27 (REVISI)

2.1K 124 18
                                    



Happy Reading



Arnessa mengetukkan pennya di meja. Seorang dosen sedang mengajar di depan tetapi Arnessa tidak bisa fokus sama sekali. Ia masih memikirkan kejadian yang menimpa Aurella.

"Nes..." bisik Lioni yang duduk disampingnya.

"Kak Askar gak masuk, Nes?" tanya Lioni pelan. Arnessa mengangguk.

"Mama sakit," jawab Arnessa lemah.

"Yaampun, nanti pulang kuliah kita jenguk, ya?" kata Vira setengah berbisik. Arnessa hanya mengangguk.

Pulang kuliah Arnessa bersama dengan Vira dan Lioni pergi ke rumah sakit dengan di antar oleh Al. Lioni terkagum-kagum melihat mobil Al.

"Kak Giraldi orang kaya, ya?" tanya Lioni dengan polosnya. Vira langsung menjitak kepala Lioni.

"Sumpah malu banget gue punya temen macam dia," tutur Vira. Arnessa tertawa. Al hanya fokus menyetir.

"Orang tua kak Giraldi kerja apa?" tanya Lioni lagi.

"Dih kepo lu!" sahut Vira.

"Daddy punya perusahaan di Paris. Namanya Lordham corporation." jawab Arnessa.

"Wah kaya banget dong!" seru Lioni. Vira hanya geleng-geleng kepala. Sedangkan Arnessa tertawa.

Al menghentikan mobilnya tepat di parkiran rumah sakit. Mereka kemudian melangkah menuju ruangan mama Arnessa. Arnessa mengetuk pintu ruang rawat mamanya terlebih dahulu baru membukanya. Di dalam sudah ada Askar yang sedang menemani mamanya.

"Arnessa! Giraldi!" seru Monika senang. Al tersenyum. Arnessa langsung menghampiri Monika.

"Ma, ini teman-temanku." kata Arnessa memperkenalkan Vira dan Lioni.

"Vira, tante."

"Lioni, Tante. Cepat sembuh ya, tan."

Askar menatap satu persatu teman-teman Arnessa. Ia bangkit kemudian memilih duduk di sofa yang ada di pojok ruangan dan membiarkan mamanya berbincang-bincang dengan teman-teman Arnessa.

"Muka lu kusut amat." tegur Al kemudian duduk disamping Askar.

"Sejak kapan lu peduli sama gue?" sahut Askar.

"Gue gak pernah bilang peduli sama lu. Gue cuma negur doang." sahut Al santai. Askar tertawa.

"Gue bingung deh apa yang Arnessa suka dari sisi dingin lu ini." gumam Askar. Al menatap tak suka kearah Askar.

"Wow, santai." kata Askar menenangkan.

"Apa masalahnya coba?" tanya Al tak suka.

"Gak ada sih. Cuma bingung aja alasan kenapa Arnessa bisa cinta banget sama lu." tutur Askar tenang.

"Emang cinta perlu alasan?" kata Al dingin.

"Ngga sih. Cinta gak pernah nuntut alasan tapi kenapa meninggalkan harus selalu ada alasan." sahut Askar. Al terdiam.

*

Langit mulai menumpahkan kesedihannya dengan deras. Gemuruh menyelimutinya. Disinilah Rico berada, di makam orang yang paling ia sayangi dengan sebuket bunga lily di tangannya. Tubuhnya basah kuyup karena terguyur air hujan. Derasnya air matanya mengalahkan derasnya air hujan yang sedang membasahi bumi.

"Aurella, maafkan aku..." lirih Rico. "Maaf."

Dadanya terasa sesak. Udara dingin yang menusuk kulitnya tak menggentarkan Rico untuk pergi.

DOULEUR [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang