Jingga melemparkan tas nya secara asal. Bahkan cowok itu tidak membuka sepatunya terlebih dahulu ketika memasuki kamar tidurnya. Bodo amat jika Mama nya akan mengomel nanti.
Jingga merebahkan dirinya diatas kasur. Ia merenggangkan otot-ototnya yang sudah lelah karena seharian belajar. Apalagi otaknya yang terasa ingin pecah.
"Bosen banget, ya ampun..." gumam Jingga seraya mengubah posisi tidurnya menjadi telengkup.
Jingga melihat jam kecil yang berada diatas nakas. Jam baru menunjukan pukul empar sore lebih sedikit. Akhirnya, Jingga memutuskan untuk mandi. Ia berniat untuk jalan-jalan sebentar setelah mandi.
[•••]
"Ya ampun!" Mentari terlonjak bangun dari kasurnya sendiri. "Ah!" Mentari mendesah saat pandanganya tiba-tiba kabur dan berkunang-kunang. Rasa pusing juga mengahmpirinya. Ia kembali duduk dipinggiran kasurnya sambil memijat pelan pelipisnya.
Setelah pandanganya kembali normal, dan rasa pusing itu sudah menghilang, Mentari beranjak menuju kamar mandi. Selalu begini. Pandanganya akan selalu kabur atau kepalanya akan merasakan pusing sesaat jika tiba-tiba bangun seperti tadi. Ia akan merasakan sensasi itu jika ia baru bangun tidur dan langsung berdiri, berdiri setelah terduduk lama, dan ia juga akan merasakan hal itu jika sudah lari-lari.
Setelah keluar dari kamar mandi, ia segera mengambil perlengkapan ibadahnya, dan ia memulai beribadah. Sesudah ibadah, Mentari berdo'a, kemudian membereskan perlengkapan ibadahnya.
"Kok gue bisa ketiduran, ya?" tanya Mentari pada dirinya sendiri. "Untung belum habis waktu shalat nya." lanjut Mentari seraya melirik jam dinding dikamarnya. Jam setengah tujuh malam lebih sedikit.
Pandangan Mentari teralihkan saat ponselnya yang berada diatas kasur berbunyi nyaring. Menandakan ada panggilan masuk.
Mentari mengambil ponselnya laku mengernyit heran saat nama Jingga tertera dilayar pinselnya. Tumben-tumbenan cowok itu nelepon.
Ogah-ogahan Mentari mengangkat telepon Jingga. Si cowok yang aneh yang pernah Mentari temui.
"Ya, hallo." sapa Mentari cuek.
"Ri, ke Klinik Keluarga Sehati, dong... Gue ada disini." suara Jingga terdengar dari seberang sana.
"Ya terus? Hubungan sama gue apa? Kan elo ini yang ada di klinik. Lagian, ngapain gue malem-malem kesana." sahut Mentari.
Terdengar disana Jingga mendengus. "Ri, ya ampun... Bisa gak sih lo jangan jutek? Di klinik bukan ada gue aja. Tapi ada Kanya juga." lanjut Jingga.
Mentari seketika melotot saat nama Kanya disebutkan. "Kalian kenapa sih? Kok bisa terdampar di klinik?" tanya Mentari panik.
"Ya udah lo kesini aja dulu. Nanti gue jelasin." ujar Jingga. Nadanya sedikit melembut.
"O—oke." Mentari memutuskan panggilan teleponya.
Cewek itu segera mengambil jaketnya. Bodo amat dengan seragam yang masih ia kenakan. Dan juga, bodo amat jika ia belum mandi.
[•••]
"Kanya! Lo ke apa?!" tanya Mentari seraya membuka pintu perawatan dimana Kanya berada dengan kasar. Bahkan sampai menimbulkan suara brak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Jingga
Teen FictionJingga adalah cowok super usil yang pernah Mentari temukan. Selain usil, cowok itu juga nyebelin. Sering bikin Mentari emosi sendiri gara-gara tingkah laku cowok itu. Mentari adalah cewek super cuek yang pernah Jingga temui. Sudah cuek, galak pula...