Chapter 25

18 6 0
                                    

Entah apa yang dipikirkan Akinari saat ini. Membawanya keluar istana dipagi-pagi buta, menaiki kuda berdua dengan kecepatan tinggi ke dalam hutan, dan ... ekspresi akinari yang terlihat berbeda dari biasanya.

'...Kau tak lebih dari penyihir jalang yang memantrai pangeran. Keluargamu menderita, hancur, musnah, dan kau ... kau malah bersenang-senang di Negara orang... Lihat, kau pasti akan lebih menderita dari sekarang melihat keluargamu sengsara ditangan kami...'

Akinari menoleh padanya, "Ada apa? Apa Barthold mengatakan sesuatu padamu lagi?" Alisha hanya menggelengkan kepalanya sebagai tanda kalau baik-baik saja. Bukan berarti respon seperti itu bisa membuat Akinari percaya tapi, tidak ada alasan lain yang terpikrkan saat ini. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi setiap kali mengingat perkataan itu.

"Baiklah kalau tidak mau bicara, sekarang tutup matamu..." ujarnya setengah berbisik.

"Untuk apa?"

"Kau banyak protes juga ya... cepat tutup matamu." Tak mau ambil pusing Alisha segera menutup matanya, meskipun akan banyak hal yang terlintas dibalik kelopak matanya. Tapi meskipun begitu, masih ada udara segar yang menyapunya dalam ketenangan.

Kuda itu mulai melambat dan perlahan berhenti. Dia merasakan nafas Akinari dan ia mulai tertawa, jauh dalam tenggorokannya dan ia bisa merasakannya melalui getaran tubuhnya. Alisha bertanya-tanya apa yang terjadi.

"Kau bisa membuka matamu sekarang," bisik Akinari.

Alisha membuka matanya, terpaan cahaya langsung menyambutnya menyilaukan pandangan. Pemandangan baru ada didepannya. Pasir putih, lautan tenang disekitar mereka, tebing dan batuan di depan pantai, dan hutan menambah nilai keindahannya, ... itu pertama kali untuknya.

Akinari turun terlebih dulu dan kemudian membantunya turun juga. Meraih tangannya dan berjalan di atas pasir, menatap pantai dengan tampilan lembut di matanya. Itu sangatlah langka untuk melihat Akinari yang seperti ini. Dia duduk di bebatuan melepaskan tangannya. Menerawang jauh kearah ombak beriak.

"Aku sangat menyukai tempat ini," Akinari mulai membuka percakapan disana. Suaranya begitu tenang, tak penuh amarah dan tak menusuk. "Aku menggunakan ini sebagai pelarian dari semua tanggunganku di istana dan datang kemari. Tidak ada yang tahu tempat ini kerena letaknya yang berada di belakang hutan lebat dan hampir tidak ada yang pernah memasukinya ... sekarang, ini menjadi tempat khususku."

"Lalu, saat itu ... apa yang kau lakukan di perbatasan?"

"A-ah, itu aku juga termasuk pelarian. Aku ingin kemari tapi terlalu jauh dari tempatku saat itu. Jadi, aku pergi ke hutan, tersesat, dan bertemu denganmu."

"Pangeran tidak berguna!" ucapan menusuk yang disusul cipratan air laut. Bajunya basah sekarang, tak terkecuali wajah dan rambutnya.

"K-kau... awas saja ya..." Akinari juga melakukan hal yang sama, mencipratkan air laut pada Alisha.

Terus seperti itu. Bermain-main di tepi pantai, saling mengejar satu sama lain, dan melakukan banyak hal hingga akhirnya menjatuhkan diri di pantai. Keduanya terengah-engah. Akinari mengusap wajahnya kasar, "Sulit dipercaya, tapi ini adalah yang paling menyenangkan sejak terakhir kali."

Alisha menoleh untuk melihatnya, memiringkan kepalanya penuh rasa ingin tahu. Akinari menggaruk kepalanya tak gatal bingung dengan kata-kata, "Kau tahu, aku selalu dituntut oleh tanggung jawab dan permasalahan. Semua orang berharap aku bisa memecahkannya. Fakta bahwa aku memiliki peran penting ini aku tentu saja tidak bisa mengecewakan orang-orang dan mempermalukan Western. Itu membuatku mengendalikan banyak hal tapi, tidak dengan hidupku sendiri."

Kiri no YumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang