Chapter 19 : Chestnut and Ruby

55 6 0
                                    

Semenjak kejadian kala itu pengawasan Istana diperketat. Ratu Viltaria semakin pusing menghadapi situasi ini. Ada roh yang mendiami Kekaisarannya dan ia tidak menyadarinya. Benar-benar kesalahan fatal.

Terlebih lagi putranya belum juga sadar dari mimpinya. Ini sudah berhari-hari tetap tidak ada tanda-tanda akan bangun. Meskipun Ratu Viltaria adalah pemimpin yang dingin dan tegas bahkan pada kedua buah hatinya ia tetaplah seorang ibu. Mengingat kapan terakhir kali putranya yang terbaring saat ini memanggilnya dengan sebutan Ibu saja tidak ingat.

Karena hal itu Yang Mulia Ratu hanya bisa menatap putranya di pintu atau menanyakan kabar pada para pelayan. Hanya itu yang bisa dilakukannya sampai Akinari mau memaafkannya.

***

Akinari masih terbaring, bagaimana dengan Alisha? Hanya berdiam diri di kamarnya sambil memracik obat untuk Akinari. Obat yang dua hari sekali dikirimkannya melalui Yamaki.

Bukannya Alisha tidak ingin menjenguknya langsung, melaikan tidak bisa. Bagaimana pandangan semua orang padanya setelah membuat pemimpin mereka tak berdaya seperti itu? Akan sangat buruk pastinya.

"Sudah waktunya..."

Tepat setelah Alisha baru beranjak menuju meja tempat semua obat-obatan tertata rapi suara ketukan terdengar. Merubah arah tujuan Alisha membukakan pintu. Seseorang dengan surai chestnut berdiri di depan pintu, Yamaki.

"Ah, Kau rupanya... Tidak biasanya lebih awal."

"Waktuku sedang senggang sekarang, jadi aku kemari lebih awal."

"Aku bahkan belum membuat obatnya."

Nada Alisha tampak berbeda dari sebelumnya. Kemana senyum indahnya? Kemana mata berkilaunya? Kenapa ... tatapannya seperti itu?

Yamaki tampak menenggak ludahnya sendiri. Alisha hanya melirik melanjutkan kegiatannya membuat obat. Banyak helaan kasar yang keluar semakin membuat Yamaki penasaran dengan apa yang terjadi.

"A-al... Sera? Apa kau baik-baik saja? Apa aku harus carikanmu air?"

"Tidak perlu, aku hanya kurang tidur karena semalaman membaca buku berkali-kali..."

"Semua buku tebal ini?"

Alisha hanya mengangguk kembali memainkan tangannya. Dengan keuletan dan ketelatenan yang fasih dari tangannya dalam memainkan semua peralatan meskipun dalam keadaan buruk pun obatnya akan jadi. Seperti sekarang contohnya, hanya dengan tanaman yang disusun rapi sesuai urutan bersama peralatannya Alisha tidak perlu ambil pusing saat membuatnya.

Dalam sekejap obat yang dibuatnya telah selesai dimasukkan pada botol kecil. Memberikannya segera pada Yamaki dan tugasnya selesai.

"Terimakasih, tunggu sebentar."

Alisha mengangguk tanpa mempermasalahkan maksud dari kalimat itu. Bukannya malah pergi Yamaki memanggil Reol dan Honoka yang kebetulan lewat. Sontak keduanya menghampiri.

"Ada apa, Yamaki? tidak bisakah kau tidak mengganggu kami~"

"Horaa, Honoka!" tegur Reol. "Ada apa?"

"Ah, bisakah kau meminumkan ini pada Akinari."

"Eeeh... Bukankah itu tugasmu~" protesan yang kembali ditegur dengan tegas.

"Jangan berisik! Bisa kau antarkan?" Yamaki menyodorkan sebotol obat cair pada mereka berdua. Reol menerimanya dengan senang hati. Tanpa bicara lagi mereka bubar melakukan aktivitas masing-masing.

Selama kegaduhan itu Alisha menaiki kasur dan meringkuk diatasnya seperti sebelumnya. Matanya terpejam meskipun sebenarnya ia tidak ingin tidur. Yamaki yang tahu akan hal itu membuka kembali pembicaraan yang sempat terhenti.

Kiri no YumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang