Kiri no Yume

Chapter 9 : a promise

"Huft... Selanjutnya,"
Alisha menghela nafas sambil mengusap keringatnya.

Tiba-tiba seekor anjing kecil mengagetkannya. Seekor anjing kecil menatapnya dengan mata berair, tapi giginya anjing dilempar ke dalam pertahanan.

Alisha mengulurkan tangan sambil tersenyum menyentuh kepala anjing itu. Anjing itu membiarkan gadis di depannya ini menyentuhnya. Rengekan kecil datang dari anjing itu. Tiba-tiba, anjing itu tersentak dan geram.

Alisha mendongak dan melihat Akinari sedang berjalan ke arah mereka, tampak berkeringat seolah baru saja berlatih.

"Namanya Reed, peliharaan Rose, Dia benar-benar kesepian akhir-akhir ini, karena Rose menghilang," kata Akinari, suaranya masih dingin seperti biasanya.

Alisha melihat kearahnya, menatapnya dari atas ke bawah seakan meminta penjelasan. "Kau cari mati? Sudah jelas kakimu belum sembuh kau masih berlatih."

Akinari melihat kakinya dengan miris. "Tidak apa-apa, lagi pula ini sudah lebih baik."

"Lebih baik kau datang padaku setiap minggu untuk mengganti perbanmu.. Dan jika lukamu belum sembuh juga terpaksa aku harus menggunakan cara lain untuk menutup lukanya." Alisha masih menatapnya.

Akinari berdiri beberapa langkah darinya dan mengusap tengkuknya. "Jangan khawatir, aku akan datang padamu untuk mengganti perbannya. Aku datang hari ini karena..." Dia berbalik, dan mengusap tengkuknya lagi.

"aku minta maaf atas cara paman ku memperlakukan mu kemarin. Kau harus mengerti, aku tidak dapat berbuat banyak tentang hal itu, karena dia adalah jendral utama dan masih memiliki posisi yang berwenang, meskipun aku seorang Pangeran." Dia berhenti sejenak dan rahangnya mengepal, dan dia melanjutkan, dengan geram, "aku berjanji, aki tidak akan pernah membiarkan dia melakukan hal seperti itu lagi."

Alisha sedikit terkejut mendengar nada ucapannya. Dia meletakkan obat-obatannya dan melihat ke arahnya. "Kenapa seorang pangeran sepertimu harus berjanji padaku seperti itu? Aku hanya warga biasa bukan bangsawan atau semacamnya, dan kapan aku bisa kembali ke Alzano?"

Akinari meliriknya dengan sembunyi-sembunyi, sebelum mengalihkan pandangannya. "Aku perlu kau tinggal di sini. Selama setengah tahun aku telah mencari Rose Dan pada hari terakhir, ketika aku bertemu dengan mu di danau, kau adalah petunjuk pertama bahwa Rose masih hidup. Tidak bisakah kau memberitahuku ... Tidak bisakah kau memberitahuku dimana Rose? Jika Rose masih hidup? Apa yang terjadi padanya?"

Alisha menghela nafas dan melanjutkan aktifitasnya. "Kau keras kepala sekali... Rose, mungkin dia sekarang..."

Alisha menghentikan kalimatnya ketika dia merasakan ekspresi putus asa Akinari. Jika dia melanjutkannya, mungkin akan menjadi beban bayinya.

Akinari memalingkan pandangannya. "Tidak apa, kalau kau tidak memberi tahuku sekarang. Itu bukan masalah besar."

Alisha hanya menatapnya kosong dan Akinari berbalik. "Kenapa aku mencoba untuk-" gumamnya dengan geram, dan sangat pelan nyaris Alisha tidak bisa mendengarnya.

Alisha melihat reaksinya kembali seperti tadi, "lalu Rose?"

Akinari mengerti apa yang di maksudnya. "Dari semua pertanyaanmu... Rose... baiklah, dia dan aku benar-benar dekat tapi, Aku tidak pernah ingin menikah. Aku tidak mau menikah dengan siapapun. Orang tuaku sangat menginginkan ku menikahi seseorang ... jadi aku hanya menuruti kemauan mereka..., aku kira kesalahannya adalah ketika aku memilih Rose menjadi tunanganku dan itupun hanya didepan mereka."

Akinari memejamkan mata dan bersandar ke dinding. "dia menyukai seni bela diri hampir sama sepertiku, Dia ingin pergi keluar dan membuktikan bahwa wanita bisa bertarung. Tentu saja wanita tidak bisa bergabung dengan tentara, tapi dia menyamar sebagai pria dan entah bagaimana dia bisa masuk. Tugas pertamanya, yang paling mematikan, adalah pergi jauh ke dalam hutan dan menyerang perbatasan Kerajaan Eastern. Semua orang meninggal disana namun, hal yang membuat aku terus mencarinya adalah kenyataan bahwa mereka tidak menemukan tubuh Rose dan fakta lainnya bahwa kau memiliki kalung-"