sehun berteriak di depan wajahku sambil menggungcang bahuku, mengatakan bahwa semua yang aku lihat hanya halusinasi. badanku masih bergetar, aku mencoba tetap menjaga kesadaranku, selagi sehun terus menengkanku
"semuanya hanya halusinasi na-ya... tenang lah.. semuanya tidak ada.."
aku menatapnya sehun dengan perasaan ketakutan "se-sehun ..."
sehun langsung mendekapku erat "tenanglah.. semuanya hanya akan baik-baik saja"
sehun terus mengucapkan sesuatu yang dapat menengkanku sampai aku merasa tenang. ia terus memelukku dan berada disisiku. aku bersandar didadanya dengan tangan sehun yang membelai rambutku.
"maaf..." ucapku lirih seperti sebuah bisikan. memecah keheningan diantara kami berdua. sehun menunduk untuk melihat diriku "... aku hanya tidak ingin membebani dirimu" lanjut-ku
"kenapa hidup-ku sangat menyedihkan sehun? kenapa tuhan tidak mengambil nyawa-ku-"
"syutt.. jangan berpikir seperti itu," sehun melepas dekapannya ditubuhku membuatku menatap kearahnya. kami saling berpandangan, sehun menatap mata-ku dalam. aku tidak memungkiri bahwa aku merasa nyaman bersamanya
sebagai teman...
"kau tidak tahu betapa berharganya dirimu.. bagiku," aku terdiam. air mata-ku terjatuh lagi. dengan lembut sehun mengusap air mata yang jatuh dari mata-ku. aku sama sekali belum bersuara, aku menatap kearahnya. arah matanya
"apa kau mau hidup berdua bersama-ku?"
aku terperengah mendengar penuturannya. tidak pernah terbayang oleh-ku, sehun akan mengatakan hal seperti itu
"sehun-na--"
"aku tahu kau hanya menganggap-ku hanya sebatas teman-mu. tapi bisakah sekali ini kau menatap kearahku yena?"
aku menggigit bibir bawahku menahan gejolak rasa yang tidak asing bagi-ku. aku merasa seperti wanita jahat, aku mengetahui perasaan sehun sejak lama, dan aku hanya diam. menganggap perasaannya tidak ada. tapi siapa sangka, selama itu juga aku tersiksa akan kebohongan ku sendiri. setiap sehun selalu berada disisiku, disaat itu juga jutaan rasa bersalah selalu menghantui hatiku
"sehun-na..."
"aku akan mengambil spesialis di Austria. dan disana juga ada seorang dokter jiwa hebat. aku ingin kau pergi bersama-ku..."
"sekali lagi, kim yena, apa kau mau hidup berdua bersama ku...?
"yena.."
aku tersentak dari lamunan-ku. aku menoleh kearah oppa ku yang sedang memandangku dengan kening yang berkerut
"kau melamun lagi, sejak tiga hari yang lalu kau sering melamun na-ya. apa yang sedang kau pikirkan?"
"tidak ada yang aku pikirkan oppa," bohong ku. aku memandang sekitar. mobil yang kami tumpangi sudah berhenti ternyata. "sudah sampai ternyata" segara aku berbalik mengambil bunga Aster yang sempat aku dan oppa-ku beli saat dijalan.
ku pandang sebentar buket bungan yang aku pegang. bunga Aster adalah bunga kesukaan eomma dulu. bunga yang melambangkan 'kemurnian dan kepolosan' bunga yang telah lama di hargai karena kesederhanaannya yang indah

KAMU SEDANG MEMBACA
Camouflage
Fanfiction[Completed] [Baekhyun Fanfiction] Hidup dalam kebohongan dan persembunyian. Perlahan namun pasti, semua mulai terkuak. Keberadaan ku mulai di sadari dan disitulah bukan diriku saja yang bisa terluka. Namun dirinya juga... - Kim Ye Na (Private some...