Chapter 29

19 4 0
                                    

"Kalian yang ingin selamat pergi dari sini dan berani melawan maju hadapi aku. Akan ku pastikan kau akan menyesal telah dilahirkan ke dunia."

"Hee... sungguh percaya diri sekali Pangeran yang satu ini. Mau memenggal kepala kami? ... jangan bercanda."

"Itu pasti omong kosong."

"Kalian berdua tenangkan diri kalian."

Suara itu, suara yang sangat ia kenal itu...

"Kakak..."

"Kakimu tidak apa-apa?" Alisha mengagguk dan Akinari mulai menurunkannya. Berdiri di depannya dan mengeluarkan pedang dari sarungnya. Tiga orang dihadapannya juga mulai bersiap.

"Siapa kalian?"

"Bukannya kita sudah berkenalan... tiga tahun lalu, Pangeran Akinari Welstein."

Tanpa basa basi lagi Akinari mengarahkan pedang tepat pada mereka dan berniat menyerang salah satu. Sebelum itu sempat terjadi Alisha meraih tangannya, Akinari pun menoleh. Mendengetahui apa maksud tindakannya tadi Akinari segera memasukkan lagi pedang pada sarungnya membiarkan Alisha yang mengurusnya.

"Eizen, Zavied, Glenn... ini aku, Alisha. Lama tidak bertemu..."

Pakaian yang sama seperti tahun lalu. Rambut dan tubuh yang tak terawatt. Mereka tampak berbeda seolah-olah telah melalui nereka, tapi ia tahu jauh di dalam hatinya mereka adalah saudaranya.

Ketiganya bersorak penuh kegirangan, suka cita dan sedikit rasa sakit karena tarikan tiba-tiba yang menjauhkannya dari Akinari. Tanpa bisa dihentikan lagi air matanya tumpah meski tanpa berkedip. Saling memeluk satu sama lain membiarkan perasaan keluar tanpa henti.

"Kau berhasil, Alisha... Kau melakukannya!"

"Jangan meremehkan Mawar Merah kita..." Zavied menyeringai. "Dia saudari kita kalian ingat..."

Alisha hampir tidak bisa bicara. Dia memeluk erat saudaranya dan kehidupannya terasa kembali.

Dia telah melakukannya.

Dia berhasil.

Mereka akan bebas.

"Apa yang kau pikirkan bodoh!" Eizen mulai memarahinya, matanya penuh amarah dan frustrasi. "kau bisa saja dibunuh!"

"Ah yaa... tadi saja aku sudah mau mati..." Seperti biasa Alisha tidak pernah menanggapi sesuatu dengan serius.

"Hime-samaaa...." Sebuah pelukan telak dari samping. Gadis dengan rambut coklat.

"Mika, jaga sikapmu! ... maafkan Mika, Hime-sama." Disusul gadis berambut hitam pendek dan seorang laki-laki dengan scraf dilehernya, dia hanya melambaikan tangan.

"Mika, Sirel... lama tidak berjumpa. Touma juga..." Alisha tampak biasa saja dan masih mengelus Mika yang tak kunjung melepaskan pelukannya. "Syukurlah kalian baik-baik saja."

Sementara itu, Akinari dan lainnya hanya mengamati dari jauh.

"Kau merasa kesepian ya..." goda Rose yang tiba-tiba saja ada di sebelahnya bersama Giita dan Yamaki.

"Diamlah Rose."

"Uwaa... mantan tunanganku kejam sekali~"

"Berisik. Hei Yamaki... kau tidak bergabung dengan mereka?" tanyanya dengan datar.

Yamaki menerjab dua kali dan memiringkan kepala, "Untuk apa?"

"Yah, bukan apa-apa."

Entah kenapa rasanya kesal. Iri? Mungkin iya. Hanya saja perasaan seperti itu bagaikan keajaiban puluhan tahun sekali baginya. Matanya kini asik memandangi si gadis merah itu bersama keluarganya. Mungkin menyenangkan punya keluarga seperti itu.

Kiri no YumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang