Tidak seperti biasanya, hari ini Mentari berangkat sekolah diantar oleh Herdinan. Sebenarnya tidak apa-apa sih. Hanya saja, dalam benak Mentari seperti ada yang kurang.
"Ri, kenapa ngelamun?" tanya Herdinan. Tangannya mengacak-acak rambut Mentari dengan gemas.
"Ih, Ayah!" protes Mentari seraya membenarkan rambutnya.
"Kenapa?" tanya Herdinan yang pandangannya kembali fokus pada jalan di depannya.
"Enggak," sahut Mentari.
Mentari menghela napasnya kemudian mengeluarkan ponselnya. Cewek itu tersenyum saat melihat riwayat panggilan dari Jingga. Cukup lama menurut Mentari.
"Tuh kan. Sekarang malah senyum-senyum sendiri." ujar Herdinan sambil terkekeh geli.
Mentari tertawa. Entah mengapa perkataan Ayahnya sangat lucu di telinga Mentari. "Apaan sih, Yah?" tanya Mentari balik. Ia masih ketawa.
"Kamu gak kesambet kan? Tadi kamu ngelamun, terus senyum-senyum." ujar Herdinan. "Gara-gara cowok ya?" tebak Herdinan.
Tepat. Mentari diam. Tidak mau mengelak atau pun mengiyakan.
"Cowok yang sering anter-jemput kamu itu kan? Dia ganteng kok. Cocok sama kamu." Herdinan tersenyum penuh arti.
Mentari merasakan pipinya memanas saat itu juga. Tapi tak urung senyumnya mengembang.
"Tuh kan bener! Anak Ayah sudah besar ternyata." Herdinan tertawa. Lagi-lagi ia mengacak-acak rambut Mentari dengan gemas dan dihadiahi protesan oleh cewek itu.
"Nama dia siapa?"
"Jingga—eh!" baiklah, Mentari keceplosan dan sekarang ia jadi salah tingkah.
"Oh namanya Jingga... Kapan-kapan Ayah mau kenalan, ah!" goda Herdinan.
Mentari melotot. Segera ia menoleh ke arah Ayahnya dengan cepat. "Ih jangan! Dia punya aku!" ujar Mentari dengan spontan.
Herdinan semakin tertawa dibuatnya.
[•••]
Jingga merapihkan rambutnya sekali lagi. Setelah dirasa dirinya ganteng, Jingga segera berlari ke bawah dan berpamitan pada Gisel.
Sesampainya di sekolah, Jingga segera berlari ke kelas. Bahkan dia sampai ngos-ngosan.
"Heh! Lo kenapa ngos-ngosan kayak gitu?" tanya Galang yang sedang nongkrong di depan kelas.
Jingga hanya nyengir.
"Ditanya malah nyengir kayak kuda! Napa lo? Dikejar guru BK, ya?" tebak Galang.
"Enggak lah! Enak aja. Gue mau tobat aja!" sahut Jingga setelah napasnya teratur.
"Lah sok-sokan tobat lo banci kaleng!" cibir Kelvin yang dari tadi sedang ngemil di sebelah Galang.
"Banci kaleng pala lo lonjong!" Jingga mendelik sebal pada Kelvin.
"Ya lagian lo kenapa sih, Jing?" tanya Galang lagi. Cowok itu masih heran kenapa Jingga sampai ngos-ngosan kayak gitu.
"Gue bukan anjing, geblek!" ujar Jingga sebal. Jujur, ia tidak suka jika ada orang yang menyebutnya dengan nama 'Jing'. Terkesan seperti memanggil nama hewan.
"Jangan nge-gas dong, Mas!" sahut Kelvin seraya tertawa geli.
"Gue abis lari maraton." ujar Jingga sekenannya.
"Yang bener lo? Hadiahnya apa?" tanya Galang bersemangat.
"Hadiahnya itu Mentari," sahut Jingga asal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Jingga
Teen FictionJingga adalah cowok super usil yang pernah Mentari temukan. Selain usil, cowok itu juga nyebelin. Sering bikin Mentari emosi sendiri gara-gara tingkah laku cowok itu. Mentari adalah cewek super cuek yang pernah Jingga temui. Sudah cuek, galak pula...