Chapter 9 - our meeting

3.8K 568 24
                                    

"jessi, bisa tunggu ibu disini? belanjaan ibu sepertinya ada yang ketinggalan." ujar Amanda memandang putrinya.

"ibu tidak akan lama kan?"

"tidak. ini kunci mobilnya. jessi tunggu ibu didalam mobil saja. dan ingat, pintu nya langsung dikunci. ibu akan segera kembali. paham putri ibu?"

"ayeye captain." jawab yena kecil sambil memberi hormat membuat sang ibu mau tidak mau mengacak rambut putrinya gemas.

seperti yang diperintahkan sang ibu, yena kecil langsung berjalan kearah basement. tapi sebelum ia sampai mobil ibunya. ada suara perempuan kesakitan dan meminta tolong. dengan langkah pelan yena mencari sumber suara tersebut.

di paling pojok basement yena bisa melihat seorang perempuan sepertinya sebaya dengan oppanya sedang di pukuli dua orang premen berbadan besar. perempuan itu tidak berdaya saat dipukuli membuat yena tidak tega.

kerena ia pun sudah sering di pukuli.

yena langsung pergi dari sana sebelum dua orang preman itu menyedari dirinya. dengan nafas memburu karena lelah berlari, yena mendatangi pos keamanan mall untuk meminta tolong.

dua orang preman itu berhasil di amankan. sedangkan perempuan itu tergeletak di belakang pilar basement.

"eonnie, tidak apa-apa?" tanya yena sambil mengulurkan sebuah sapu tangan kearah perempuan itu.

perempuan itu hanya diam saja tanpa menyambut uluran tangan yena, dengan inisiatif dirinya yena menyeka darah yang ada di sudut bibir perempuan tersebut dengan hati-hati.

"eonnie sangat cantik, apalagi kalau tidak ada bekas luka seperti ini. jangan terluka lagi yaa.."

hati wanita itu terenyuh mendengar penuturan anak remaja didepannya itu. "s-siapa nama mu?"

yena tersenyum menampilkan gigi rapihnya. "jeslyn kim. eonnie bisa memanggilku jessi. kalau eonnie sendiri?"

"kiara kwon."

"kiara eonnie ! aku akan memanggi eonnie seperti itu." seru yena dengan riang membuat kiara sedikit mengangkat sudut bibirnya. ia tersenyum tulus kearah yena.

"terima kasih sudah menolong ku. aku berhutang budi padamu."

***

"ini. Jadi apa lagi sekarang?" jongdae menyodorkan minuman pesanan ku.

"apanya yang apa?" tanyaku sambil menyeruput minumanku. Ah milk shake red velvet memang yang terbaik diminum saat sore hari begini.

"ck.. maksudku ada apa kau menyuruhku kemari?"

"memang salah aku mengajakmu kemari? Kita kan sudah lama tidak mengobrol, bodoh !"

"iya, tapi kan tidak hari ini juga. Bodoh ! besok kan kau sudah bertunangan. Memang kau tidak sibuk apa?"

Aku menghentikan aksi minumku. Aku melihat jongdae dengan mata menyipit. "coba kau kemari." dengan lambaian tangan aku menyuruh jongdae mendekat.

"apa?"

"mendekat saja apa susahnya sih !"

Jongdae memutar bola matanya, tapi ia tetep saja mendekatkan wajahnya kearahku.

"dae-ya.." aku membuat suaraku selembut mungkin. "kalau aku sibuk mana bisa aku disini.. dasar bodoh !"

Plakk !

Teriakan jongdae mengaung keseluruh penjuru café tempat kami duduk, karena pukulanku dibelakang kepalanya tadi. Semua mata disana tertuju kami. Aku meringis dalam hati karena kami sekarang menjadi pusat perhatian.

CamouflageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang