Chapter 30 - it's hurt

3.6K 500 68
                                        

aku seperti mayat hidup sekarang. menatap kosong kedepan. lagi dan lagi kejadian seperti ini terus terulang. bodoh. begitu sering aku merutuki diriku sendiri. apakah sesulit ini hanya untuk bahagia? kenapa semesta seakan tidak puas memberikan kesakitan atas hidupku. kenapa hanya aku yang terus merasa sakit atas semua? apa aku hidup hanya untuk menderita? itulah yang teniang didalam kepalaku.

aku mematut diriku di cermin, satu hal yang menggambarkan kondisi ku saat ini.

mengerikan.

mataku bengkak karena aku menangis terlalu lama semalam, kerena itu juga kepalaku pening setelah aku bangun pagi ini.

aku menghembuskan nafas lelah. ku pandangi diriku dari cermin sekali lagi. tiba-tiba saja mataku berkaca-kaca mengingat kejadian semalam. aku tersenyum miris kearah pantulan diriku disana.

"kau begitu menyedihkan... yena."

aku berlalu kearah shower yang menyala dan ku biarkan air membasahi seluruh badanku. aku lelah menangis. lumayan lama aku berada dibawah pancuran air sampai kulit tanganku mengeriput karena terlalu lama. aku langsung mengambil bathrobe ku yang tergantung, lalu memakainya.

ku biarkan air menetes dari rambutku yang basah. aku melangkahkan kaki telanjangku keluar kamar menuju kearah dapur untuk membuat sarapan.

sampai disana aku terdiam. disana baekhyun sudah duduk di meja makan dengan dua buah piring dengan roti bakar diatasnya. ia mendongak saat merasakan kehadiranku disana. senyum tipis ku berikan kepadanya lalu mulai bersamanya dimeja makan.

"kau sudah bangun?" tanya baekhyun tersenyum tipis membalas senyumku tadi

ku anggukan sedikit kepalaku pelan tanpa memandang kearahnya, "hmm... maaf karena aku, kau jadi membuat sarapan pagi ini."

"tidak masalah."

setelah itu keheningan menyelimuti lagi diantara kami berdua. aku mencoba besikap biasa saja seolah tidak ada yang terjadi diantara kami saat ini. tapi rasanya itu percuma. tidak ada yang baik-baik saja di antara kami.

"maaf..."

aku langsung mengehentikan kunyahanku. ku letakan kembali potongan roti yang telah aku makan setengah. aku menghela nafas lalu mulai menatap kearahnya.

"untuk?"

"semuanya.."

"jika tentang kejadian tadi malam... maka tidak usah meminta maaf," aku sengaja menggantungkan ucapan ku. Aku beralih memandang kosong kearah piringku saat ini. Melihat wajahnya membuat perasaanku berkecamuk.

Marah. Kecewa. Dan... rindu.

".. kau berhak ingin bersama siapa pun. Aku... tidak punya hak melarang."

Aku langsung mendongak saat ku dengar perkataan baekhyun yang membuatku tersenyum kecut mendengarnya.

"kau berhak karena kau tunangan ku!"

Aku mendengus lalu menatap matanya lekat. "kita hanya dua orang asing yang terjebak dalam perjodohan bodoh ini ! aku sudah bilang bahwa hubungan ini tidak akan berhasil !"

Aku langsung berdiri dari kursi ku yang menimbulkan decitan nyaring karena gesekan kursi dengan lantai marmer apartment. Ku tatap matanya nyalang. Dan itu berhasil menyulutkan emosi baekhyun yang aku tahu sudah ia tahan tadi. Ia pun berdiri dari kursinya.

"pertunangan bodoh katamu?! Apa kau tidak tahu betapa aku berusa keras untuk hubungan kita?! Seberapa keras aku untuk melihat hanya padamu?!" suara baekhyun naik satu oktaf dengan rahang mengeras dan tangan mengepal.

"tapi nyatanya kau selalu mengecewakan ku !!!" air mata sialan ini malah dengan mudah mengalir begitu saja saat aku juga menakan satu oktaf suara ku. Ku lihat ekspresi baekhyun melunak. Ia menatapku dengan rasa bersalah yang sangat terasa. Aku langsung membuang wajahku kesamping sambil menghapus kasar air mataku.

CamouflageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang