Chapter 24

18 5 0
                                    

Sedikit tak disangka bisa pembantaian yang dilakukan oleh Alisha membuat banjiran pendapat dari seluruh kerajaan dalam naungan Kekaisaran Western. Sampai segitunya, padahal yang ia bunuh adalah para penyusup sekaligus pengkhianat di Kekaisaran Eastern. Permasalahan yang membuat ricuh ini sebenarnya dikarenakan keidaktahuan mereka. Anggap saja seperti itu, karena kompensasi yang dilakukan antara Alisha dan Akinari yang sama-sama Putra-putri kekaisaran dirahasiakan dari siapapun. Bahkan sang Ratu pun tidak diberitahu alasannya dengan pasti. Akibatnya sebuah persidangan repot-repot dilakukan dengan perwakilan setiap negara sebagai saksinya. Tentu saja, Alisha yang akan diadili.

"Gadis itu harus dihukum secepatnya!"

"Benar, sebelum terlambat! ... sebelum rakyat kita akan menjadi korban berikutnya!"

"Gadis itu sangat berbahaya!"

"Pangeran, mana tanggung jawabmu? Kau yang telah membawanya kemari!"

"Bagaimana jika nantinya gadis itu lepas kendali dan membantai semua orang?"

Semuanya kembali pada si Pangeran, Akinari. Karena dia yang membawa Alisha ke wilayah Western dengan alasan menjadikannya sebuah petunjuk untuk menemukan Rose yang hilah di Eastern dan jaminan keselamatan darinya. Dengan berat hati tentunya dia harus meladeni omongan tidak berguna ini.

"Pembantaian itu atas perintahku." Ujarnya dengan nada dingin sedikit santai.

"Benarkah?" seseorang dari bangku bangsawan utama yang sedari tadi hanya mendengar jalannya siding sama seperti Akinari baru saja mengangkat suaranya. Nadanya terdengar sedikit mengejek. Rambut pirang dan mata emerald, -Pangeran Izana Leiflietch- begitulah orang memanggilnya. Pangeran dari kerajaan paling berpengaruh kedua di Western. Sering disandingkan dengan Akinari karena kemampuannya tak kalah jauh. "Aku dengar dia seorang penyihir... tidak heran jika Pangeran Akinari membelanya setelah terkena mantranya."

Ingin sekali rasanya Akinari menonjok seringai di wajahnya itu setelah mendengarnya. Emosi selalu saja datang disaat ada yang menyebut kata 'Penyihir' walau kata itu tidak ditujukan untuknya melainkan untuk Alisha. Tetap saja ia merasa emosi, entah mengapa.

"Aku tidak sedang membela siapapun, itu kenyataan."

"Bagaimana kami harus mempercayaimu?"

"Aku tidak memiliki bukti jelas tentunya kecuali sebuah omongan dan penjelasan panjang. Intinya, aku sedang tidak berbohong atau membela siapapun sekarang."

"Masih mau membelanya, Pangeran? Apa kau tahu siapa yang kau bela itu? ... Gadis yang dijuluki 'Penari perang' yang telah menghabisi nyawa orang-orang kita tanpa belas kasih. Aku tidak tahu mantra seperti apa yang dia gunakan hingga kau seperti ini."

Akinari hanya mengetuk jarinya pada pegangan singgasana tampak bosan mendengarkan kalimat panjang yang ia anggap tidak berguna. Dirinya tidak habis pikir kenapa julukan penyihir selalu dibawa-bawa? Sekali lagi Akinari menghela nafas berat. Ia harus membongkar semuanya agar ini cepat selesai. Lebih cepat lebih baik.

Tanpa pikir panjang lagi Akinari berdiri dari singgasananya menuju tengah-tengah aula dihadapan semua orang. "Pangeran Izana, tidak bisakah kau berhenti menggonggong seperti anjing kelaparan ditengah jalan."

"Apa katamu—"

"Kau tak lebih dari sebuah tong sampah. Memungut orang-orang tidak berguna yang hanya bisa membuat malu keluargamu. 'Kerajaan paling berpengaruh' apanya? Bahkan kalian sendiri tidak menyadari adanya penyusup di penjuru kekaisaran. Berterimakasihlah karena aku mau repot-repot mengirim bawahanku untuk membasmi mereka."

"Tch..."

Pembicaraan itu masih berlanjut hingga akhir. Meski berakhirpun rasanya masih terus berlanjut karena banyak yang tidak terima. Mengurusi hal itu secepatnya adalah hal merepotkan untuk Akinari.

Kiri no YumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang