Chapter 30

13 4 0
                                    

Sudah beberapa hari berlalu sejak hukuman pembakaran hari itu. Kakak-kakaknya masuk ke ruangannya dan penampilan mereka cukup mengejutkan. Pakaian yang mereka gunakan sama seperti saat mereka berubah menjadi serigala. Rambut mereka lebih panjang dari sebelumnya setelah melalui waktu lama sebagai seekor serigala. Setidaknya mereka tak tampak seperti orang liar. Beberapa saat mereka menetap di ruangan itu Zavied mulai membuka pembicaraan.

"Alisha, kenapa kau malah berada di Western? Kau tahu sendiri ini wilayah musuh..." suara Zavied menggema ke seluruh ruangan disertai gebrakan meja.

Alisha dengan santai menyesap tehnya melihat ke arah lain. "Kau banyak tanya sekali, harusnya tidak perlu ku ubah kalian menjadi manusia lagi kalau ujungnya begini."

"Bukan begitu Alisha, kau bisa pergi ke tempat sekutu Eastern kan,"

"Dan terbunuh disana? Tidak terimakasih."

"Dan kau tidak mengatakan pada mereka bahwa kau dari keluarga kerajaan?"

Alisha berubah tegang dan melirik sinis kakak tertuanya itu. "Tidak," Jawabnya setelah beberapa saat.

"Kau harus mengatakannya, cepat atau lambat mereka akan tau."

"Akan sangat berbahaya bila aku membocorkan identitasku, apalagi nyawaku sedang terancam seperti saat ini."

Eizen menatapnya lama kemudian mengangguk. Glenn segera menepuk bahunya melarang kakaknya agar tidak mengatakan apapun.

"Sudahlah kalian semua, kita susun strateginya sekarang..." Ucapan Glenn yang langsung membuat semua diam dan fokus ke satu arah. "Kita hanya tujuh orang dan Eastern terdiri dari beberapa kerajaan-"

"Kita ketambahan dua orang, Rose dan Giita, jangan lupakan mereka."

"Sembilan orang, aku tidak yakin rencana ini bisa berjalan lancar," Glenn menopang dagu. Matanya mulai menganalisis peta yang ada di depannya. "Seandainya ada penyihir putih di abad ini."

Brakk!

"Tidak perlu ada yang namanya penyihir putih, kekuatan kita saja sudah cukup untuk menghabisinya!"

Zavied geram. Ia mengepalkan tinjunya. "Penyihir itu akan tunduk! Lehernya adalah milikku. Aku akan membuatnya menyesal telah terlahir di dunia ini."

Alisha melihat kearah lain. Di luar sana akan turun hujan ya...

"Akinari!"
Mereka tidak menyadari jika Ratu Viltaria berdiri di depan pintu. Matanya menatap lurus ke pintu utama dan semuanya menoleh untuk melihat ke arah yang sama. Akinari berdiri di sana, bajunya basah kuyup, rambut hitamnya disisir dari dahinya. Nafasnya sedikit terengah-engah.

"Ada sedikit barang ku yang tertinggal... Aku akan mengambilnya," Akinari mulai beranjak dari tempatnya melangkah menuju ruang kerjanya.

Ratu Viltaria tampak heran dan akhirnya membiarkan apa yang yang dilakukan putranya.

Eizen berdiri. "Kami harus pergi," Ujarnya yang berhasil membuat langkah Akinari berhenti. "Kami akan berangkat malam ini. Lebih cepat akan lebih baik."

Untuk kesekian kalinya Akinari tersentak. Sekeras mungkin ia menghilangkan segala yang ada dipikirannya dan melanjutkan langkahnya.

"Tunggu Eizen, bukankah lebih baik kita berangkat besok pagi setelah matahari terbit... Tidakkah kalian lelah setelah bertarung tadi?"

"Alisha, kita tidak bisa membuat Eastern menunggu lebih lagi, kita harus cepat-"

"Permisi, aku perlu bicara dengan istriku," Ujar Akinari dingin. Mata hitamnya menyala layaknya kilatan meteor.

Kiri no YumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang