Epilog

18 3 0
                                    

Dengan ekor yang panjang, bintang yang jatung meninggalkan jejak sinarnya di langit. Seperti terserap oleh gravitasi bumi, bintang itu bersinar dengan terang seperti sebuah harapan.

Sebuah cahaya berbentuk panah muncul dalam kegelapan. Dengan ekor panjang yang memotong leher Barbarssa menjadi dua. Saat cahaya itu muncul, wabah muncul dimana-mana dan kematian raja akan mengguncang negara. Begitu pula dengan panah cahaya yang menembus Barbarossa seolah tubuh dan jiwanya terpisah.

Ragukan saja bintang itu api membara, ragukan gerak putar sang surya, ragukan kebenaran sebagai dusta.

Jika yang dikatakannya benar, maka cahaya yang pernah muncul sebelumnya menandakan Raja Peri, Reinhard, menikahi istrinya. Bagi mereka yang cukup beruntung dan mati di bawah cahaya itu mereka akan menjadi istri dari Reinhard, lalu para pria yang mati di bawah cahaya itu juga akan disambut dengan pesta perjamuan.

Semua yang hidup butuh mati, bersama alam menuju kematian.

Semua terjadi karena ada alasannya. Tragedi, kemalangan yang terjadi tiap hari adalah kejadian yang berarti, mungkin sebenarnya tidak ada kemalangan yang tidak berarti.

Perpisahan itu bukanlah sebuah tragedi. Di negeri peri, tanah keabadian, mereka akan mendapatkan tubuh baru untuk jiwa mereka bernaung.

.

.

.

"...bisakah aku melihat bagaimana hidupku sebelumnya?"

.

.

.

.

.

.

-END-

Kiri no YumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang