Special Chapter - find

3.3K 501 17
                                    

boston, dua tahun yang lalu.

wanita itu, selalu saja memandangi satu objek yang berada jauh dari tempatnya sekarang. hanya dengan memandanginya ia merasa waktu begitu cepat berlalu baginya. dirinya bahkan tidak pernah bosan untuk memandangi lelaki itu biarpun dari jauh.

dirinya bukan pengagum rahasia pria itu. jelas bukan...

entahlah, pria tersebut seperti memiliki daya tarik tersendiri dimatanya. seakan menyihirnya supaya terus menatap lelaki tersebut.

tepukan di bahu kirinya membuat yang di tepuk hampir saja berteriak karena terkejut.

ia menatap tajam pelakunya ."kau membuatku hampir serangan jantung, sehun !"

lelaki yang disebut namanya tadi hanya mendengus "menatapnya lagi? mau sampai kapan kau begini terus?!"

menampilkan senyum tipisnya, wanita itu menjawab. "kita sudah pernah membahas ini kan? jadi berhentilah bertanya, Willis Oh"

"kau hampir setiap hari menatapnya sampai berjam-jam. sadarlah dia sudah mempunyai kekasih ! " tunjuk sehun dengan dagunya kearah objek yang dilihatnya tadi. benar saja, disana sudah datang seorang wanita berperawakan mungil dangan anggunnya mehampiri pria yang dilihatnya tadi.

kim yena atau Jeslyn Kim. wanita yang sering membuang waktunya hanya untuk melihat pria itu dari jauh.

pandangannya tidak lepas dari dua orang yang jauh disebrang sana.

'kau tidak berubah ternyata. dan keadaan ku pun begitu. aku masih suka memandangmu dari jauh, tanpa berani mendekat. aku bahagia pangeran berkuda hitam sudah bahagia dengan sang putri.'

ia hanya tersenyum tipis, saat objek yang dilihatnya ini sedang tertawa lepas dengan seorang wanita .walau pun sudah sering melihat mereka, kenapa rasa itu selalu sama?.

yena kembali menatap sehun dengan senyum khasnya. "ayo pergi dari sini." dan dirinya langsung berlalu begitu saja dari sana.

tampa yena sadari. pria yang selalu menjadi objek pandangnya tersebut sedang memandang punggung yena yang sudah mulai berlalu dari sana

.

***

.

yena sedang bergegas menuju parkiran kampus dengan telpon yang masih setia melekat ditelinga kirinya. melihat dari gurat wajah, bisa disimpulkan sekarang dirinya sedang membicarakan hal serius dengan sang penelpon disebrang sana.

yena terus berjalan cepat melewati koridor kampus yang memang dalam keadaan lenggang sekarang, sampil terus berbicara.

"apa kau yakin?"

"..."

"berapa pun bayaran yang kau minta akan aku kirimkan asalkan apa yang aku minta terpenuhi."

CamouflageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang