Chapter 7 : Castle

184 17 5
                                    

Sekarang, jantungnya seakan tidak berhenti berdegup kencang di dadanya. Darahnya membeku, dia tidak bisa berhenti menarik napas, mencoba menenangkan dirinya.

Akinari terus mengeluarkan tatapan dinginnya sepanjang waktu.

"Ayo, kita cari penginapan sekitar sini. Besok baru kita kembali ke istana." ucapnya.

Alisha membeku dan matanya melebar. Akinari mulai membaca situasi itu di matanya dan dialah yang tampak tidak nyaman sekarang.

"Baiklah, aku seorang pangeran di negara ini jadi,"

Alisha perlahan merasa detak jantungnya bertambah cepat dan memaksakan diri untuk mengangguk.

Istana? Kenapa harus istana? Tempat itu terlalu mencolok untukku... Apa tidak ada tempat lain.

Akinari mengangkat bahu dan berkata dengan suara kasar, "Selama aku di sini, mereka tidak akan menyakitimu. Tenang saja, mau bertaruh?"

"Tidak, terimakasih."

*

Itu menjadi perjalanan cukup singkat. Mereka hanya harus berjalan menyusuri jalan dan satu-satunya kejadian yang terjadi adalah ketika seseorang di kereta yang lewat meliriknya dengan sinis. Akinari menatapnya dengan tajam dan sedikit pedangnya dari sarungnya itu tapi Yamaki menghentikannya. Alisha terkejut dengan tingkah lakunya, tapi tahu dia tidak mengharapkannya.

Akhirnya, mereka berhenti di sebuah pondok yang tampak hangat, asap dari cerobong asap dan seorang pria yang bekerja di ladang. Dia menyeringai pada mereka dan melambaikan tangan, cangkul di bahunya saat dia berlari ke arah mereka. Saat dia mendekat, dia memperhatikan Alisha dan langkahnya melambat, dan dahinya berkerut bingung.

Akinari menyapa sesorang dengan wajah serius dan membisikkan sesuatu dengan cepat di telinganya. Mata orang itu membulat sempurna dan dia bergumam, "Kenapa?" Lalu Akinari berbisik lagi.

Alisha tidak bisa membayangkan apa yang sedang mereka bicarakan. Jika ia membayangkannya pasti akan berakhir buruk.

Setelah pembicaraan mereka selesai Akinari kembali dengan pria itu. "Kita bisa menempati rumah itu. Sekarang bawalah barang kalian dan masuklah."

Reol dan Yamaki tanpa bicara apapun langsung mengangkat barang yang mereka bawa selama perjalanan.

"Kenapa kau diam saja, kau tidak mau masuk?" Akinari menepuk bahu Alisha yang sontak membuatnya terkejut.

Alisha menganggukkan kepalanya. "Apa aku akan baik-baik saja ada di Western."

Akinari menghela nafas. "Kau masih mempermasalahkan itu,"

Akinari berjalan membuka pintu dan melihat kedua orang temannya masih bersantai di kursi.

"Tidak berguna," gumamnya pelan. "Kau bisa membersihkan dirimu dulu, aku akan menyuruh mereka untuk membawakan pakaian untuk mu."

Alisha hanya mengangguk.

*

Dalam sebuah ruangan beralaskan kayu hanya bisa terdengar suara tetesan air yang terasa hening.

"Alisha, pakaianmu sudah ku siapkan," suara wanita menggema di pikirannya.

"Asalkan pakaian itu sederhana dan tidak terlalu mencolok untuk seorang putri kesatria.." Alisha menutup matanya sejenak.

"Aku meletakkannya di tasmu, aku menukarnya dengan bajumu bulan lalu..." Suara wanita itu mulai menghilang.

Kiri no YumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang