[29] Te amo!

53 6 6
                                    

"Udah... Jangan nangis."

Jingga mengusap-usap rambut Mentari dengan lembut. Cowok itu sedang mencoba menenangkan Mentari yang tengah menangis karena Ayahnya baru saja take off.

"Gue masih kangen sama Ayah..." isak Mentari.

"Ayah lo kan kerja buat lo juga, Ri..." Jingga merangkul bahu Mentari.

Mentari diam saja tanpa membalas pekataan Jingga.

"Ya udah, sekarang kita makan dulu." ujar Jingga lembut.

"Gak mood." sahut Mentari sambil menghapus jejak tangisannya.

"Ah nanti juga kalau udah ada makanannya, sama lo dibabat abis." Jingga terkekeh.

Mendengar penuturan Jingga, Mentari hanya tersenyum kecil.

[•••]

Mentari mendengus sebal saat membaca pesan yang Benua kirimkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari mendengus sebal saat membaca pesan yang Benua kirimkan. Rasanya, Mentari ingin mem-block nomor ponsel Benua.

Namun niatnya tidak terlaksana karena Ayahnya selalu mewanti-wanti Mentari untuk menghubungi Benua jika terjadi sesuatu ketika sang Ayah sedang tidak berada di rumah.

"HP lo lebih menarik ya daripada gue?" celetuk Jingga saat melihat Mentari fokus pada ponselnya.

Mendengar celetukan Jingga tadi, Mentari segera menatap Jingga. Ia tersenyum kecil.

"Enggak. Siapa bilang?" tanya Mentari santai. Ia mulai memakan pastanya lagi.

"Buktinya dari tadi lo cuman merhatiin HP lo." Jingga mengerucut sebal.

Mentari terkekeh kecil. "Kenapa? Cemburu?" tanyanya lagi.

"Kalau iya kenapa?" balas Jingga tidak mau kalah.

"Aneh. Lagian ngapain cemburu sama HP? Toh, lo juga sering ngacangin gue gara-gara lo main game di HP kan?" Mentari tersenyum penuh kemenangan saat Jingga diam. Tidak berkutik.

"Ya lagian dari tadi gue ajak ngobrol malah fokus ke HP. Emang di HP lo ada apa sih?" tanya Jingga setelah tadi terdiam cukup lama.

"Gak ada apa-apa." sahut Mentari.

"Bohong." cetus Jingga.

"Emang."

"Tuh kan! Jawab, tadi ada apa sampai lo fokus ke HP lo?"

"Benua nyuruh gue balik." jawab Mentari santai.

"Oh... Si daratan luas toh." Jingga terkekeh kecil.

"Si daratan luas?" Mentari mengernyit heran.

"Hooh. Kan benua artinya daratan luas di muka bumi, bukan?"

"Oh iya, gue lupa!" Mentari terkekeh kecil.

"Bego sih!" cibir Jingga.

"Lo lebih bego, bege!" balas Mentari masih terkekeh.

Mentari JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang