Aku termenung di dalam mobil dengan pandangan menerawang. Lagi-lagi aku seperti orang bodoh.
Bodoh karena masih bisa bertahan sampai sekarang.
Bodoh kerena seakan sanggup menjalani semua yang memang sudah hampir pada batasannya.
"Kenapa ayah hanya diam? Kenapa ayah selalu seperti ini? Apa yang terjadi selama ini dengan ku, kau menginginkannya? Apa melihatku menderita membuatmu bahagia?" Pada akhirnya aku melepaskan semua kekecewaan ku di hadapannya.
"Aku benar-benar sakit ayah. Hiks... Tolong selamatkan aku dari kesakitan ini..."
Sepanjang perjalanan aku hanya diam disamping oppa ku yang datang dan membawa ku pergi dari hadapan ayah yang sama sekali tidak membuka suaranya sedikitpun.
Lagi-lagi aku tidak mendapatkan jawaban yang aku cari.
"Hari ini pulang kerumah saja."
Aku tidak menyahut perkataan jumyeon oppa. Karena aku tahu, dia tidak memberikan aku pilihan, dan ia juga ingin aku bersedih sendirian.
Seberapa keras aku berusaha untuk tidak menangis, tetap saja, pada akhirnya aku akan kalah juga. kesedihan begitu membelenggu hati ku saat ini.
usapan lembuat aku rasakan pada sebelah pundak ku. aku tahu siapa tangan itu. bukannya semakin tenang aku bahkan sudah mulai mengeluarkan isakan kecil.
aku bahkan tidak sadar lagi bahwa mobil yang kami tumpangi sudah menepi. jumyeon oppa membawaku dalam dekapannya. tidak ada kata-kata menenangkan yang ia ucapkan. junmyeon oppa hanya membiarkan ku sepuasnya menangis di dadanya.
semakin lama isakan kecil berubah menjadi tangisan kencang penuh pilu. dada ku sesak, kepalaku pening. aku terlalu tak berdaya untuk memilih lari dari kenyataan. sampai pada akhirnya aku lelah.
lelah pada semuanya.
dalam kesadaran yang hampir lenyap, ku rasakan sesuatu yang lembut menempel sebentar di keningku. Aku tahu bahwa bukan hanya diriku saja menderita akan keluarga kami yang hancur, tapi oppa ku juga.
Bisikan nya menghantarkan pada ketenangan. Bisikan penuh kasih sayang seorang kakak pada adiknya. Bisikan yang aku syukuri aku masih mendengarnya walau sayup-sayup karena mimpi sebentar lagi menjemputku.
"Jangan bersedih lagi. Adik kecil oppa, pantas bahagia.."
Aku terbangun malam ini karena mimpi buruk lagi. Aku terengah- engah sambil mengusap wajahku kasar.
Mencoba menenangkan diri dengan menghembuskan nafas berkali-kali, tapi aku gagal. Badanku pada akhirnya bergetar karena ketakutan.
Aku bangun dengan langkah terseok menuju sopa di dalam kamar ku. Aku meringkuk disana seperti bayi.
Seakan sopa yang ku tempati adalah tempat ter aman saat ini. Dari pembaringan ini, netra ku dapat menjangkau foto kami sekeluarga yang terpasang cantik di atas meja belajarku dulu.
Lelehan air mata kembali mendesak untuk keluar dari sana. Aku menangis kembali dalam diam seolah tidak ada lagi kekuatan untuk hanya sekedar terisak.
Disana foto kami ber empat sedang tersenyum lebar menghadap ke kamera. Foto yang jika di ingat sekarang sangat menyesakan dada.
"Aku rindu." Kata ku lirih, persis seperti bisikan yang sangat kecil, seakan berbicara saja aku hampir tak bertenaga.
"Aku rindu semuanya.."
"Aku rindu setiap detik waktu.."
Aku tersenyum miris memandang foto kami disana.
"Tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Camouflage
Fiksi Penggemar[Completed] [Baekhyun Fanfiction] Hidup dalam kebohongan dan persembunyian. Perlahan namun pasti, semua mulai terkuak. Keberadaan ku mulai di sadari dan disitulah bukan diriku saja yang bisa terluka. Namun dirinya juga... - Kim Ye Na (Private some...