Chapter 14 : a new struggle

61 5 0
                                    

"Sera."

Meskipun dipanggil berkali-kali oleh lelaki di depannya Alisha tidak merespon apapun selain isakannya. Api sudah padam sedari tadi hanya tersisa abu di ruangan itu.

Akinari baru saja memberanikan diri mengelus pelan rambutnya. Tangannya juga hampir terjatuh karena getaran dari emosinya yang tidak bisa diredakan saat ini. "Saat aku tau siapa yang melakukan ini, aku akan membuat mereka menyesal." Akinari mengatakannya dengan dingin.

Akinari menghela nafas dan berdiri dari posisinya tadi. "Tunggu disini, aku punya urusan sebentar."

Alisha segera mengangguk. Atas perintah Reol dan Yamaki mereka yang berada di luar kamar Alisha bubar seketika. Hanya tersisa Honoka, Reol dan Yamaki. Dan juga Giita yang melihatnya dari kejauhan.

"Sera?"

"Sera... Kau tidak apa-apa? Tidak ada yang terluka?"

Alisha hanya bisa diam membisu. Tidak ingin mengatakan sepatah katapun pada orang disekitarnya.

*

"Apa kau akan diam saja?"

"Apa maksudmu?" Tak kalah dingin Ratu Viltaria mengatakannya dengan mata yang tertuju pada pemandangan di luar jendela ruangannya.

"Aku bertanya sekali lagi, 'apa kau akan diam saja?' ... Dia sudah membuat penangkalnya hampir setengah tahun, dan itu terbakar begitu saja." Akinari meninggikan nada bicaranya agar orang yang ada di depannya bisa mendengarnya dengan jelas.

Ratu Viltaria melipat tangan di depan dada. "Aku juga prihatin dengan apa yang terjadi dengan gadis itu, tapi aku tidak bisa menuduh seseorang sembarangan."

Akinari yang tampaknya tidak puas dengan jawaban yang didapatkan nya dari Ratu Viltaria atau ibunya sendiri.
"Lalu apa?"

"Ini hanya kecelakaan belaka, Pangeran." Ratu Viltaria menimpali.

"Tapi ini tidak pernah terjadi sebelumnya," Akinari mengalihkan melirikannya kearah lain seakan berpikir siapa orang yang melakukannya.

"Kau mencurigai Barthold atau ... Giita."

Akinari sekarang benar-benar memalingkan wajahnya. "Keduanya," jawabnya singkat.

"Giita tidak akan melakukan itu, Akinari. Untuk apa dia melakukannya. Giita gadis yang baik, kau tau itu."

"Hanya kau yang berpikiran begitu, ibu." gumamnya.

Akinari tanpa sepatah kata lagi keluar dengan membanting pintu. Berjalan dengan cepat menuju kamarnya.

"Akinari, ada apa?" seru seseorang yang ada di depannya.

"Tidak ada, carikan kamar lain untuk Sera."

"Iya tapi—" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Akinari sudah menutup pintunya dengan sangat keras.

"Dia bahkan tidak bertindak sedikitpun ... Sial!" Dengan kesal ia langsung melemparkan jubahnya ke lantai.

Secara perlahan membanting tubuhnya ke atas tempat tidur. Pikirannya bercampur aduk tidak karuan. Hal seperti ini sering terjadi dalam hidupnya belakangan ini.

"Kenapa jadi begitu rumit," gumamnya pelan.

Suara ketukan pintu terdengar membuatnya merubah posisi yang tadinya dalam posisi tidur menjadi duduk.

"Siapa?"

"Ini aku, Yamaki." kata seseorang yang berada di sisi lain pintu masuk.

"Ada apa?"

"Aku sudah menyiapkan kamar lain untuknya, tapi dia lebih memilih rumah tua yang berada di belakang istana." jelasnya secara singkat.

"Ya baiklah, nanti aku akan ke sana."

Kiri no YumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang