[33] Kerja kelompok (?)

63 4 5
                                    

"Jadi, Ri, kita mulai dari mana?"

Mentari menoleh. "Dari mata, turun ke hati." sahut Mentari.

Kelvin tertawa. "Sialan, sekarang lo jadi bucin, ya?" tanyanya masih sambil tertawa.

"Gak juga ah." Mentari meletakan ponselnya di sebelah tubuhnya.

"Ri, omong-omong, kenapa ya kita bisa satu kelompok?" tanya Kelvin. Cowok itu sedang menggambar garis pada kertas karton.

"Gak tau. Padahal gue berharapnya jangan satu kelompok sama lo." ujar Mentari.

"Kualat lo. Makanya Tuhan ngasih lo satu kelompok sama gue."

Mentari tertawa kecil mendengar ocehan Kelvin.

Ya mungkin benar apa kata Kelvin. Ia kualat. Berdoa agar tidak satu kelompok dengan cowok itu.

"Kalau Jingga satu kelompok sama siapa, Ri?" tanya Kelvin. Ia masih sibuk membuat garis pada kertas karton.

"Sama Kanya."

"Serius lo?!" Kelvin melempar pensil yang berada di genggamannya. "Wah... Bisa-bisa mereka CLBK."

Mentari mengerutkan dahinya bingung. "Maksudnya?" tanyanya.

"Ya kan dulu Kanya sempet suka sama cowok lo. Bahkan sempet nembak Jingga. Lo gak inget?"

Mentari diam. Ia menatap Kelvin dengan pandangan sedikit terkejut. "Lo tau tentang itu, Vin?" tanya Mentari.

"Ya tau lah, Mentari... Kan Jingga sobat gue sama yang lain. Otomatis kita semua tau," jawab Kelvin sambil geleng-geleng kepala. "Gila sih, nekat banget itu si Kanya."

"Hm..." Mentari hanya menjawabnya dengan gumaman. "Omong-omong, kita sial banget, ya." ujar Mentari sambil mengambil buku atlas.

"Sial? Kenapa?"

"Pak Hartono bilang gambarnya cuman gambar benua. Taunya kita disuruh gambar peta dunia. Sialan emang."

"Hush!" Kelvin menoyor kepala Mentari. "Lo gak boleh bilang gitu! Kualat lagi nanti!"

"Ish gak usah noyor-noyor gue, anjir!" protes Mentari.

"Tau gak? Kata Pak Hartono, kita bakal dapet nilai bagus. Soalnya kita gambar peta dunia." Kelvin menyengir.

"Tau dari siapa lo? Palingan cuman bullshit." ketus Mentari.

"Yeee... Gue nanya langsung. Nilai 90 udah di tangan nih kata Pak Hartono."

"Beneran kan? Lo jangan bohong." Mentari menatap tajam Kelvin.

"Ya Tuhan, Ri... Gak ada faedahnya gue bohong sama lo." Kelvin menghela napas panjang. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya-menggambar garis pada kertas karton.

"Ya semoga aja kalian berdua gak bullshit. Aamiin.." ujar Mentari.

"Oh ya, Ri. Jingga gak marah nih lo sekelompok sama gue?" tanya Kelvin.

Mendengar itu, Mentari tertawa kecil. "Marah? Buat apa dia marah gara-gara kayak gini doang? Kayak bocah aja." ujarnya kalem.

"Ya takutnya..."

"Lagian, masa sih Jingga gak percaya sama sobatnya sendiri?"

"Iya juga sih..."

"Lagian juga, gue gak marah tuh sama Jingga yang satu kelompok sama Kanya. Yang notabane-nya pernah naksir Jingga." ujar Mentari lagi.

"Lo gak cemburu?" tanya Kelvin lagi.

"Buat apa? Gue yakin kalau Jingga emang sayang sama gue, dia gak akan ngelakuin yang aneh-aneh di belakang gue." tandas Mentari.

Mentari JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang