Chapter 29 (bagian 3)

21 5 0
                                    

Ditengah pecahnya tangis si pucuk cerise Rose menghampirinya. Menepuk-nepuk pelan punggungnya guna menenangkan.

"Honoka... Aku tahu kau sedih tapi bertahanlah sebentar lagi. Pertama, kita harus membantu Akinari, ya..." Rose tersenyum dan mengulurkan tangannya meskipun berulang kali harus berbalik untuk menghabisi tentara yang mendekati mereka.

"Tapi Rose... Aku tidak ada semangat untuk bertarung sekarang,"

Dengan melihat tampang sepupunya yang lesu itu Rose segera mencari cara hingga sesuatu terlintas dikepalanya."...kalau begitu anggap pertarungan ini sebagai balas dendam pada paman gilamu itu. Mudah, kan?"

Honoka menghapus air matanya dan kembali berdiri dengan senjatanya. "Baik, aku mengerti."

***

Suara angin berderu membawa bunga-bunga yang bergugur terbang menari di udara. Lonceng yang berdenting di atas menara terdengar begitu keras.

Felix mengibaskan pedangnya. Udara tenang berubah kencang menghancurkan sekitarnya. Mata kelamnya menampakkan bagaimana dingin dan dalamnya lautan. Langkah dari pedangnya terdengar bagaikan bel yang berbunyi.

"Felix!" Teriak Alisha.

Seketika angin yang berhembus kian mengencang menerpanya. Felix berjalan kearahnya. Ketenangan kembali seperti semula. Bunga yang diterbangkan kembali berjatuhan.

"Serahkan mawar merah itu padaku," Ujarnya dingin.

"Lupakan itu! Felix sadarlah—"

Felix menarik keluar pedang dari sarungnya. "Aku akan mendapatkanmu kembali, tanpa gagal sedikitpun," Ia langsung menghantam Akinari yang ada di depannya. Dengan sigap Akinari menahannya langsung.

"Akinari!"

Felix melompat ke belakang melemparkan pisau dari balik jubahnya. Begitu juga Akinari yang langsung menarik Alisha agar terhindar dari pisau-pisau beracun milik Felix.

"Kau tunggu disini!"

Belum sempat berkata apapun Akinari sudah pergi dari hadapannya. Berhadapan langsung dengan Pangeran Camelia Putih, Felix.

Pedang mereka mulai saling dihadapkan. Dengan gaya bertarung masing-masing mereka memasang kuda-kuda dan siap untuk menyerang kapanpun. Saling menatap satu sama lain berharap salah satu mati.

"Kalau memang perlu, aku akan mengakhiri hidupmu dengan tangan ini."

***

"Aku ingin tahu apakah Akinari baik-baik saja," Manik crimson nya menerawang jauh ke arah langit mendung.

"Entahlah, setidaknya kita harus mengurus yang disini. Percayalah pada mereka... mereka pasti kembali," Pemilik surai chestnut mencoba menghiburnya.

"Aku juga percaya padanya."

.

.

.

"Kau tidak mengejarnya, Touma?" Tanya seseorang dengan surai pirangnya pada seorang pengawal pribadi disana.

Touma hanya menghela nafas memalingkan wajahnya. "Aku tidak berhak mencampuri urusan nona ku," Wajahnya terlihat sedikit murung menatap tangannya sendiri. "Tapi, walau begitu...." Kepalanya kembai terangkat. "Aku akan menunggunya... Meskipun menyakitkan."

"Hmph!" Ledek seseorang dengan seringainya pada sang pengawal pribadi.

.

.

Kiri no YumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang