"Ri!"
Mentari menoleh. Ia kira itu Jingga. Ternyata Kanya. Pupus sudah harapan Mentari.
"Lo ke mana waktu sehabis tampil di ulangtahunnya Tania?" Kanya menatap Mentari dari samping.
"Pulang." jawab Mentari sekenannya. Tapi memang kenyataannya ia pulang duluan sesaat setelah tampil. Malas. Mood-nya hilang entah ke mana sesaat setelah melihat kejadian Kanya yang menyandar di pundak Jingga dalam rangka mereka berfoto ria.
"Pulang? Padahal gue nyari." Kanya menghela napas panjang.
"Dalam rangka apa nyari gue?" tanya Mentari sarkas.
"Kok lo sinis gitu sih, Ri?" Kanya mengerucutkan bibirnya.
Mentari menghela napas panjang. Memejamkan matanya sebentar. "Sinis? Sorry, gue lagi PMS kali. Mood gue emang lagi berubah-ubah kali ini." sahut Mentari yang berusaha agar nada suaranya tidak terdengar sinis di telinga Kanya.
"Kirain gue punya salah sama lo." Kanya terkekeh kecil.
Dalam hati, rasanya Mentari ingin blak-blakan pada Kanya. Namun ia tahan karena takut menjadi panjang masalahnya. Dan berakhir dengan perang dingin antara mereka berdua.
"Padahal juga Jingga nyari lo,
Dan entah mengapa, Mentari merasakan adanya nada ketidaksukaan dalam nada bicara Kanya tadi.
"Dalam rangka apa dia nyari gue?" tanya Mentari dengan bodohnya.
"Ya kangen kali!"
Mentari mengerutkan keningnya, "Kok ngegas?" tanya Mentari.
"Ya lagian lo gak peka. Sebel gue jadinya."
Mendengar itu, Mentari tersenyum kecil. "Gue emang gak peka. Coba tanya ke Jingga. Lagian lo kayak baru kenal gue aja." sahutnya.
[•••]
"Ji, kok gak bareng Mentari?" tanya Kelvin heran. Mereka berdua sekarang berada di kantin. Sedang menyantap dua porsi bakso yang berada di hadapan masing-masing.
"Mentarinya ngejauhin gue. Gue salah apa?" Jingga malah balik bertanya. Wajahnya ditekuk karena mengingat kejadian ketika Mentari tiba-tiba menghindari Jingga saat cowok itu menghampiri Mentari.
"Lo belum mandi kali. Bau badan." sahut Kelvin. Ia tertawa ngakak.
"Sialan lo, tai!" maki Jingga. Ia mendelik sebal pada Kelvin. "Omong-omong nanti lo ada kerja kelompok sama Mentari gak?" tanya Jingga pada Kelvin.
"Gue mah gimana Mentari, Ji. Dia ngajak kerja kelompok, ya ayo... Gak ngajak juga syukur alhamdulillah." Kelvin menyengir.
"Soalnya gue mau nganter dia balik, hehehe...".
"Ya udah, tanya aja dia, mau kerkom atau kagak."
"Dianya aja ngejauhin gue. Gimana gue mau nanya?" Jingga memberengut sedih.
"Lewat chat dong. Jangan menyusahkan diri sendiri."
"Chat gue gak dibales. Boro-boro dibales, dibaca aja enggak. Miris." balas Jingga.
"Jangan pantang menyerah dong."
"Gue heran, Vin," Jingga menghela napas panjang. "Dia sayang sama gue gak sih? Gue kok ngerasa berjuang sendirian?"
Mendengar itu, lantas Kelvin tertawa kecil. "Lo kenapa sih? Lo udah gak percaya lagi sama dia?" Kelvin balik bertanya.
"Bukan... Bukan gitu. Tapi rasanya aneh."
"Ji, dengerin gue. Lo tau kan Mentari adalah cewek cuek? Mungkin dia gak mengekspresikan rasa sayangnya secara langsung," balas Kelvin sambil tersenyum kecil. "Bahkan nih ya, kalau Mentari gak sayang sama lo, dia gak akan nerima lo saat lo nembak dia. Mana cuman modal telur gulung doang. Gak modal banget kan?"
"Heh, bangsat! Lo ngasih solusi ke gue atau ngehina gue sih?" protes Jingga kesal.
"Dua-duanya sih." lagi-lagi, Kelvin menyengir kuda.
"Untung lo sobat gue. Kalau bukan, mungkin muka lo lagi gue proses supaya lebih berwarna." Jingga tersenyum semanis mungkin pada Kelvin. Membuat Kelvin tiba-riba merinding karena melihat senyum sok manis dari Jingga.
"Pake crayon ya warnain muka guenya. Supaya gampang dihapus, hehehe..."
"Enggak! Nih, warnain muka lo pake kepalan tangan gue!" kali ini, Jingga mengepalkan tangannya di hadapan wajah Kelvin.
[•••]
"Cepet pulang!"
Mentari lagi-lagi menghela napas panjang saat mendengar perintah itu dari teleponnya.
"Benua, dengerin gue," Mentari berusaha sesabar mungkin. "Hari ini gue mau kerja kelompok. Lo ngerti gak sih?"
"Kamu dari kemarin terus aja ker—"
"Kalau emang pada kenyataannya begitu gimana?!"
Dan setelah mengatakan hal itu, Mentari segera memutuskan sambungan telepon Benua. Lebih baik begitu daripada ia emosi sendiri.
"Ri—"
"Apa?!"
"Kok galak?"
Mentari mengusap wajahnya dengan pelan. Berusaha mengusir rasa kesalnya pada Benua. "Maaf..." ujar Mentari pelan
Jingga terkekeh pelan. Ia mengacak-ngacak rambut Mentari dengan gemas. "Tadi siapa yang nelepon?" tanya Jingga.
"Benua. Siapa lagi?" sahut Mentari.
"Dia kenapa lagi?"
"Ji, gak usah dibahas ya? Gue lagi emosi sama dia. Jangan sampai lo yang kena amukan gue."
Jingga tersenyum kecil. "Iya, maaf... Mau pulang?" tanya Jingga lagi. Ia berusaha agar Mentari tidak menghindarinya lagi.
"Enggak, Ji. Gue mau ngegembel di deket lampu merah." sahut Mentaru sarkas.
Mendengar itu, Jingga lantas tertawa. "Lucu banget sih pacar gue!" lalu, Jingga merangkul Mentari. Membawa cewek itu keluar dari kelas. "Ayo pulang. Gue anter." lanjut Jingga.
"Tapi, Ji..." Mentari berusaha melepaskan rangkulan Jingga. "Gue mau kerkom—ih lepasin!" kesal Mentari karena Jingga makin merangkulnya dengan erat.
"Biar gue anter ke tempat Kelvin..." sahut Jingga dengan santainya.
"Gak usah. Gue sama Kelvin aja. Arah rumah lo sama Kelvin juga berlawanan. Kasihan bensin lo." ujar Mentari. Diam-diam ia merasa lega karena Jingga telah melepaskan rangkulannya.
"Lo gak kasihan sama gue? Gue tersiksa gara-gara lo cuekin gue dari semenjak itu." Jingga mengerucutkan bibirnya.
"Yang itu? Yang mana?"
"Dari sejak ulangtahun Tania. Lo cuekin gue. Gue kesiksa gara-gara itu." dan kali ini, Jingga memasang wajah semiris-mirisnya.
"Lebay deh! Alay!" cibir Mentari. Walau begitu, ia lantas mencubit pipi Jingga karena merasa gemas dengan cowok itu. Membuat beberapa pasang sorot mata tertuju ke arah mereka.
"Sakit, babe..." Jingga mengaduh. Padahal rasanya ia ingin terbang ke langit karena Mentari mencubit pipinya. Perlakuan kecil Mentari yang membuat Jingga ingin terbang ke langit saking senangnya.
Dan diam-diam juga, Mentari meleleh karena disebut 'babe' oleh Jingga.
[•••]
Sudah lama tidak update lapak ini :"
Mohon maaf ya :"

KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Jingga
Teen FictionJingga adalah cowok super usil yang pernah Mentari temukan. Selain usil, cowok itu juga nyebelin. Sering bikin Mentari emosi sendiri gara-gara tingkah laku cowok itu. Mentari adalah cewek super cuek yang pernah Jingga temui. Sudah cuek, galak pula...