18 (REVISI)

2.3K 129 5
                                    

-Ketika kamu membuatku nyaman, aku takut jatuh cinta sendirian. Jadi tolong beri aku kepastian.





Happy reading




Al terdiam. Bibirnya terasa kelu.
"Apa bedanya kamu sama Askar? Ah,  aku tau. Kamu cinta sama aku, sedangkan Askar engga," lanjut Arnessa masih dengan ekspresinya yang begitu tenang namun matanya menyiratkan sebuah luka.

"Nes, please jangan bawa status," Suara Al terdengar melemah.

"Hah? Apa? Jangan bawa status? Please deh Al, aku juga cewek. Sama halnya kayak lainnya. Aku capek!" Seru Arnessa dengan mata berkaca-kaca.

Al lupa, lupa tentang bagaimana perasaan Arnessa terhadapnya. Al terlalu bodoh untuk memahami tentang cinta. Ia pikir, jika orang yang ia cintai juga mencintainya, itu sudah cukup. Tetapi tidak bagi Arnessa. Selama ini Arnessa memendam keinginannya. Ia ingin seperti yang lain. Dicintai dengan status yang jelas.

"Ya, selama ini aku diam. Tetapi diamku ini ada batasnya, Al. Aku sudah lelah. Cukup sampai disini. Lebih baik kita berhenti," tutur Arnessa lemah. Terlihat jelas kalau dirinya sudah sangat lelah.

Bulir-bulir airmata itu menghiasi wajah cantiknya. Hatinya terasa begitu sakit. Arnessa pun baru menyadari kalau mencintai itu bisa sesakit ini.

"Arnessa..." lirih Al.

"Cukup! Jangan sebut namaku. Jangan panggil aku ataupun menarikku karena bisa saja detik ini aku berubah pikiran dan berlari kearah ketidakpastianmu itu Al!" potong Arnessa cepat.

Al diam membeku. Bukan ini yang Al inginkan. Dan bukan ini juga hal yang sempat terbayang di benaknya. Sungguh, Al merasa kalut untuk ini. Jujur, ia ingin menarik Arnessa kembali padanya tetapi melihatnya seperti ini, Al tau persis bahwa Arnessa sangat kesakitan jika terus bersamanya. Tetapi bisakah dirinya bersikap egois sekali ini dengan menahan gadis yang ia cintai?

"Aku mencintaimu, Nes. Aku.." Ucapan Al terpotong.

"Simpan ucapan cintamu itu, Al. Aku tidak butuh karena yang aku butuhkan sekarang adalag kepastian. Aku benci terus bersembunyi dibalik nama saudara, " potong Arnessa cepat. "Beri aku kepastian atau lepaskan."

Al menunduk. Tangannya mengepal kuat. Al ingin seperti pria kebanyakan yang begitu mudah memiliki gadis yang mereka cintai tetapi hati kecilnya melarang keras untuknya memiliki Arnessa sepenuhnya.

"Maaf..." lirih Al dengan kepala yang  tertunduk.

Airmata Arnessa semakin deras mengalir mendengarnya. Entah mengapa Arnessa merasa sangat sakit dengan satu kata yang terucap dari mulut Al itu. Arnessa berharap Al akan mengejarnya tetapi nyatanya? Al mengucapkan kata sakral yang paling menyakitinya.

"Baiklah, kita usai. Ah iya, kita gak pernah usai karena kita gak pernah memulai, kan?" kata Arnessa sambil menatap Al dengan matanya yang memerah.

Dari tatapannya, Al dapat menangkap bahwa Arnessa begitu terluka. Al pun juga merasakan hal yang sama. Tetapi apa boleh buat? Al tidak punya pilihan.

"Aku ingin tau mengapa kamu melepasku dengan begitu mudahnya setelah apa yang selama ini kita lewati, tetapi simpan saja alasan itu karena bagaimanapun kamu menjelaskannya, itu tidak akan mengubah fakta bahwa kamu telah menyakitiku, Al." ungkap Arnessa lembut namun terasa begitu mengiris hati Al.

DOULEUR [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang