[3] Perang dunia ketiga?

161 13 0
                                    

Jingga bersenandung kecil seraya melemparkan senyuman kepada guru dan kakak kelasnya yang menurut Jingga cantik dan seksi.

"Hai cantik..." goda Jingga kepada kakak kelasnya yang entah siapa.

Jingga terkekeh saat melihat kakak kelas yang tadi ia sapa itu membeku, dan pipinya bersemu merah. Pasti kakak kelas itu baper.

Siapa yang gak tersipu saat digoda sama cowok ganteng kayak Jingga?

Jingga memasuki kelasnya seraya tersenyum selebar mungkin. Apalagi saat ia melihat Mentari yang tengah membaca buku novel. Niat jahilnya tiba-tiba muncul.

Jingga berjalan kearah meja Mentari kemudian cowok itu langsung mengambil buku novel yang sedang dibaca oleh Mentari.

Mentari terkejut. Novel yang sedang dibaca olehnya tiba-tiba direbut oleh seseorang. Mata Mentari melotot ketika ia tahu siapa yang telah merebut novel yang sedang ia baca.

"Jingga! Ih, apaan sih lo?!" tanya Mentari galak. Ia berdiri dari posisi duduknya. "Balikin novel gue gak?!" lanjut Mentari masih dengan nada galak.

Jingga terkekeh, "ambil aja nih kalau bisa!" Jingga mengacungkan novel itu dengan tanganya tinggi-tinggi hingga Mentari kesusahan menjangkaunya. Gimana gak kesusahan coba. Orang tinggi badan Mentari aja cuman sebatas telinga Jingga.

"Jingga, balikin!" ujar Mentari yang masih mencoba mengambil novelnya tersebut.

Tidak ada yang membantu Mentari. Teman-teman sekelasnya yang sudah datang hanya menonton saja. Bentar lagi bakal ada perang dunia ketiga, nih, batin mereka.

Dugaan mereka benar. Mentari menjambak rambut Jingga hingga cowok itu mengaduh kesakitan. Walaupun tidak bisa menjangkau novelnya, setidaknya Mentari bisa menjangkau rambut Jingga dan menjambaknya. "Balikin gak?!" ujar Mentari masih dengan menjambak rambut Jingga.

"Aduh... Lepasin... Iya-iya.. Ini novel nya.. Lepasin, aduh..." Jingga mengaduh. Ia menyodorkan novel milik Mentari kepada sang empu.

Mentari melepaskan jambakanya dan merebut dengan kasar novelnya yang masih berada digenggaman tangan Jingga. "Mamam tuh jambakan!" cibir Mentari kesal.

Mentari menghela nafas kesal. Ia lupa sampai halaman berapa tadi. Ini gara-gara Jingga.

"Jangan galak-galak dong... Manis dikit kek jadi cewek." sungut Jingga kesal. Ia mengusap-ngusap kepalanya yang jadi sasaran jambakan oleh Mentari.

"Bodo amat." sahut Mentari cuek.

Jingga menghela nafas panjang kemudian menghembuskanya dengan sedikit kasar. "Untung lo cewek." gumam Jingga namun masih bisa didengar oleh Mentari.

Mentari mengangkat sebelah alisnya, kemudian berkata, "terus? Kalau gue cewek kenapa?" tantang Mentari.

"Ya, gak etis aja kalau cowok ngajak berantem cewek." balas Jingga yang masih mengusap-usap kepalanya yang jadi sasaran jambakan Mentari.

"Duh... Ni pasangan pagi-pagi udah perang aja..." komentar Kanya yang baru saja datang.

"Tau nih temen sebangku lo!" sahut Jingga seraya menatap sinis Mentari.

Mentari melotot. "Gue juga males cari ribut sama lo! Lagian suruh siapa lo ngambil novel yang lagi gue baca?!" Mentari menatap tajam Jingga.

"Kayak macan lagi PMS. Diganggu dikit ngamuk." sungut Jingga.

Mentari mendengus. Ia memutar bola matanya sebal, "emang lo pernah liat macan lagi PMS yang diganggu, dan langsung ngamuk?" tanya Mentari sinis.

"Pernah. Bahkan macan nya lagi didepan gue pula." ujar Jingga seraya menatap Mentari jahil.

Mentari JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang