Aku termenung dibangku taman belakang rumah. Memori kejadian dimasa lalu berputar begitu saja dibenak ku. dimana semuanya dulu terasa indah. aku sering berada disini bersama ibu-ku hanya untuk bersantai di sore hari, menunggu oppa dan ayah pulang.
Ditempat duduk ini aku sering merebahkan kepalaku dipahanya, dan aku akan mulai bercerita apa saja yang aku lalui dihari itu. terdengar sederhana tapi, sangat berharga saat kau tidak lagi bisa mengulangnya kembali sekarang.
Masa sekolahku pun dulu tidak bisa dikatakan indah, saat aku masih bersekolah di korea waktu itu. aku selalu berusaha baik-baik saja dihadapan keluargaku saat aku berada dirumah. Tidak pernah sekalipun aku mengeluh dihadapan mereka atas perlakuan kurang baik yang aku dapatkan.
Aku hanya punya jongdae dan sehun sebagai teman. Miris rasanya saat mengingat masa sekolahku disini. Tidak ada yang mau berteman dengan ku selain mereka.
semua semakin bertambah setelah kejadian yang menewaskan ibu, satu-persatu kebahagiaan mulai lenyap.
Jika diingat lagi, aku begitu menyedihkan dulu..
Atau sampai sekarang?
"melamun?" aku tersentak karena sebuah suara disampingku.
"tidak. Hanya memikirkan sesuatu." bohongku.
bibi choi lalu mengambil tempat duduk tepat disebelahku. Kami sama-sama diam. aku tidak tahu kenapa sendari dulu aku tidak bisa menerimanya menjadi bagian dari keluarga kami, apalagi menempati posisi ibu-ku. itu kenapa aku hanya memanggilnya dengan sebutan bibi saja. aku rasa posisi ibu di rumah ini tidak akan bisa terganti.
kami masih terdiam sampai bibi choi memecah keheningan terlebih dahulu. "Aku sengaja tidak merubah taman ini. Karena aku tahu, ibumu sendiri yang mendesainnya."
aku tersenyum tulus mendengarnya. "terima kasih bibi."
bibi choi pun ikut tersenyum sambil mengeluh bahuku lembut. "aku senang, ayahmu akhirnya membawa mu pulang na-ya."
senyum tulusku tergantikan dengan senyum kecut. Aku tidak tahu hal apa yang disembunyikan ayah dibalik pemulanganku kembali dan perjodohan yang aku dapat sekarang.
"Na-ya.." bibi choi menurunkan tangannya dari bahu ku lalu menggenggam tangan ku. "apa.. kau membenci diriku?" Tanya bibi choi dengan ragu. Aku yang mendengarnya pun agak terkejut dengan pertanyaan nya yang mendadak itu.
"maksud bibi,?"
"kau tidak pernah memanggilku ibu selama ini. Apakah kau membenci diriku karena menjadi istri ayahmu?"
Aku melepas genggaman tangannya di tanganku. Bibi choi agak terkejut karena itu. Sedetik berikutnya, aku langsung memeluk dirinya. Bisa aku rasakan bibi choi menegang karena tindakan tiba-tiba yang aku lakukan, "tidak pernah sedikit pun aku membenci bibi. Malah aku ingin berterima kasih karena sudah menjaga oppa dan ayah, selama ini. Dan maaf.. aku belum bisa memanggilmu seperti itu untuk sekarang,"
setelah mendapat kesadarannya kembali, bibi choi langsung membalas pelukanku erat. "sudah, tidak apa-apa. Aku mengerti na-ya," bibi choi mengelus punggungku lalu dilepasnya pelukan kami.
"apa kau makan dengan baik disana? Kau semakin kurus. Makan lah yang banyak mulai sekarang. Hmm?"
"iya, iya bibi. Jangan khawatir. Lihat aku sehat dan baik-baik saja kan?" jawabku sambil tersenyum. Mencoba meyakinkan bibi choi.
Tapi sepertinya senyumku gagal meyakinkan bibi choi, karena aku bisa menangkap kekhawatiran yang jelas terpancar dari matanya. Begitu banyak orang yang khawatir atas diriku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Camouflage
Fanfiction[Completed] [Baekhyun Fanfiction] Hidup dalam kebohongan dan persembunyian. Perlahan namun pasti, semua mulai terkuak. Keberadaan ku mulai di sadari dan disitulah bukan diriku saja yang bisa terluka. Namun dirinya juga... - Kim Ye Na (Private some...