"Darla, kembalilah padaku" ucap Dev yang membuatku kembali tersadar lalu membuka mataku.
Seketika aku mendorong tubuh Dev agar menjauh dariku. Aku sendiri tak mengerti dengan apa yang sedang aku pikirkan dan lakukan.
"Aku harus pulang" Aku berniat untuk berdiri, tapi Dev sudah lebih dulu menahan tanganku sebelum aku sempat berdiri.
"Maafkan aku, Darla. Tapi aku tak bisa melepasmu lagi"
Entah kenapa kata-kata Dev membuat hatiku berdesir. Ketika Dev hendak kembali menangkap wajahku, tiba-tiba seseorang datang dan dia adalah petugas perkebunan.
"Maaf menganggu president Devan dan nona Darla, tapi sudah ada kendaraan yang bisa mengantar kalian keluar dari perkebunan dan menuju jalan utama"
Tanpa mengatakan apapun aku langsung berdiri dan pergi keluar. Sebenarnya, aku merasakan sesuatu yang panas keluar dari dalam diriku. Aku terus saja memegangi pipi dan leherku. Aku merasa sangat cemas sekarang, hatiku mulai tak tenang. Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Dalam perjalanan menuju jalan utama, dapat ku rasakan Dev terus saja menatapku.
Astaga, Darla! Sadarlah! Tenangkan hatimu, kau tak boleh goyah kali ini!
"Darla" kudengar suara Dev kembali memanggilku, namun aku tetap masih saja memalingkan mukaku dan tak mau menatapnya, aku takut jika aku akan kembali jatuh padanya lagi.
"Tak bisakah kau melihatku? Apakah sebegitunya kau membenciku dan tak akan memaafkanku?"
Aku mulai menarik napasku panjang dan menghembuskannya perlahan. Setelah mengumpulakan cukup keberanian, aku pun berbalik menatap Dev yang kini tengah menatapku.
"Ada apa?" tanyaku datar.
Dev hanya diam dengan terus menatapku, "Aku hanya ingin melihat wajahmu, aku sangat merindukannya"
Aku kembali memalingkan wajahku dan mengatur detak jantungku yang kurasa sedikit tidak normal hari ini. Dan tak butuh waktu lama, kita pun sampai di jalan utama. Setelah turun dari kendaraan petugas perkebunan, dapat kulihat mobil Dev sudah terparkir yang membuatku tersadar
Benar juga, pagi tadi aku ke sini mengendarai bus. Sebenarnya aku berencana untuk membeli mobil sendiri, tapi aku belum memiliki waktu untuk melakukannya. Maka dari itu aku pergi ke perkebunan ini sendirian menggunakan bus.
Dev masih saja berdiri disampingku sembari memayungiku.
"Aku akan mengantarkanmu"
"Tak usah, aku akan pulang sendiri"
"Dengan apa? Bahkan ini sudah malam dan hujan"
Kucari ponselku yang berada di tas dan berharap ada sinyal disini. Dan sepertinya Tuhan memang sedang berpihak padaku, akhirnya ada sinyal juga.
"Aku akan meminta Bobi untuk menjempuku, jadi kau bisa-"
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Dev sudah lebih dulu merebut ponselku.
"Aku hanya ingin mengantarmu pulang, Darla" dapat kulihat Dev menatapku dengan sedikit kesal.
Cukup lama aku berpikir hingga kurasakan tubuhku mulai sedikit menggigil karena suhu yang dingin.
"Baiklah, kembalikan ponselku terlebih dulu" ucapku pada akhirnya yang membuat Dev menarikku menuju mobilnya.
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh dan lama, kini jam menunjukkan pukul 01.42 pagi. Dan yang benar saja, Dev benar-benar mengantarkanku tepat di depan apartemenku.
"Jadi kau tinggal disini?" tanya Dev sembari mengamati gedung apartemen yang aku tinggali.
Aku langsung keluar tanpa bilang apapun. Aku tau sikapku memanglah kejam dan tak sopan. Tapi aku melakukanya karena tak ingin memikirkan apapun dan demi menjaga hatiku sendiri saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touchable Love
Romance- Darla Luvena - Kenapa cinta sangat rumit dan menyakitkan? Bukankah jatuh cinta seharusnya membuat seseorang merasa bahagia? Lalu kenapa aku seperti ini? Apakah sebegitu susahnya hanya untuk mencintai seseorang? Aku tau bahwa diriku sangat egois da...