Part 4

2.9K 66 0
                                        

Setelah sampai di kantor, Darla mempercepat langkahnya untuk segera tiba di ruang bagian departemen apparel marketing tim dan duduk di kursinya.

Deg.. Deg.. Deg..

Darla menyentuh dadanya yang berdebar, berusaha untuk mengatur nafasnya dan mencoba untuk menjernihkan otaknya.

Apakah ini nyata? Apakah aku benar-benar akan menikah dengan Devan? Ya tuhan, semoga saja ini bukan mimpi, semoga ini bukan hanya khayalanku saja. Menikahi pria yang kita cintai? Aku ingin tau, apakah ada hal yang lebih membahagiakan dari itu? Kurasa.. aku benar-benar menjadi wanita paling bahagia di dunia ini dengan keberuntungan yang entah dari mana datangnya.

Darla tersenyum malu dengan dirinya sendiri. Menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, hingga seseorang memecahkan lamunannya.

"Darla?"

"Iya pak, ada yang bisa saya bantu?" Seketika Darla berdiri dari tempat duduknya ketika medapati kepala bagian departemen apparel marketing team berdiri tepat di depan meja kerjanya.

"Tolong bawakan dokumen-dokumen ke ruang rapat besar perusahaan jam 1 siang di gedung utama. Saya sedang ada tamu"

"Baik bapak"

Deg

Darla tiba-tiba saja tersadar ketika tengah menyusun dokumen untuk bahan rapat.

Tadi.. Kepala bagian mengatakan apa? Gedung utama? Rapat besar? Bukankah itu berarti.. berarti Devan.. dia.. dia juga akan ada disana?

Kini, hanya dengan memikirkan Devan saja sudah membuat jantung Darla berdegup dengan kencangnya.

"Darla, bisakah kau membuatkanku kopi dan menyalin berkas perencanaan?"

"Baik, akan segera saya kerjakan"

"Oiya Darla, dan jangan lupa kirimkan email undangan ke bagian publikasi" ucap senior Darla memberikan kerjaan tambahan yang sebenarnya semua itu berada di luar tanggung jawab Darla.

Namun tetap saja, Darla tidak pernah marah dan mengeluh, apalagi menolak perintah dari pegawai satu bagian marketing dengannya. Dengan sigap dan cepat Darla menjalankan semua pekerjaannya satu persatu dengan sempurna seperti yang biasa dia lakukan setiap harinya. 

Tepat jam satu siang, Darla sudah duduk di depan ruang rapat besar yang bertempat di gedung utama untuk membawakan dokumen rapat kepala bagiannya.

Apa yang harus aku lakukan sekarang? Jantungku tidak mau berdetak dengan normal. Bagaimana ini?

Darla menunggu dengan gugup hingga Devan dan para petinggi Haesung Inc berjalan tepat di depannya untuk masuk ke dalam ruang rapat. Bahkan mata Darla tidak mau berhenti untuk terus menatap setiap langkah Devan.

Meskipun Devan mengetahui kehadiran Darla yang tengah duduk di depan ruang rapat, tapi dia sama sekali tidam mempedulikannya. Namun Darla dapat memahaminya.

Mungkin Devan tidak melihatku. Batin Darla merundukkan kepalanya hinga beberapa detik berlalu dan kepala bagian departemen apparel marketing team pun datang memecahkan lamunannya.

"Maaf sudah membuatmu menunggu lama, Darla. Dan terimakasih sudah membawakan dokumennya kesini"

Darla menganggukkan kepala dan tersenyum lembut kepada atasannya. "Baik bapak. Kalau begitu, saya permisi dulu"

"Tunggu dulu, Darla. Bukankah kamu yang menyusun perencanaan pemasaran tahun ini?"

Darla kembali menganggukkan kepalanya. "Benar, saya yang menyusunnya. Ada apa bapak?"

Touchable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang