[35] Tragedi ulang tahun

41 4 2
                                    

"Woi!!!"

Satu kelas seketika terdiam saat Jingga berteriak.

"Buat Mentari, Kelvin, Galang, Kanya, balik sekolah jangan dulu pulang, kumpul dulu sama gue!"

"Heuuu... Kirain ada apa!" koor satu kelas karena kesal pada Jingga.

Sedangkan Jingga, cowok itu hanya menyengir tanpa dosa. Kemudian ia meminta maaf pada teman-temannya atas ulahnya yang tadi.

Seperti perintah yang Jingga sampaikan tadi, Mentari, Kanya, Galang, serta Kelvin berkumpul dulu dengan Jingga.

"Cepetan..." gerutu Kanya pada Jingga yang daritadi hanya memperhatikan layar ponselnya.

"Sabar, Nyonya..." sahut Jingga.

"Nyonya baru lo, Ji? Terus Mentari gimana?" canda Galang sambil tertawa. "Oh..  Buat gue aja katanya, Vin!" lanjutnya.

Mentari menyipitkan matanya. Menatap Galang tajam. "Apaan sih lo?!" setelah berkata demikian, Mentari memukul lengan Galang cukup keras. Membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Gila, Ri! Lo makan apa sih tadi? Tenaga lo besar banget!" ujar Galang sambil mengusap-ngusap lengannya yang jadi korban pukulan Mentari.

"Udah, jangan berantem lagi. Waktu nih waktu..." Jingga mengetuk-ngetuk jam tangannya.

"Yang ada, daritadi lo yang ngebuang-buang waktu tau! Daritadi lo cuman diem, mainin HP. Ngacangin kita!" sahut Kanya masih dengan nada suaranya yang menunjukan kekesalan.

"Iya, maaf..." sahut Jingga. "Jadi, gue ngumpulin lo semua di sini, gue pingin ngundang kalian ke acara ulang tahun adik gue, Britania." lanjut Jingga. Cowok itu tersenyum.

"Hah? Serius? Kapan?" tanya Kelvin yang daritadi diam.

"Malam ini." sahut Jingga kalem.

"Asiiik... Makan-makan gratis nih. Ya Tuhan... Terimakasih atas nikmat-Mu ini..." Galang menengadahkan tangannya. Seperti orang yang berdoa. Cowok itu tersenyum lebar.

"Tapi dengan syarat, Ferguso. Tidak semudah itu kau mendapat makanan gratis, Ferguso!" potong Jingga cepat. Membuat ekspresi Galang seketika berubah.

"Ya udah, apa syaratnya?" tanya Galang dengan wajah ditekuk.

"Nampilin musikalisasi puisi lagi kayak waktu pekan kreativitas siswa." Jingga menyengir.

"LO GILA?!" sahut semuanya. Mereka memberi tatapan berbeda-beda pada Jingga.

"Loh? Enggak. Gue gak gila. Kenapa emang?"

"Ji, please... Acara ulang tahun Tania malem ini, dan lo nyuruh kita tampil beberapa jam sebelum acara dimulai." sahut Mentari.

"Ya harus gercep lah!" balas Jingga sambil menatap teman-temannya satu per satu. "Bisa kan? Ayolah... Bantu gue..." lanjut Jingga dengan wajah memelas.

Akhirnya, mau tidak mau, mereka menyetujui permintaan Jingga. Walaupun terkesan mendadak. Mendadak sekali malahan.

"By the way, nanti kalian pake baju yang cakep, oke? Dan buat lo, Mentari, dandan yang cantik." ujar Jingga sambil menepuk-nepuk kepala Mentari dengan pelan.

Dan diam-diam, ada seseorang yang menahan rasa sakit ketika melihat pemandangan itu.

[•••]

Mentari menghela napas panjang sebelum akhirnya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah Jingga yang sudah dihias sedemikian rupa dalam rangka merayakan ulang tahun Britania—adiknya.

Mentari JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang