26 (REVISI)

2.1K 135 2
                                    

Budayakan vote sebelum membaca.


Yang setia itu persahabatan, namun yang berkhianat juga persahabatan



HAPPY READING




Rico bersiap untuk pergi ke kampus. Ia memakai kaos berwarna hitam dengan di padukan jaket berwarna abu-abu serta celana jeans. Rico memasang sepatu ketsnya terlebih dahulu kemudian turun untuk sarapan.

Rico duduk di samping Kania, mamanya. Rico mengambil 2 lembar roti kemudian mengoleskan selai kacang. Rico melahap rotinya dengan cepat kemudian meminum susu hangatnya sampai habis.

"Aku berangkat." Rico bangkit dari duduknya sambil menyandang tas ranselnya. Rico pergi begitu saja tanpa mencium tangan kedua orangtuanya. Yudhis, papanya, hanya geleng-geleng kepala melihat kelakukan anak tunggalnya.

Al juga bersiap ke kampus. Ia mengenakan kemeja berwarna putih dengan lengan bajunya di gulungnya keatas dan dua kancingnya diatas dibiarkan terbuka. Al mengenakan celana hitam. Al memasukan laptopnya kedalam tas terlebih dahulu. Al pergi ke rumah sakit terlebih dahulu untuk menjemput Arnessa.

"Halo, aku di parkir." Al langsung menelpon Arnessa saat dirinya tiba di parkir rumah sakit.

"Iya, tunggu sebentar," sahut sebuah suara di seberang sana.

15 menit kemudian Arnessa muncul dengan tas selempangnya dan beberapa buku di tangannya. Arnessa langsung masuk kedalam mobil Al.
Al kemudian melajukan mobilnya menuju kampus.

Al, Arnessa dan juga Rico tiba di kampus secara berbarengan. Arnessa keluar dari mobil diikuti dengan Al. Rico juga baru saja keluar dari mobilnya langsung memandang kearah Al dan Arnessa.

Arnessa melangkah begitu saja. Rico hanya tersenyum sinis. Al memandang Rico sekilas kemudian menyusul Arnessa.

Arjuna sedang menemani Monika di ruang rawat sambil menyuapinya. Ada banyak hal yang ingin Arjuna katakan, tapi tidak tega melihat kondisi istrinya yang masih sakit.

"Ada apa, Jun? Sepertinya kamu banyak pikiran," tanya Monika pada suaminya.

"Kamu ingat Alan?" tanya Arjuna. Monika tercengang namun akhirnya mengangguk.

"Aku tidak mengira Alan di sini. Kupikir dia... dia... sudah meninggal," tutur Monika. Arjuna mengangguk.

"Iya, aku juga. Kupikir insiden pembantaian itu.. Ah sudahlah." Arjuna tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.

"Bagaimana kalau kita jujur saja tentang Arana pada Alan?" tanya Monika. Arjuna terlihat sedang berpikir.

"Tidak baik, Mon. Bukan tentang Arana saja, tetapi tentang anaknya juga," jawab Arjuna.

"Kenapa semuanya rumit begini." keluh Monika sambil memijit kepalanya yang terasa pusing.

"Apanya yang rumit, Ma?" potong Askar yang tiba-tiba sudah berada diambang pintu ruangan.

"Askar?" kaget Arjuna dan Monika. Askar tersenyum kemudian melangkah mendekati kedua orangtuanya itu.

"Kamu dengar?" tanya Arjuna hati-hati.

"Iya, tapi aku tidak mengerti. Yang kuketahui adalah Alan yang kalian maksud iti adalah dokter Alan disini, kan?" terang Askar. Arjuna mengangguk.

DOULEUR [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang