Chapter 23 : Red Princess (part 2)

31 6 0
                                    

"Siapa yang memerintahkan kalian memasuki Western?"

Semua hanya berbisik-bisik satu sama lain tak ada yang menjawabnya. Lebih lima menit dan masih tidak ada jawaban satu pun.

"Tidak ada yang mau menjawab?"

Ya, Alisha mulai kesal sekarang. Mengapa tidak ada jawaban? Karena jawabannya memang tidak ada. Tidak ada yang memerintahkan mereka semua menyusup ke wilayah Western. Atau ada satu pihak yang melakukannya.

"Baiklah biarkan aku yang menjawab..." Alisha mulai melirik seisi ruangan memastikan tidak ada yang berniat keluar. "Kekaisaran Eastern tidak pernah memerintahkan para pengikutnya untuk memasuki wilayah Western. Baik itu menjadi mata-mata, pergerakan rahasia, atau sejenisnya. Itu artinya..."

"Kalian seorang pengkhianat."

Terkejut? Tentu saja. Siapa yang tidak terkejut ketika usaha yang mereka lakukan tidak berguna, salah, dan sudah pasti itu sia-sia.

Beberapa orang mulai menyadari apa yang akan terjadi mencoba kabur. Dan nihil, semua jalan kabur telah terkunci. Jendela yang terbuat dari kaca kualitas tinggi anti-pecah dan hanya ada satu pintu utama di aula yang telah ku tempati.

"Jangan kira aku akan membiarkan kalian. Maaf saja kalian akan ku habisi terlebih dahulu sebelum tuan kalian."

Alisha melompat tinggi dengan 8 pisau sela jari-jarinya. Dilemparkannya semua itu secara bersamaan. "Ini hukuman."

Ada yang berusaha lari, menyerang dengan berbagai senjata dan beladiri. Gerakan yang terlalu lambat. Sebelum sempat meluncurkan serangan sebuah pisau telah menembus tenggorokan mereka. Tidak ada yang bisa melihatnya.

Berayun melintasi setiap tirai sembari meluncurkan berbagai senjata. Semua yang ia punya adalah senjata lempar seperti pisau dan jarum, tombak untuk bagian jarak dekat. Sudah lama sekali dirinya tidak melakukan ini. Menerobos satu pleton pasukan besar sendirian.

Semua yang mendekat ia lemparkan sejauh mungkin dengan tombaknya atau memotongnya secara langsung. Kepala bergelindingan dimana-mana, opium mulai menodai, teriakan menjadi musik pengiring tarian perangnya. Tak diragukan sebagai penari perang, Ruber Rosis, mawar merah berduri dari Eastern.

"Aku tidak mengira akan sebanyak ini... Aaaa... masih kurang separuh!" Alisha meruntuk kesal sembari menusukkan tombaknya pada siapapun.

Tidak mau membuang waktu Alisha kembali melompat tinggi melemparkan semua pisaunnya bersamaan secepat cahaya. Tak terlihat pisau itu berhasil menembus leher orang-orang disana dengan cepat Alisha menarik kembali pisaunya yang telah terikat kawat tipis. Pisau telah kembali ke tempatnya Alisha mulai berlari mengaitkan kawat-kawatnya pada setiap orang dan menahannya di tanah setelah itu mengayunkannya secara acak kemudian menahannya lagi mengubah target. Lebih dari delapan puluh orang kehilangan kepala mereka.

Waktu semakin sedikit, sebentar lagi keluarga kerajaan akan kembali. Masih banyak orang-orang yang tersisa di ruangan ini. Rasanya ia sudah tak tahan lagi dengan ini.

***

Dalam Colosseum kekaisaran dimana puncak perayaan ini dilakukan Akinari masih menikmatinya dengan santai melupakan apa yang tengah terjadi pada istananya.

Yamaki dan Reol ditambah Honoka yang sedari tadi kalang kabut menghadapi penyusup secara diam-diam di sekitar mereka. Kewalahan mereka mengusap keringat di pojok ruangan.

"Apakah acara ini masih lama?~" Honoka mulai mengeluh seperti anak kecil. Mencibir keluarganya sendiri penuh kekesalan. "Reoooll... Aku lelah~"

"Aku juga, ini tidak ada habisnya. Bagaimana Yamaki?"

Kiri no YumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang