes Vira.

"Babang Askar I'm coming!" Seru Lioni.

Arnessa hanya geleng-geleng kepala.

"Kamu sama temen-temen kamu?"

"Iya. Al, kapan balik kesini?" Tanya Arnessa.

"Secepatnya, sweety."

"Janji?" tanya Arnessa.

"Jangan menuntut sebuah janji. Aku takut gak bisa menepatinya dan membuatmu kecewa."

Arnessa tersenyum mendengar jawaban Al. Selalu saja begitu. Al sangat sulit untuk di minta berjanji.

Rico pulang ke rumahnya dengan penampilan acak-acakan. Di ruang tamu, ia bertemu dengan papa dan mamanya.

"Sudah mulai kehabisan uang?" Sindir sang papa. Rico tersenyum sinis.

"Tentu saja. Kepulanganku kesini hanya untuk UANG." jawab Rico.

"Rico! kamu minum lagi?" tegur sang mama.

"Menurut mama?" balas Rico santai.

PLAKK
sebuah tamparan keras mendarat di pipi Rico. Rico hanya diam dan meringis menerima tamparan sang papa.

"Rico! Kapan kamu sadar?" Seru sang papa.

"Sadar? Harusnya papa yang sadar karena telah membuatku hancur begini!" balas Rico tidak mau kalah.

"Rico..." lirih mama. "Menetaplah disini, sayang."

"Gak akan! Sebelum kalian mampu membawa Aurella hidup kembali!" sahut Rico kemudian meninggalkan kedua orangtuanya yang termangu.

Rico melempar ranselnya kemudian ia menjatuhkan dirinya di ranjang. Rico menghirup aroma kamarnya yang begitu dirindukannya.

Rico memejamkan matanya. Bayangan Aurella muncul di kepalanya begitu saja. Satu demi satu bulir air mata membasahi pipinya. Tangannya memegangi dadanya yang terasa begitu  menyesakkan. Disinilah Rico, dan beginilah Rico. Ada satu luka yang disembunyikan oleh Rico sendirian.




BERSAMBUNG

DOULEUR [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang