#2 [FLASHBACK]

44 3 2
                                    

Acara pelepasan kelas 9.

Mentari buru-buru menghapus make-up yang daritadi menempel di wajahnya. Sesekali ia bergumam kesal karena harus memakai make-up setebal ini.

Andaikan saja pihak sekolah tidak mewajibkan setiap kelas menampilkan sebuah tampilan—entah menari atau menyanyi—pasti Mentari tidak akan menggunakan make-up setebal ini dan ia tidak perlu berkorban untuk kelasnya. Menampilkan sebuah tarian tradisional.

"Acara kakak kelas, kenapa harus adek kelasnya yang tampil sih?!" Mentari masih menggerutu kesal. Ia membuang kapas yang ia gunakan untuk menghapus make-up-nya pada tong sampah.

Setelah mengganti bajunya, Mentari buru-buru kembali ke aula. Tempat dimana acara pelepasan kelas 9 diadakan.

"Ri!"

Mentari segera menoleh saat merasa namanya dipanggil. Ia tersenyum saat melihat Benua tengah berjalan ke arahnya.

"Penampilan kamu tadi bagus,"

Mentari kian tersenyum lebar. Ia juga bisa merasakan pipinya menghangat.

"Makasih." ujar Mentari malu-malu.

"Aku kira, kamu gak bisa nari, hahaha..."

Mentari memukul lengan Benua dengan agak keras. Menatap sebal cowok itu.

"Ish!" desis Mentari sebal.

Benua masih larut dalam tawanya. Hingga tidak berapa lama, tawa cowok itu reda. "Tapi kenapa make-up kamu dihapus?" tanyanya.

"Aku serasa jadi tante-tante. Terlalu menor, makanya aku hapus." sahut Mentari.

"Padahal, tadinya aku mau ngajak kamu foto."

"Telat." cibir Mentari. Walau dalam hatinya, cewek itu merasa menyesal karena telah menghapus make-up yang menempel di wajahnya karena ia belum sempat berfoto dengan Benua.

"Gak kerasa ya aku udah mau lulus SMP aja."

"Iya. Harusnya kamu masih bareng sama aku, di sini." ujar Mentari. Ada sedikit nada kecewa dan sedih yang bercampur dalam ucapannya.

"Iya, maaf..." Benua mengusap lembut puncak rambut Mentari.

Mentari diam. Jantungnya berdegup tidak karuan saat Benua mengusap lembut puncak rambutnya.

"Aku ke temen-temen aku dulu, ya. Kamu gak apa-apa di sini sendirian?"

Dan Mentari hanya bisa mengangguk singkat sebagai jawabannya.

[•••]

"Udah, ungkapin aja, Ri..."

"Nay, masa cewek duluan?" Mentari memberengut kesal.

"Bukan siapa yang memulai, Ri."

"Gengsi."

Naya tertawa. Menertawakan perilaku Mentari. Cewek itu tidak habis pikir dengan Mentari.

Daritadi Mentari diam, uring-uringan sendiri, merasa sedih karena Benua akan lulus. Mentari mengungkapkan itu semua pada Naya. Katanya malu kalau semuanya diungkapkan di depan Benua secara terang-terangan.

"Udah, jangan ada gengsi-gengsian. Yang penting perasaan Tari jadi tenang." Naya mencoba memberi Mentari semangat.

Dan ya..., sebenarnya Naya masih tidak menyangka jika Mentari menyukai Benua—yang notabanenya adalah sahabat Mentari sendiri. Bahkan ia sempat terkejut saat Mentari bilang bahwa ia akan menyatakan perasaannya pada Benua.

Mentari JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang