"Mentari?"
Mentari menoleh pada Jingga. Bahkan ia tidak jadi menyuapkan mie ke dalam mulutnya. "Ya? Apa, Ji?" tanya Mentari.
"Gue ingin nanya."
"Iya, nanya apa?" tanya Mentari. Ia membenarkan posisi duduknya. Menatap Jingga dengan serius.
"Lo ada masalah sama Benua, Ri?"
Mentari mengernyit heran. "Maksudnya gimana ya?" ia balik bertanya.
"Ya gitu..., gue rasa ada sesuatu antara lo sama Benua. Soalnya gue rasa, Benua gak suka sama gue."
Mentari tertawa kecil. "Ya iyalah. Gak suka sama lo. Kan dia masih normal, masih suka sama cewek." sahut Mentari.
"Ish, Ri! Gue serius..." Jingga memberengut kesal.
"Iya, Ji, maaf..." Mentari menghela napas panjang. "Kita cuman adik-kakak." lanjut Mentari.
"Menurut lo, mungkin gak sih kalian bakal ada rasa lebih dari seorang adik dan kakak? Secara kalian itu gak ada hubungan darah kan?"
Mendengar itu, Mentari langsung terdiam. Ia langsung teringat kata-kata Benua beberapa waktu lalu. Saat mereka berdua bertengkar hebat di belakang rumah.
"Ri?"
"Eh, iya kenapa?" Mentari menoleh terkejut.
"Yang tadi..."
Mentari lagi-lagi menghela napas. "Gue rasa enggak. Lagian gue sama dia gak deket. Bahkan gak pernah ngobrol kalau emang topiknya gak penting-penting banget." sahut Mentari.
Jingga hanya mengangguk-anggukan kepala. Merasa cukup dengan jawaban Mentari tadi.
"Gimana project peta benuanya, Ji? Udah selesai?" tanya Mentari seraya melanjutkan acara makannya yang tertunda.
"Oh, tentang peta... Baru setengahnya, Ri. Lo sendiri gimana? Kelvin suka ngegibahin gue gak?" Jingga terkekeh kecil.
"Keppo deh ah!" sahut Mentari.
"Untung gue sayang sama lo, Ikan Teri. Kalau enggak, udah gue tendang ke laut."
Mendengar kalimat Jingga barusan, Mentari langsung melotot. Ia dengan sigap menginjak kaki Jingga dengan keras sehingga membuat cowok itu mengaduh sakit.
"Sakit, Yang! Astagfirullah..."
"Yang, yang, yang, pala lu pe'ang!" gerutu Mentari kesal.
"Eh, lo kayak gak tau panggilan sayang gue ke elo aja," ujar Jingga di sela-sela ringisannya.
"Hm."
"Lo kan namain kontak gue 'Anjing'. Gue yakin itu nama kesayangan elo buat gue. Ya udah gue namain kontak elo 'Ikan Teri'. Nama kesayangan gue buat elo." Jingga mendelik sebal pada Mentari.
"Dasar tukang bales dendam!" cibir Mentari.
"Bodo amat lah!" balas Jingga.
"Napa gue bisa sayang sama lo, astaga..." Mentari mendengus geli.
"Gak tau. Coba tanya ke mbak-mbak yang itu," ujar Jingga sambil menunjuk seorang pelayan restoran yang tengah mengantarkan makanan ke meja pelanggan yang lain.
"Ya udah sana tanya kalau bera—"
"Mbak!"
Mentari melotot saat Jingga benar-benar memanggil pelayan itu.
"Ji, apa-apaan sih?" bisik Mentari tajam karena melihat mbak-mbak pelayan restoran tadi mulai mendekat ke arah mereka.
"Ya? Ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu dengan ramah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Jingga
TeenfikceJingga adalah cowok super usil yang pernah Mentari temukan. Selain usil, cowok itu juga nyebelin. Sering bikin Mentari emosi sendiri gara-gara tingkah laku cowok itu. Mentari adalah cewek super cuek yang pernah Jingga temui. Sudah cuek, galak pula...