Epilogue

1.3K 128 14
                                    

Aku bahagia...

Sekarang aku mempercayai pepatah bahwa hidup seperti roller coster.

Hidup mu akan melambung tinggi seperti puncak dari kebahagiaan dan terjun bebas seperti gelombang menghempas pantai dan akan kembali naik lagi untuk memupuk harapan untuk bisa bahagia.

Mungkin kalian penasaran bagaimana setelah kecelakaan itu terjadi dan kenapa ending cerita aku dilamar Baekhyun?

Aku akan menceritakannya sekarang.

Dimulai dari...

Ingatan ku terbang jauh ke-kejadian sebulan yang lalu.


Aku mengok kearah pintu ruang rawat inap ku. aku tersenyum tipis melihat kedatangan ayah bersama kakak ku.

Hening menyelimuti kami.

Aku tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Baekhyun berkata aku banyak diam setelah kecelakaan.

Disana kami hanya bertiga. Baekhyun sedang melakukan pemeriksaan diruang lain.

"maafkan ayah... yena."

Aku kembali tersenyum, "kenapa? Kenapa meminta maaf."

"semua ini karena ayah, kau jadi seperti ini. maafkan ayah." Ku dengar suara isakan dari ayah.

Sebagai anak tidak mungkin rasanya kalau aku tidak pilu mendengar orang tua ku menangis. Dengan perlahan ku genggam tangan ayahku yang ada disamping ranjang. Ku tepuk tangannya menenangkan.

Aku kembali mendapati tatapan ayah ku Sembilan tahun yang lalu.

"aku hampir mati seperti ibu. Apakah ayah tidak ingin memberi tahu kenapa selama ini aku disembunyikan? Aku harus tahu sebenarnya ayah..."

Permohonan ku membuat ayah terdiam. Aku merasa berhak tahu kenapa dulunya aku meninggalkan dipaksa meninggalkan korea.

"saat dirumah sakit sembian tahun yang lalu aku mendengar semuanya ayah. Kenapa kau tutupi kematian ibu saat itu." satu tetes air mata ku turun disusul tetesan berikutnya.

Mengungkit masa lalu sama saja kembali mengoyak luka lama.

Ayah masih diam.

Aku sudah merasa pupus harapan karena ayah tidak akan pernah mau membuka mulut menceritakan semuanya.

"... kau orang yang dipilih kakek-mu, Yena..."

Aku terdiam, mencoba memahami apa yang ayah sampaikan.

"sewaktu kakek mu menyatakan kau lah yang akan mewariskan seluruh aset yang dimilikinya, aku dan ibu mu mulai menghawatirkan keselamatan mu, Yena. Ibu mu tahu bahwa kakak iparnya tidak akan membiarkan itu terjadi."

"ibu mu berkorban demi-dirimu."

Hati ku mencelos, sangat sulit rasanya percaya. Aku mulai membuka suara walau rasanya suaraku tercekat. "ta—tapi, kematian ibu?"

"semua aset kakek mu otomatis berubah menjadi atas namamu sesuai wasiat saat kau berusia tujuh belas tahun, sebelum itu terjadi ibu mu meminta bahwa namanya lah yang seolah-olah pewaris sesungguhnya. Itu lah yang diminta ibu mu pada kakek sebelum ia wafat karena ia mengkhawatirkan keselamatan mu."

"jangan bilang... jangan bilang bahwa ibu terbunuh karena.. ka—karena aa-aku?" aku menangis pilu mengetahui dibalik kematian ibuku sesungguhnya. Ku pukul-pukul dada ku merasa sakit yang teramat.

CamouflageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang