Aku mulai dapat mendengar suara alat pedeteksi detak jantung dan aku juga dapat merasakan oksigen masuk melalui alat bantu pernapasan, tapi aku belum bisa membuka kedua mataku. Terlalu berat. Ku coba menggerak kan tanganku perlahan, nyeri terasa diseluruh tubuhku.
Ah, aku belum mati rupanya. Itulah yang terlintas di benak ku.
Perlahan cahaya putih masuk kedalam netra ku, aku meringis pelan merasa pusing yang teramat dan tenggorokan ku yang sakit akibat terlalu kering.
"astaga, yena. Syukurlah kau sudah sadar." Suara bibi choi terdengar, "Jun, panggilkan Dokter."
"Yena, kau tidak apa-apa nak? Apa yang sakit?"
"h—ha—aaus.." sahutku lirih.
Bibi Choi langsung membantuku untuk minum, rasanya sedikit melegakan. Tidak lama setelah itu Dokter memeriksa keadaan ku. bersyukur aku hanya mengalami luka ringan dan tidak ada hal yang serius yang menimpaku.
Mata ku kembali memberat setelah dokter menyuntikan cairan obat ke dalam selang infuse ku. setelah itu aku kembali merasakan gelap.
"yena, bangun sayang... ku mohon.."
Dalam ketidak sadaranku aku mendengar suara baekhyun, tapi dimana? Kenapa gelap? Kenapa aku merasakan tubuh ku menghangat?
"terimakasih. Terima kasih sudah berjuang untuk tetap hidup."
Di ambang sayup pendengaran ku, aku mendengarkan suaranya yang lirih.
***
Aku kembali terbangun saat jarum pendek jam meunjukan jam satu dini hari. Aku merasa tidur terlalu lama sampai semua badan ku kaku. Aku kembali merasa kehausan. ku mencoba menjangkau gelas berisi air di nakas, saat itu juga aku dikagetkan oleh suara seseorang.
Mata kami bertemu, aku tertegun sesaat saat mendapati kedua ujung bibirnya tertarik keatas saat menatapku. Dia berada di sisi lain ruang rawat ini dengan keadaan yang bisa dibilang tidak jauh berbeda dengan ku. memakai pakaian pasien.
"sudah bangun?"
Bukan nya menjawabnya aku malah melemparkan pertanyaan juga padanya, "kenapa kau disini? Dengan pakaian pasien pula?"
Dia mendengus, "kalau aku memakai baju ini berarti aku juga pasien seperti mu. Heran apakah kepala mu terbentur dengan keras sekali sampai pertanaan mu tidak bermutu begitu?"
Aku berengut kesal padanya dan baekhyun malah tertawa.
"kita baru saja mengalami kecelakaan. Kau lupa?"
Aku tertegun menatap lurus dengan pandangan kosong. Aku hampir melupakan aku bahwa aku baru saja lolos dari maut.
"hah? Kita?"
Baekhyun tertawa kecil, "lebih tepatnya aku menabrak mobil mu."
"mbo?!"
Tawa baekhyun terdengar lebih kencang dari yang tadi, seolah kejadian sebelumnya benar-benar lucu bagi nya.
Aku berdecak kesal, ingin memarahinya tapi ku urungkan. Aku melihat baekhyun menangis. Ia menangis sambil tertawa dan lama kelamaan terdengar isakan. Aku terdiam.
"apa jadinya aku terlambat sedetik saja untuk menghentikan mobil mu. Mungkin... mungkin—" baekhyun tidak sanggup berbicara lagi.
Aku terenyuh melihat ia terlihat ketakutan. Rasa bersalah menguar padaku. Aku menyesal secara tidak langsung menyeretnya masuk ke kehidupan ku yang sangat hancur.
Menghela napas panjang, "aku masih hidup kan sekarang? jadi berhenti lah menangis." Aku tertawa kecil setelahnya, "ternyata kau cengeng juga ya."
Aku kira aku dapat membuat ia berhenti menangis dengan candaan ku. tapi kau masih dapat melihat punggung nya yang bergetar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Camouflage
Fanfic[Completed] [Baekhyun Fanfiction] Hidup dalam kebohongan dan persembunyian. Perlahan namun pasti, semua mulai terkuak. Keberadaan ku mulai di sadari dan disitulah bukan diriku saja yang bisa terluka. Namun dirinya juga... - Kim Ye Na (Private some...